Share

01 | Antibiotik dan Kecelakaan

Menurut rumor, co-ass (co-assistant) adalah satu fase hidup para calon dokter yang menegangkan, menyedihkan, merasa bodoh dan dibodohi, tidak berbeda jauh dengan level keset welcome. Intinya co-ass ada pada tataran terendah di kehidupan rumah sakit.

Kisah yang sama mungkin akan terulang pada masa residen. Setidaknya dokter residen sudah dianggap sebagai dokter untuk sebagian kalangan. Berdasarkan derajat, tentu residen lebih tinggi daripada co-ass. Begitulah pemikiran Damar sebelum menjalani pendidikan spesialis di bawah bimbingan dokter spesialis bedah toraks, Anselio Dharmendra yang mempunyai julukan Amon Berjas Putih.

Tahu Amon kan? Raja iblis yang mewakili sifat kekejaman. Anselio adalah wujud nyata sosok Amon di rumah sakit ini.

Dulu Damar merasa kehidupan co-ass adalah yang tersuram, tapi sekarang kehidupannya sebagai dokter residen juga tak kalah suram berkat kehadiran Anselio sebagai konsulennya.

“Siapa yang pegang kamar 314?” Setelah beberapa menit akhirnya suara dingin itu keluar.

Damar dan teman sesama residen di sebelahnya—Ben mulai menelan ludah masing-masing. Padahal matahari menyapa dengan terangnya di atas kepala, tapi entah kenapa mereka berdua hanya bisa merasakan aura gelap yang mematikan.

“Kamu?” Tunjuknya pada Ben yang langsung menggeleng kaku.

Damar susah payah membuka mulutnya. “Sa—saya, Dok.”

Amon Berjas Putih di sana memfokuskan tatapan tajamnya pada Damar. Kalau saja tak ingat umur, ingin rasanya Damar meraung berguling-guling di lantai tanda sudah tidak kuat lagi.

“Yang jaga tadi malam?”

“Itu saya, Dok.” Sahut Ben takut-takut.

Hunusan tajam itu langsung berganti ke arah Ben. “Kamu yang ngasih antibiotik ke pasien atas nama Rahmawati?”

“Enggak, Dok.” Ben menjawab tanpa ragu. “Bahkan wajahnya pun saya belum pernah lihat, Dok.” Lanjutnya pelan.

Anselio tersenyum miring. “Kamu bahkan enggak tahu wajah pasien karena sibuk tidur kan?”

Ben mengatupkan bibir rapat namun mau tak mau harus mengangguk. Baru kali ini rasanya tidur menjadi salah satu dosa besar.

“Berarti kamu yang ngasih antibiotik?”

Sebagai target saat ini Damar sontak menggeleng. “Enggak, Dok. Demi Tuhan bukan saya.”

“Jadi maksudnya itu antibiotik jalan sendiri masuk ke tubuh pasien? Begitu?”

Ben dan Damar tidak membuka mulut sebagai bentuk sayang pada nyawa masing-masing.

“Tolong jangan buang-buang waktu. Kalau memang enggak niat jadi dokter jangan buang waktu saya. Tulis surat pengunduran diri sekarang.” Anselio melihat mereka bergantian. “Paham?!” Bentaknya keras kemudian.

Dua dokter residen di hadapan Anselio bahkan nyaris melompat kaget. Tidak ada kalimat lain selain permohonan maaf yang bisa mereka katakan. Demi tuhan, Damar berjanji akan mencekik siapa pun yang memberikan antibiotik itu jika bertemu nanti.

Suara ketukan terdengar dua kali lalu pintu terbuka. Seorang perawat yang telah menyiapkan segenap jiwa dan raganya masuk kemudian.

“Permisi, Dok. Wali pasien yang tadi dipanggil sudah hadir di ruang konsultasi.” Katanya dengan intonasi setenang mungkin.

Ah, ingatkan Damar dan Ben untuk mengucapkan terimakasih pada Suster Eva nanti.

