Share

Chapter 7

“Nyonya sedang berada di kamar anda tuan, saya rasa nyonya sudah tidur.” Lina langsung menjawab.

Bram mendengus, wanita yang tadi siang gusar karena ancaman Bram, dan mendapat kabar bahwa suaminya akan pulang setelah satu tahun pergi meninggalkannya, sekarang dia malah tidur tanpa merasa risau?

"Di kamar mana saya?"

"Naik tangga, lalu kamar kedua dari kiri." Lina menjawab dengan cepat.

Bram berjalan menaiki tangga dan tiba-tiba berhenti lagi.

Bagaimana jika nanti ternyata dia belum tidur atau bagaimana jika nanti kehadirannya membangunkan gadis itu? Dan bagaimana jika nanti dia melihat wajah asli suaminya dan ternyata itu adalah bram, bukankah rencananya untuk terus mengujinya akan gagal?

Tidak bisa seperti itu.

"Kamu!! Matikan sekring listrik di rumah ini!! " Bram memberi perintah.

Lina terkejut, "Me-mematikan listrik??" 

"Cepat!!"

"Ba–baik tuan” Lina dengan cepat berlari untuk mematikan saklar akses listrik di rumah ini" tak lama kemudian, villa ini segera menjadi gelap gulita.

Baru saat itulah Bram merasa lega untuk naik ke atas dan sesaat dia sudah sampai di depan pintu kamar, dengan hati hati Bram membuka pintu kamar, dan melihat siluet gadis sedang meringkuk di balik selimut yang ia yakini bahwa itu adalah Caca sang istri.

Bram hanya melihat dengan sedikit cahaya bulan yang masuk melalui pintu balkon kamar yang terbuka, Bram melihat dada Caca yang naik dan turun seiring dengan tarikan napasnya, sangat berirama.

Dengan perlahan Bram berjalan ke ranjang, dan memperhatikan mata gadis itu, tertutup rapat, tertidur nyenyak bagaikan bayi.

Harus bram akui, wajah mungil dan di hiasi pipi gembil dengan dagu kecil serta bibir mungilnya, bulu mata yang tidak panjang namun lentik itu terlihat cantik meski tidak memakai riasan sama sekali.

Jari-jari Bram dengan lembut meluncur di pipinya, seolah merasakan gemas, Caca mengerang dan berbalik arah.

Bram mendengus, melihat erangan Caca entah mengapa membuat Bram tiba-tiba memiliki keinginan untuk menerkam kembali Gadis di depannya ini.

Rasa manis,dan kenikmatan pergumulan mereka tadi malam, secara alami di luar kendali, terlebih lagi, dia belum begitu menikmati tadi malam, karena Caca tidur lebih awal.

Baram menaikkan selimut Caca dan dan membenarkan rambut Caca yang menghalangi pandangan Bram pada wajah mungil dengan dihiasi pipi gembil merah Caca.

Sampai saat ini, Caca tidak tahu bahwa seseorang yang tadi siang menemuinya dan bernegosiasi dengannya akan datang, bukan sebagai teman one night standnya, namun sebagai suami.

Bram terus mengusap bibir mungil Caca dengan lembut, tanpa dia sadar itu sudah membangunkan hasrat Bram sendiri, dengan perlahan Bram memajukan wajahnya bermaksud untuk mencium Caca, berjarak 1 centi sebelum ciuman itu dimulai Bram bisa merasakan deru nafas tenang milik Caca, yang makin membuat Bram kelimpungan, dengan tidak sabar Bram mulai mencium Caca, seketika itu pula Caca membuka matanya, Caca tidak bisa melihat siapa yang sudah lancang mencium nya. Namun bisa Caca mencium aroma maskulin yang terasa familiar di pikirannya.

Caca tidak bisa berteriak karena bibirnya di dominasi oleh ciuman Bram yang sangat memabukkan, setelah beberapa saat akhirnya Caca terhanyut dengan ciuman Bram, dan ikut membalas ciuman itu, yang tadinya hanya ciuman sekarang berubah menjadi lumatan lumatan penuh nafsu dari keduanya, Bram yang meraas di beri lampu hijau oleh Caca segera menurunkan ciumannya ke leher jenjang milik Caca, ketika Bram ingin memberikan jejak di leher Caca, Caca segera menahan kepala Bram "jangan berikan tanda apapunh–" ucap Caca dengan terengah engah.

Lalu Bram melanjutkan aktivitasnya menggerayangi tubuh mungil Caca, tangan Bram tidak tinggal diam, jari jari Bram membuka kancing baju tidur Caca satu persatu. Namun ternyata Caca merupakan gadis yang kalau tidur selalu melepaskan bra dan celana dalamnya. Bram kembali menjalarkan ciumannya ke kedua dada mungil Caca, ciuman Bram pada kedua dada kembarnya membuat Caca melentingkan tubuhnya, seolah ia menginginkan lebih.

Tangan Bram tidak tinggal diam setelah ia menanggalkan celana tidur milik Caca, kini Bram bisa merasakan langsung area inti Caca yang tidak terhalangi apapun, tanpa pikir panjang jari jemari Bram mulai bermain di area inti Caca yang mulai basah oleh birahi keduanya, setelah Beberapa saat datanglah gelombang pertama Caca. 

