Bram mendengus. Mendengar teriakan Caca yang sempat didengar olehnya.
"Kenapa harus memberitahunya di saat saat seperti ini, Ah siall!!" Ucap Bram dengan menaruh cangkir kopi sedikit keras.
Tak lama kemudian Bram melihat Caca mulai berjalan ke arahnya dengan sedikit tergesa-gesa.
"Aku akan pulang sekarang, dan kita akan membicarakan ini lagi nanti, sebelum kita mencapai kesepakatan bersama, ku harap kamu tidak menyebarkan foto foto itu, atau aku akan menuntutmu!"
Setelah memberi sedikit ancaman pada Bram, Caca mengambil selembar kertas lalu merobeknya hingga menjadi dua bagian, beserta bolpoin dari dalam tasnya itu, lalu menuliskan sederet nomor yang diyakini Bram adalah nomor handphone gadis itu.
"Ini nomor handphone ku, sekarang tuliskan nomormu juga disini! " Ucap Caca penuh perintah pada Bram dengan menyodorkan kertas beserta bolpoin.
Bram melihat sederet nomor, lalu dia mengambil handphone keluaran terbarunya dari dalam saku, Bram menekan deret angka dalam layar handphone lalu menekan kata "panggil".
Caca melihat ID penelpon di layar ponselnya dan mengangguk, "Ok sudah, Aku akan pergi dulu, ingat!! Jangan sampai kamu sebarkan foto itu!!
Setelah mengatakan itu, Caca berjalan keluar untuk bertemu suami botak yang dia pikir selama ini di rumah. tapi yang pasti suami aslinya adalah orang yang baru saja dia ajak bernegosiasi.
Bram menghela nafas, "kenapa dia sangat terburu buru, siapa yang akan dia temui?" Ucap Bram dalam hati.
Di tempat lain.
Villa Rainbow City
Berbicara tentang area vila, hal yang menarik tentang villa ini adalah lokasinya yang berada tepat di jantung kota,tapi dengan suasana yang begitu sejuk seperti di dalam hutan tropis, dan ketika baru saja didirikan, pengembang real estat membuat taman yang sangat megah untuk masing-masing hunian untuk orang yang menempati villa itu nanti.
Rainbow City berlokasi strategis, di area jalan lingkar luar, sudah sangat dekat dengan jalan raya serta jalan tol dengan akses langsung ke pusat perbelanjaan juga pusat perkantoran.
Setelah komplek villa di bangun, cukup banyak peminat serta pembeli yang sudah memesannya. Namun, ketika mereka sudah menempati villa, tidak lama setelah itu, mereka berbondong bondong pergi dari villa, rata rata penghuni villa hanya mampu bertahan 3 bulan lamanya, entah apa alasan mereka meninggalkan villa megah itu: "Villa itu angker, saya dan istri saya sering bermimpi buruk, tidak hanya sekali dua kali, saat baru tinggal di komplek villa ini." Ucap salah satu mantan penghuni komplek villa tersebut.
Beberapa keluarga telah bereaksi terhadap rumor ini, dan beberapa tetua setempat mengatakan bahwa lokasi villa itu dulunya adalah kuburan, dan kata "ADANYA HANTU" semakin memperburuk keadaan. Secara perlahan orang-orang mulai pindah satu persatu, mereka yang baru ingin menandatangani kontrak pembelian unit di komplek villa tiba tiba juga membatalkan kontrak karena rumor tersebut sudah tersebar luas serta banyak masyarakat yang menggiring opini publik.
Kompleks villa perlahan-lahan tidak dihuni lagi, seperti kota mati.
Pada awalnya, Caca juga berpikir seribu kali ketika dia mendengar akan menempati komplek villa ini. Namun karena ia tidak punya banyak uang untuk menyewa apartemen, dan untuk yang lain, jadi dia bertahan disitu.
Tetapi setelah satu tahun tinggal di sini, tidak ada kejadian aneh yang terjadi, dan lambat laun kejadian itu terlupakan oleh Caca.
Begitu dia memasuki pintu rumah, Caca melihat pelayang di rumahnya yang masih berumur cukup muda, yang telah disiapkan suaminya untuknya, Lina, duduk bersila di sofa, dengan semangkuk buah di pangkuannya, dan suara TV yang menyala keras.
Tampaknya di rumah ini, Lina lebih seperti nyonya rumah.
Caca berjalan mendekat, duduk di sebelahnya, “Sudah ada yang menelponmu?”
"Ya, Aku sangat senang mendengar kabar tentangmu barusan, kamu sudah sendirian selama satu tahun lamanya tanpa suamimu, dan sekarang akhirnya kamu bisa bertemu dengannya"
Lina berkata sambil mengunyah buah di mulutnya.
