Share

02 | Dislokasi, Pneumotoraks, dan Krikotiroidektomi

“Bu! Bu Azalea?! Ada apa?! Bu?! Bisa dengar saya?! Bu Azalea!” Panggilan yang terdengar di telinga kirinya menyadarkan Azalea.

Azalea berusaha mengatur napasnya yang terasa sesak. “Cakra, dengar saya. Ada kecelakaan di jalan Pagar Alam. Tolong telepon ambulans sekarang.” Mata Azalea menyipit memperhatikan situasi di luar mobil. “Mungkin ada beberapa korban lain.” Tambahnya.

“Bu Azalea enggak apa-apa?”

Azalea tidak menjawab. Saat itu ia menyadari bagian punggung tangan kanannya penuh dengan darah karena pecahan kaca. Sialnya lagi ia tidakbisa menggerakan lengan kanannya. Dengan tangan kiri, Azalea meraih ponsel yang untungnya ia tempatkan di penyangga dasbor mobil. Kemudian Azalea melepaskan seatbelt yang mengikat tubuhnya. Karena tadi mobilnya sempat berada dalam posisi terbalik menyebabkan pintu mobil tersangkut sehingga sulit terbuka.

Azalea bisa menoleh ke sekeliling, berarti lehernya baik-baik saja. Sekuat tenaga ia berusaha mendorong pintu mobil untuk terbuka. Pintu itu terbuka kemudian setelah usaha yang ketiga.

Azalea keluar. Ia bisa menggerakan kakinya, jadi tidak ada masalah pada kedua kakinya. Tapi bagaimana dengan tangan kanannya? Apa ini fraktura¹? Dislokasi²? Azalea berpikir keras. Lalu Ia meraba bagian dadanya sendiri karena merasa sulit bernapas. Apa mungkin trauma pneumotoraks³ karena dadanya sempat menghantam setir sebelum airbag terbuka sehingga mematahkan tulang rusuknya?

*/ [1] Fraktur (fraktura) atau patah tulang adalah kondisi ketika tulang menjadi patah, retak, atau pecah sehingga mengubah bentuk tulang. [2] Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar atau bergeser dari posisi normalnya pada sendi. [3] Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di antara paru-paru dan dinding dada. Pengobatan untuk pneumotoraks biasanya dengan memasukkan selang yang lentur atau jarum di antara tulang rusuk untuk mengeluarkan udara yang berlebih. /*

“Bu Azalea bisa dengar saya? Ibu baik-baik saja?” Sekali lagi suara Cakra terdengar di telinga Azalea.

“Ambulans-nya?” Tanya Azalea sambil mengeluarkan pecahan kaca yang terlihat dengan mata dari punggung tangannya.

“Akan segera sampai.” Azalea mendengar suara Cakra yang bergetar.

“Kamu nangis?” Tanya Azalea skeptis.

Cakra terisak. “Bu Azalea kecelakaan, saya harus bilang apa sama Nyonya besar—hiks,”

Benar, inilah masalah yang paling besar. Kesehatan jantung ibunya bisa langsung menurun kalau mendengar kabar tiba-tiba begini. Aish, mimpi apa Azalea semalam sampai harus terlibat kecelakaan lalu lintas begini.

“Jangan bilang apa-apa. Kalau kamu masih mau menghirup oksigen dengan tenang jangan bilang satu kata pun. Oke? Sampai ketemu di rumah sakit!” Azalea melepas earbuds dari telinganya lalu membuangnya asal.

“Mbak? Mbak bisa jalan? Ada yang sakit?”

Azalea menoleh pada pria paruh baya dan beberapa orang yang mendekat padanya. Azalea hanya tersenyum sekilas. Bisa ia lihat sekeliling lokasi sudah dipenuhi oleh khalayak. Antrian kendaraan pun tidak lagi terelakan. Tapi akses jalan sepertinya sudah diamankan berkat bantuan orang sekitar.

Sekarang Azalea paham, jadi mobilnya tertabrak oleh truk muatan dari arah kiri ketika ia melintasi simpang empat tadi. Kini truk itu juga terguling, bisa ia lihat ada beberapa orang yang membantu proses evakuasi supirnya.

Kemudian Azalea menghampiri korban lain yang menggunakan sepeda motor. Ada tiga sepeda motor yang terkena imbas ketika mobil Azalea terbalik tadi. Untungnya dua pengendara hanya mengalami cedera ringan, mereka langsung bisa berdiri sendiri. Sementara yang satu sepertinya tertimpah motor. Ada dua pria yang sudah berusaha membantu menyingkirkan motornya namun mereka tidak berani memindahkan korban. Fokus Azalea langsung tertuju pada salah satu kaki korban. Ia menelan ludah sedikit tergugu.