Tanpa berlama lama Bram melucuti pakaiannya sendiri mulai dari kemeja serta celananya, dan setelah Bram berhasil melucuti semua pakaiannya Bram menuntun tangan Caca untuk mencoba merasakan hangatnya kejantanan Bram yang sedikit memiliki urat urat ketegangan.

Dengan ragu Caca mulai memegang dan Caca bukanlah gadis bodoh, dia tahu apa yang dimaksud oleh Bram, dengan perlahan Caca memasukan kejantanan laki laki yang Caca kira adalah suaminya itu kedalam mulutnya, dan karena itu Bram mengarang keenakan, setelah beberapa saat Caca memainkan kejantanannya Bram tidak ingin klimaks hanya dengan mulut mungil Caca, jadi Bram segera menarik kejantanannya dan mendorong Caca untuk baring di atas tempat tidur, Bram mulai mengambil posisi untuk memulai sebuah peperangan, keduanya sangat bersemangat, apalagi gadis yang bahkan tidak mengenalinya sebagai suaminya itu. Dan… 

Bram mulai memulai aksi berkuda tengah malamnya, keduanya sama sama menikmati tubuh masing masing, diterangi oleh cahaya bulan yang entah mengapa terasa sangat indah dihiasi suara erangan keduanya.

Di dalam mobil, ashar sedang bersandar dan tertidur dengan pulas, bahkan nampak di ujung bibirnya mengeluarkan beberapa lelehan lahar panas dari dalam mulutnya. Tidak jauh berbeda dengan Ashar, Lina juga sudah terlelap dalam tidurnya, tanpa mereka tahu  bos mereka sedang dalam kondisi seperti habis diterpa badai, baju bercecer di mana mana, rambut berantakan, selimut ranjang yang bahkan entah bagaimana  bisa berada di depan pintu balkon. Luar biasa Bram mengerahkan kekuatannya.

Setelah aksi keduanya yang seperti binatang buas saling memangsa selesai, Bram segera beralih ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia harus segera pergi dari sini. 

Caca? Jangan ditanya, dia pasti sudah terlelap dalam tidurnya akibat kelelahan.

Setelah Bram keluar dari kamar mandi, Bram segera memungut pakaiannya yang tercecer dan segera mengenakan pakaiannya lalu berlalu keluar dengan sangat hati hati. Namun sebelum pergi Bram tidak lupa untuk menyelimuti tubuh polos Caca, agar tidak terlihat oleh siapapun.

Ketika Bram menuruni tangga, dia tidak melihat Lina, jadi Bram melanjutkan langkahnya.

Namun sebelum pergi, Bram lebih dulu menghidupkan sekring listrik di rumah itu dulu, baru dia kembali ke mobil.

Ketika dia sampai di dekat mobil dia melihat Ashar sedang membuat air terjun dari mimpi mimpinya, tanpa pikir panjang Bram mengetuk pintu mobil dan itu seketika membuat ashar tersadar dari mimpi indahnya dan; “—slruppp—ahh, iya pak, maaf saya ketiduran," ucap Ashar sambil mengusap bekas air bening hasil mimpi indahnya.

"Apa bapak ingin langsung pulang?" Tanya Ashar dengan setengah sadar. 

"Iyah saya sudah lelah." 

Ashar langsung membukakan pintu bram. Lalu Ashar kembali ke kursi kemudi.

Dan mereka pun pergi.

Keesokan harinya nampak seorang gadis yang sedang bergelung di dalam selimut merasakan badannya remuk seolah telah diterjang badai besar pada seluruh  tubuhnya, apalagi pada bagian intinya yang kembali nyeri. 

Setelah beberapa saat Caca bangun dengan muka kagetnya, ia melihat kondisi tubuhnya yang tidak menggunakan selembar pakaian pun, dan ia melihat baju tidur yang semalam ia pakai telah tercecer di lantai. 

lama melamun, Caca menyadari bahwa semalam ia telah melakukan hubungan sex, tapi dengan siapa? Yang bisa memasuki rumah ini hanya suaminya? Namun mengapa jika suaminya seorang pria tua botak dan buncit, semalam terasa seperti orang yang berbeda? Bahkan Caca ingat semalam ia merasa kelimpungan mengimbangi hasratnya, pikiran pikiran buruk Caca mulai menyerang.

"Apa jangan jangan ada pencuri?" 

Dasar Caca bodoh, rumah ini berada di komplek villa elit yang dijaka dengan keamanan ketat, bahkan berbentuk cluster, mengapa masih berfikir ada maling!!

Setelah selesai dengan pikirannya, Caca segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Namun ketika akan berdiri dia merasakan nyeri di area bawahnya: "Wah, kurasa pria tua botak itu benar benar menghajarku semalam."

Beberapa saat kemudian Caca keluar dari kamar mandi dan dia mulai merasakan lapar pada perut rampingnya, ia segera turun untuk mencari makan.