"Kenapa dia tiba-tiba kembali?" Tanya Lina penuh keheranan.
Untuk sikap kurang ajar pembantu muda itu Caca juga sedikit geram pada awalnya, untuk ukuran pembantu dia malas, berlagak tidak seperti pembantu pada umumnya. Dia juga bersikap layaknya nyonya besar dalam rumah itu.
Namun, Caca tahu bahwa dia adalah gadis kecil dari desa yang bekerja ke kota, jadi Caca memaklumi tingkah lakunya yang udik, lagipula Caca tidak ikut menggajinya..
Caca tidak menjawab, dia kembali fokus pada pikirannya sendiri. Tak lama setelah mereka berdua dalam keheningan, Caca menjawab: "Mana ku tahu, nama suamiku sendiri saja aku tidak tahu, bagaimana aku bisa mengerti apa maksud dia kembali setelah 1 tahun lamanya pergi." Ucap Caca sambil menghela nafas lelah dengan semua hal yg terjadi di hidupnya akhir akhir ini.
"Tempat ini adalah tempat tinggalku pertama kali setelah aku datang ke kota, Aku datang ke sini karena dipekerjakan untuk melayani kamu sebaik yang aku bisa, kamu mungkin belum tahu kebaikan tuan rumah ini."
Jawab Lina dengan mulut penuh, dan ketika Caca melihat betapa antusias Lina membanggakan bosnya itu membuat Caca merinding.
"Melayani ku sebaik mungkin?!" Tanya Caca dengan memutar matanya jengah, "Lalu kenapa kamu tidak pernah memasak untuk ku sama sekali?"
Lina menatap Caca dengan tatapan nyalang: "Bagaimana aku tahu kapan kamu akan pulang, jangan lupa aku bisa saja melaporkan apa yang kamu lakukan selama ini!"
"Apa yang sudah aku lakukan selama ini?" Caca tahu pasti tentang hal yang dimaksud Lina, apalagi jika bukan tentang Caca yang jarang berada di rumah megah itu.
Lina mendengus, "Kamu tidur di rumah tidak lebih dari dua malam dalam seminggu, sebagai wanita yang sudah menikah apa pantas tinggal di luar setiap hari? Aku selalu bertanya-tanya bagaimana perasaan Tuan ketika dia tahu ini."
Caca tertawa, Lina ini benar-benar penjilat, tidak mau repot memikirkan ucapan gadis itu, Caca langsung berbalik dan bersiap untuk naik ke atas.
"Hei, Aku cuma mengingatkanmu untuk melayaninya dengan baik! Tuan memiliki temperamen yang buruk, jadi kalau kamu sampai membuat tuan marah maka aku yang akan kena getahnya!" Teriak Lina ketika melihat Caca berjalan menaiki tangga.
Caca mendengarkan ucapan Lina dengan berlalu begitu saja.
Saat sampai di kamar, Caca mulai cukup khawatir akan semua perkataan yang diucapkan Lina tentang tuannya yaitu suami Caca sendiri.
Dia mengabaikan pernikahan ini selama setahun, lalu tiba-tiba dia kembali, apa yang dia rencanakan??
Apa jangan jangan??
Meminta hak nya???
Perusahaan ayah Caca telah dalam proses pengembangan produk baru selama beberapa tahun terakhir, dan sudah hampir selesai, yang artinya perusahaan ayah Caca kini sudah mulai membaik.
Namun, Caca tidak bisa menolak kepulangan suaminya, bagaimanapun, mereka sudah menikah secara resmi, dan sudah sewajarnya jika suami meminta hak atas tubuhnya. Namun bukankah Caca juga berhak atas haknya sebagai istri?
‘Apa yang harus aku lakukan?’ Batin Caca yang mulai panik akan beberapa kemungkinan yang terjadi nanti.
Waktu makan malam telah tiba, Caca turun kebawah dan melihat meja makan sudah diisi dengan berbagai menu, dan ini pertama kalinya Caca melihat meja makan itu terisi masakan Lina. Caca mengambil tempat duduk setelah sesaat dia memandangi semua menu makanan yang tersaji dengan rapi.
"Kamu yang memasak ini semua?" Tanya Caca melihat Lina ikut mengambil tempat duduk tepat di depannya.
" Ya, siapa lagi, ini kan tugasku." Jawab Lina yang fokus mengambil semua makanan dalam porsi banyak.
Ini adalah pertama kalinya Lina memasak makan malamnya, dan rasanya sangat biasa saja sehingga Caca tidak memakan makanan itu terlalu banyak, di tengah heningnya makan malam mereka, tiba tiba Caca bertanya pada Lina: "kapan suamiku akan pulang? "
"Memangnya suamimu tidak mengatakan di telepon jam berapa dia akan tiba di rumah? Dia, kan, suamimu kenapa bertanya padaku?"