Itu fraktura terbuka⁴.

*/ [4] Fraktur terbuka adalah kondisi patah tulang di mana tulang menembus kulit dan menimbulkan luka. /*

“Pak, bisa dengar saya?”

Azalea menggerakan pelan tubuh korban. Ia memeriksa denyut di lehernya. Kemudian mendekatkan telinga ke dada korban untuk mendengar detak jantungnya dengan jelas. Akan tetapi yang menjadi masalah serius adalah pernapasan korban yang terganggu. Azalea menggigit bibirnya kuat-kuat tanpa sadar. Ia sedang berusaha mencari tahu penyebab terganggunya pernapasan korban.

Suara sirine khas ambulans terdengar semakin dekat dan akhirnya terlihat oleh mata Azalea. Beberapa petugas langsung keluar dengan membawa tandu. Satu menghampirinya dan lainnya menghampiri supir truk.

“Bagian sini!” Azalea mengulurkan tangan. “Ini fraktura terbuka. Tapi sekarang pernapasannya yang jadi masalah. Bisa minta ambu⁵?”

*/ [5] Ambu bag merupakan pompa udara yang dioperasikan dengan cara menekan kantong berisi udara. /*

Petugas itu cekatan menyerahkan ambu pada Azalea. Azalea memasangkannya tapi oksigen tidak bisa masuk seperti dugaannya.

“Oksigen enggak bisa masuk. Ada penyumbatan di saluran pernapasan atas. Ini bisa kena respiratory arrest⁶.” Azalea kembali menggigit bibirnya, menimbang kira-kira tindakan apa yang bisa ia lakukan.

*/ [6] Respiratory arrest kondisi ketika pasien berhenti bernapas. /*

“Anda dokter?” Tanya seorang petugas lain.

Tapi kondisi Azalea juga tidak sedang baik-baik saja. Ia mengetatkan rahangnya. “Tolong kotak emergency-nya.”

“Kalau anda bukan petugas medis, melakukan tindakan pada pasien itu termasuk kriminal.”

Azalea tak menghiraukan, ia benar-benar merasa sesak saat ini. Azalea beralih pada petugas di sebelahnya tadi. “Apa ada jarum nomor 18? Saya butuh butuh jarum nomor 18.”

Sang petugas memindahkan kotak emergency ke samping Azalea. Gadis itu langsung menyiram tangan kirinya dengan alkohol. Petugas meraih benda yang dimaksud dan sigap menyerahkannya pada Azalea.

Azalea membuka dua kancing teratasnya lalu menusukan jarum itu di bagian dadanya menggunakan tangan kiri. Azalea bisa bernapas sekarang. Baru kemudian ia kembali meraba leher korban di depannya.

“Saya akan lakukan Krikotiroidektomi⁷. Kalau enggak begitu bapak ini akan sulit bertahan. Mohon bantuannya karena bahu kanan saya dislokasi.”

*/ [7] Krikotiroidektomi merupakan prosedur pemasangan selang ke dalam membran krikotiroid yang diinsisi guna menjaga patensi jalan nafas. /*

Petugas yang tadi memprotes akhirnya turut membantu. Ia memposisikan leher korban dan membersihkannya dengan alkohol. Azalea mengambil sebuah suntikan lalu mengisinya dengan sebuah cairan. Ia agak kesulitan karena menggunakan tangan kiri tapi petugas di sampingnya membantu dengan cekatan.

“Membran krikotiroid, sejajar, 45 derajat.” Gumam Azalea sebelum menusukan jarumnya pada leher korban.

Dengan ibu jarinya, Azalea menarik tabung suntikan dan muncul gelembung udara pertanda posisi jarum saat ini benar.

“Selangnya,” Kata Azalea meminta.

Petugas menukar tabung suntikan lalu memasang selang. Petugas di sebelah Azalea memasang kantung ambu kemudian. Jalur pernapasan korban sudah terbuka sekarang.

“Sekarang bisa dipindahkan ke rumah sakit terdekat.” Ujar Azalea lega. Bapak itu akan selamat.

Petugas memindahkan korban ke dalam ambulans dengan hati-hati namun tetap cekatan. Dua korban lainnya juga sudah mendapat penanganan darurat dari petugas lain.

Dua petugas yang tadi kembali lagi menghampiri Azalea dengan tandu yang kosong.

“Anda juga korban kan?”

Azalea mengangguk. “Saya rasa rusuk saya patah dan melukai paru-paru. Dislokasi bahu dan sisanya luka luar karena serpihan kaca mobil. Bisa periksa tekanan darah saya?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status