***

Di tengah sibuknya jalan kota pagi hari, Azalea mengendalikan kemudi dengan lihainya membelah jalur dua kala itu. Tangan kirinya membenarkan letak kacamata hitam yang bertengger cantik di hidungnya kemudian berpindah ke tuas persneling. Audi hitamnya berhenti karena lampu lalu lintas kini berwarna merah.

“Dari pihak JJ group sudah setuju untuk berkontribusi dengan proyek kita, Bu.” Begitu suara terdengar dari sebelah earbuds yang terpasang di telinga kiri Azalea.

“Kontraknya?”

“Akan ditanda tangani nanti siang. Sudah dijadwalkan lunch di hotel JJ nanti pukul satu siang, Bu”

Azalea melirik spion tengah sekilas untuk mengecek kondisi di belakang. “Ah, tapi saya enggak suka makanan JJ hotel.”

“Kan Bu Azalea bisa makan dessert-nya aja.” Saran Cakra lirih dari ujung sana.

No-no.” Azalea menggeleng. “Selai mereka asem banget. Kamu utus Pak Serowan aja. Kalau kamu hubungi sekarang, dia bisa kosongkan jadwal lunch.”

“Baik, Bu.”

“Sudahkan?”

“Ah, itu Bu. Nyonya besar bilang Bu Azalea harus mampir ke rumah hari ini. Kalau enggak sempat, tolong buat telepon aja. Bu Azalea punya nomor Nyonya besar?”

Azalea mendengus tertahan. “Anak macam apa yang enggak punya nomor ibu sendiri?”

“Tapi Bu Azalea selalu buat panggilan dari handphone saya.” Cicit Cakra.

Azalea melirik lampu lalu lintas yang perlahan berubah warna menjadi kuning, lalu berubah lagi menjadi hijau. Bersamaan dengan itu Azalea kembali menggenggam tuas persneling dan menginjak pedal gas.

“Yaudah bilang nanti akan saya telepon kalau sempat. Udahkan?”

“Satu lagi, Bu. Itu soal...”

“Soal apa?”

“Soal calon menantu potensial waktu itu. Nyonya besar udah ngirim profilnya. Ah, nomor ponselnya juga. Gimana? Saya kirim ke Bu Azalea sekarang?”

Azalea berdecak samar. Padahal usianya itu baru menginjak 28 tahun tapi ibunya sudah heboh masalah laki-laki membuat Azalea tidak paham. Memangnya semudah itu untuk berkenalan dengan laki-laki asing? Apalagi dengan tujuan menikah. Di tengah-tengah kesibukan kantor yang tidak ada habisnya begini, tidak ada waktu untuk mengenal seorang laki-laki. Selain itu, Azalea memang tidak memiliki niat untuk menikah.

“Bu, jadi gimana?”

“Kamu aja yang hubungi. Kamu bisa atur apa pun itu. Lunch, dinner, atau terserahlah.” Azalea melirik spion kanannya sekilas karena ia ingin berpindah jalur, sebentar lagi akan ada persimpangan empat. “Ingat jangan di JJ hotel, ya.” Tambahnya cepat.

“Baik, Bu.” Suara Cakra terdengar pasrah.

Azalea ingin memutuskan sambungan, tapi teringat satu hal. “Orang itu, pekerjaannya apa?”

“Sebentar, saya lihat profilnya.”

Azalea tetap mengangguk meskipun tidak terlihat oleh Cakra yang jauh darinya.

“Oh, pekerjaannya—”

BRAKK!!!

Terjadi begitu cepat, Audi hitam Azalea terbalik dua kali hingga ia merasakan pandangannya berputar begitu cepat. Suara besi yang beradu serta kaca yang pecah bercampur memenuhi telinganya. Ada juga suara klakson dan jeritan orang yang memekakan. Ketika semuanya berhenti, Azalea langsung bisa menyadarinya satu hal.

Bahwa saat ini, ia mengalami kecelakaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status