Lina menggigit besar makanannya, "Tuan selalu sibuk setiap hari jadi tidak tentu pukul berapa dia akan pulang—kenapa kamu nampak buru buru sekali ingin bertemu tuan?"
Caca benar-benar tidak ingin menjawab pertanyaan yang dilontarkan Lina padanya. jadi dia segera menyudahi makannya dan bergegas kembali ke kamarnya.
Caca akan menunggu hingga jam sepuluh. Namun karena Caca tidak bisa tidur nyenyak semalam, hari ini pukul sembilan Caca sudah mulai mengantuk, Caca sudah berkali kali menguap sambil melihat waktu.
Menurut Caca Orang tua akan pergi tidur lebih awal. Dan ini sudah cukup larut untuk orang berumur bepergian sendiri ,jadi Caca rasa suaminya itu tidak akan datang malam ini. Tak lama kemudian Caca mulai merasa badannya lengket karena aktivitas seharian.
Ia segera mandi dan langsung tidur.
11.30
Sebuah mobil Mercedes Maybach berwarna hitam terparparkir tepat di depan Blok 18 villa Rainbow City.
Bram melangkah keluar dari mobil, anting berlian biru safir di telinga kirinya bersinar terang di bawah sinar bulan.
Dia baru saja akan melangkahkan kakinya ke rumahnya ketika dia tiba-tiba berhenti, melepas anting-antingnya dan menyerahkannya kepada ashar.
"Pak, saya menunggu Anda di sini saja, atau—" belum sempat Ashar menyelesaikan perkataannya, tiba tiba dipoCaca oleh Bram.
“Tidak, tunggu aku di sini saja.” Bram langsung melenggang masuk ke dalam rumah yang selama satu tahun belakangan ini ditinggali oleh istrinya.
Begitu dia memasuki rumah, Lina menyambut tuannya itu dengan sangat energik!
“Tuan, Anda sudah pulang? Ingin makan malam sekarang tuan? jika iy—" belum sempat Lina menyelesaikan kata katanya, Bram sudah lebih dulu menjawab: "Tidak perlu, dimana istriku!?" Tanya Bram dengan aura ketegasannya.
Yang Bram tahu, Lina dulu hanyalah seorang gadis kecil dari desa yang sedang mencari pekerjaan di kota dan akhirnya bertemu dengan pak Pak Opik dan akhirnya ia di pekerjakan di rumah Bram, dan dulu Lina hanyalah bertugas membersihkan taman kaca milik Bram, dan terbilang jarang melihat Bram berada di rumah ini.
“Nyonya sedang berada di kamar anda tuan, saya rasa nyonya sudah tidur.” Lina langsung menjawab. Bram mendengus, wanita yang tadi siang gusar karena ancaman Bram, dan mendapat kabar bahwa suaminya akan pulang setelah satu tahun pergi meninggalkannya, sekarang dia malah tidur tanpa merasa risau? "Di kamar mana saya?" "Naik tangga, lalu kamar kedua dari kiri." Lina menjawab dengan cepat. Bram berjalan menaiki tangga dan tiba-tiba berhenti lagi. Bagaimana jika nanti ternyata dia belum tidur atau bagaimana jika nanti kehadirannya membangunkan gadis itu? Dan bagaimana jika nanti dia melihat wajah asli suaminya dan ternyata itu adalah bram, bukankah rencananya untuk terus mengujinya akan gagal?