Ketika mendengar langkah kaki menuruni tangga, Lina sedang duduk di sofa dengan gerakan memindai penampilan Caca, setelah melihat langkah Caca yang tertatih "Heng—murahan!" Dngusan itu keluar dari dalam hati Lina . 

Lina ingat percakapannya semalam dengan tuannya: Ketika mobil Bram sudah melaju pergi dari Villa Rainbow City, saat dia ingin melihat handphonenya untuk mengecek suatu hal, ternyata handphone Bram tidak ada

"Ashar kita kembali, handphone saya ketinggalan!"

Dan setelah itu mereka pun kembali ke rumah itu. Sesaat setelah Bram mengambil handphonenya, ketika ia akan melangkah keluar ia berpapasan dengan Lina yang baru saja dari kamar mandi.

"Tuan sudah ingin pergi?" Tanya Lina dengan centil. Bram tidak menjawab, ia hanya mengangguk dan melanjutkan langkahnya. Namun hanya beberapa langkah, Bram kembali menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Lina.

"Kamu sudah berapa lama kerja disini?" Tanya Bram penasaran mengenai pembantunya yang terlihat cukup muda itu.

“1 tahun setengah tuan, Pak Opik yang menginstruksikan saya untuk datang dan melayani istri anda dengan sebaik mungkin.”

"Apa ada orang lain yang pernah kemari selain aku?" Bram menatap lurus ke depan, matanya menyipit dan sangat tajam, tidak ada kehangatan sama sekali dalam suaranya.

"Sekretaris anda, Tuan Ashar pernah kesini dua kali sebelumnya, dan tidak ada orang lain lagi."

Meskipun Caca telah menikah dengannya, dia tidak memiliki rasa apapun pada pria itu dan tidak ingin ada yang tahu tentang pernikahannya, jadi tentu saja dia tidak akan membawa siapa pun ke tempat ini.

Bram Mengangguk.

"Tapi, Tuan, ada sesuatu yang saya tidak tahu apakah saya harus memberitahu Anda atau tidak," kata Lina pura pura ragu.

"Katakan." Bram berbicara dengan dingin.

“Tidak. hanya saja nyonya jarang pulang dan nyonya bahkan sering keluar malam hari, kalau dihitung, hanya 2 kali seminggu dia ada di sini." 

Sementara itu, Bram mengerutkan alisnya.

Meskipun ashar juga mengatakan kepadanya bahwa Caca kadang-kadang tidak tinggal di sini, tetapi hanya pulang 2 kali selama seminggu?? Lalu selama dia tidak pulang dia tinggal dimana??

“Kamu terus awasi setiap gerakan istri saya dan segera laporkan kepada saya jika ada sesuatu yang mencurigakan!”

"Baik Tuan!!" 

"Selain itu…"

Bram berhenti sejenak lalu berkata, "Jika dia bertanya berapa umurku, kamu cukup menjawab sekitar empat puluh, dan kamu bisa menjawab sisa pertanyaannya yang lain tentangku dengan benar!"

Meskipun Lina tidak tahu apa maksud dari ucapan bosnya, dia tidak bisa bertanya apa-apa.

"Ya Tuan."

"Lain kali kalau aku akan kembali, matikan saja saklar listriknya, jadi aku tidak perlu menyuruhmu lagi!"

“Berapa gajimu?”

"Empat juta sebulan." Lina menjawab dengan jujur.

Pengasuh kecil seperti Lina hanya dibayar dua juta untuk keluarga biasa, tetapi keluarga Moses selalu membayar gaji yang lebih tinggi.

“Mulai bulan depan, gajimu naik jadi 6 juta sebulan”

Lina  dengan gembira menjawab "Terima kasih, Tuan."

Bram tidak mengatakan apa-apa dan lanjut berjalan keluar pintu.

***

Caca tiba di lantai bawah, ia segera menuju sofa di mana Lina sedang bersantai dengan memakan buah.

"Apa kamu memasakkan sesuatu untukku hari ini??" 

"Tidak, kenapa!"

Ucapan kasar dan kurang ajar itu keluar dari mulut Lia yang seketika membuat Caca terbengong. 

Caca bingung siapa disini yang menjadi nyonya mengapa dia bisa diperlakukan seperti ini oleh pembantu muda ini. Tanpa pikir panjang Caca segera beralih ke ruang makan, ia segera mengisi perutnya dengan memakan roti yang ia lapisi selai.

Perut Caca yang sejak tadi meronta ronta untuk di isi terpaksa di ganjal hanya dengan selembar roti, nanti ia akan makan di luar, pikirnya.

Namun Caca terus berpikir tentang kejadian semalam. Tubuh itu, suara desahan itu, erangan itu, bau maskulin itu… masih Caca ingat dengan jelas, apa pria tua jaman sekarang suka bergaya seperti itu…

Tapi dengan ini Caca merasa Caca bisa segera hamil, dan dia akan melahirkan tahun depan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rizky9310995386
masa iya ada babu kurang ajar kek itu ?
goodnovel comment avatar
Bala Bala Haneut Javier
bertele tele
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status