2 hari kemudian…….. Setelah dua hari berturut-turut memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya kemarin dan hari sebelumnya, Caca masih memiliki beberapa kissmark di lehernya, dan dia memutuskan memakai baju turtleneck hari ini untuk menutupinya. Seperti biasa, Lina masih duduk di sofa dengan buah melon dipangkuannya dan menonton TV, seperti nyonya rumah. Caca berdehem dan berjalan menuruni tangga, duduk di sofa, Lina hanya meliriknya. "Kenapa?? kamu mau sarapan ?? buat saja sendiri!" Ucap Lina sinis. Tentu saja, Caca tahu bahwa makanan yang ia masak kemarin hanya semata-mata karena dia khawatir ketahuan oleh tuannya. Dasar penjilat!! Ucap Caca dal
Yezline Hendarmo. Bahkan sebelum debut resminya, Yezline sudah memiliki momentum bintang besar di mata publik, bagaimana mungkin dia tidak datang. Dengan beberapa bodyguardnya yang membuka jalan di depan dan dua asisten mengikuti di belakangnya. Yezline mengenakan kacamata hitam dan berjalan mondar-mandir, terlihat gelisah akan hasil casting hari ini. Ketika Caca keluar dari kamar mandi, Caca berpapasan dengan Yezline, Caca kembali menutup bilik kamar mandinya untuk bersembunyi. Dia tidak ingin bertemu Yezline di sini. Menyaksikan adegan Yezline yang berpelukan dengan pemeran utama di belakang semua orang membicarakannya, benar-benar membuat banyak aktor muda yang datang untuk mengikuti casting ini iri. "Hei, apa kalian
Caca mendengar pintu dibanting di belakangnya, "Ashh, sakit!! " Ringis Caca merasa perih pada lututnya karena terantuk lantai kotor di ruangan itu. Pada saat dia coba bangun dan berjalan untuk membuka pintu, pintu itu ternyata sudah di kunci dari luar. ‘Siall!!’ Batin Caca mengumpat. Dia menggedor pintu itu beberapa kali, bahkan Caca juga berteriak minta tolong beberapa kali, tapi hanya senyap yang ia dapat. Ketika dia mengikuti apa yang dikatakan anggota staf di sini, dia pikir tempat itu berada di lantai paling atas sehingga dia bisa melihat orang orang yang datang untuk casting, tetapi kenyataannya ia tidak bisa melihat siapapun di sini. Sepertinya ia telah di jebak. Orang yang menjebaknya sudah memp
“Tapi, pak tolong beri saya satu kali kesempatan, ya? Saya sangat membutuhkan kesempatan ini pak...” Mohon Caca Jika dia gagal pada casting kali ini, ini benar benar bukan hal baik untuk Caca, apalagi jika dia gagal karena dia sengaja dijebak agar terlambat mendatangi casting ini, Caca benar-benar merasa geram pada seseorang yang telah tega menjebaknya. “Nona, lihat orang mana yang tidak membutuhkan kesempatan ini?” Seorang asisten sutradara menepuk nepukkan segulung kertas yang Caca yakini itu adalah kertas form peserta casting di tangannya. "Nona saya akan memberitahumu beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang aturan yang harus dipatuhi di sini. jadi lain kali anda bisa lebih teliti dan tidak datang kesini dengan sia sia." Asisten sutradara berkontak mata dengan asisten sutradara lainnya, seolah mereka seda
Marlen mengangguk, "Sepertinya kamu tahu karakternya dengan cukup baik, bahkan orang yang telah membaca novel sebelumnya selalu berpikir bahwa Rose adalah wanita yang terlalu lemah." Mendengar Direktur Marlen mengatakan itu, dua asisten direktur di sampingnya buru-buru setuju, "Ya, meskipun gadis kecil ini adalah pendatang baru, dia mampu menampilkan sebuah cerita dengan emosi yang sangat tepat." “Tidak hanya emosi yang ada, tetapi ekspresinya sangat mendalami ketika mengucapkan kalimatnya, terutama pada linangan air mata yang tertahan sampai akhir sebelum jatuh.” Marlen mengangguk, "Oke, kalau begitu peran ini bisa kamu mainkan, kami akan memberitahu agency mu nanti." Caca tertawa kikuk "Saya tidak memiliki agency dan saya belum pernah menandatangani satu kontrak pu
“Sebenarnya kamu tidak dirugikan sama sekali, kan?” Bram memandang ke arah Caca. Ekspresi Caca menjadi serius, “Asta, dari fakta bahwa kamu meluangkan waktu dari jadwal sibukmu untuk menyelamatkanku hari ini, aku dapat mengatakan bahwa kamu adalah orang yang baik, aku tidak menyangka orang baik akan memaksa orang baik lainnya untuk melakukan hal seperti itu.” Melihat wajah serius dan tulus Caca, Bram tidak menemukan kata-kata untuk diucapkan. “Aku sudah jujur padamu terakhir kali, alasan aku tidur denganmu dan kenapa aku ingin segera punya bayi adalah karena suatu alasan yang mendesak, dan sekarang setelah suamiku kembali, aku tidak akan melakukan hal semacam ini lagi, katamu sekali dan dua kali, tidak ada bedanya, tetapi dalam kasus ku, perbedaannya sangat besar.” C
Caca tercengang, belum terbiasa memiliki suami, jadi terkadang dia lupa kalau sudah menikah. Dia begitu sibuk dengan tesisnya dan persiapan syuting sinetron nya sehingga dia lupa tentang suaminya. "Apa yang kamu tunggu? Naik dan mandi, ”desak Lina. "O–okay" Setelah mengatakan itu, Caca langsung naik ke atas. Lina menatapnya sekilas dan kembali ke kamarnya, berdiri di depan cermin dan melihat dirinya sendiri. Lina melepas baju serta bra nya lalu memegang payudaranya, " Aku tidak mengerti apa yang Tuan lihat dari wanita itu. Apa payudaranya besar? Tidak, pipi tembam? Aku juga punya, tidak adil, benar-benar tidak adil." Di sisi lain Caca naik ke atas dan mandi dengan cepat, pri