Butuh waktu tiga hari untuk sampai di tempat tujuan meskipun sudah menggunakan kuda sekalipun.
Aria menumpang kepada para pedagang, namun dia harus berpisah dan kembali melanjutkan perjalanannya sendirian dengan jalan kaki. Di tengah perjalanan juga, ia membaca peta yang ia beli dari guild.
Setelah berjalan kaki selama satu hari dipandu arahan para pedagang dan melihat struktur peta, Aria berjalan menyusuri hutan.
Ia tidak takut dengan serangan monster dan perut yang lapar.
Aria diberitahu bahwa tidak ada monster yang berkeliaran di sekitar Desa Ssuane.
"Ini terlalu mudah jika tidak ada monster. Hidup menjadi petualang Bronze membosankan. Tapi, lebih baik daripada menjadi petani di zaman seperti ini," gumam Aria.
Mengenai kebutuhan pokoknya, Aria membeli beberapa roti dan makanan yang cukup untuk dirinya makan sendiri di perjalanannya.
Saat sampai di sungai, ia akan berburu ikan serta membersihkan dirinya. Walau sebenarnya ia tidak akan mengeluarkan keringat, karena ia mendapatkan ras yang spesial karena telah mencapai level maksimal di dua sub-class.
Kemudian setelah bergelut dengan pepohonan, Aria keluar menuju cahaya. Saat ia keluar, tempat itu sangat luas dengan pepohonan yang mengelilinginya.
Itu adalah hamparan yang luas dan diisi oleh banyak bunga yang sudah memekarkan dirinya. Indah sekali dibandingkan hutan yang dilewatinya tadi.
Tapi, Aria tidak menghiraukan keindahan itu karena ia hanya berpikir tempat itu adalah tujuan Aria untuk menyelesaikan misinya.
Setelah itu Aria berjalan ke arah hamparan bunga yang luas itu. Berdiri tepat di tengah-tengah dan berhenti di sana dengan posisi berdiri.
"Saatnya melakukan percobaan, jika tekniknya masih sama, ini akan sangat memudahkanku."
Aria menarik napasnya dalam-dalam untuk bersiap. Setelah itu, Aria merapatkan kedua tangannya seperti sedang berdoa, membayangkan sebuah air yang jatuh, kemudian Aria mengucapkan kode perintah untuk mengaktifkan sihirnya.
"Create Rain."
Sesudah mengatakan hal tersebut, Aria kembali melepaskan tangannya dan berdiri diam.
Tak lama setelah itu, langit yang awalnya cerah, saat ini sudah berganti menjadi abu-abu, siap untuk menjatuhkan isinya ke bawah. Perlahan namun pasti, tetesan air yang awalnya hanya sedikit, kini telah terjun bebas dengan menghantam apa pun yang ada di bawah.
Meskipun begitu, air yang dijatuhkan adalah air biasa dan itu jatuh dengan kuantitas sedang, sehingga tidak satu pun yang akan tersakiti.
Basah dengan sihirnya sendiri, Aria kemudian mengangkat tangannya ke depan, dan membayangkan tetesan air jatuh ke air lagi sehingga menciptakan gelombang lembut, kemudian ia mengucapkan kode perintahnya.
"Serach Zone: Analysis."
Air yang berada di ujung jari tengah Aria kemudian jatuh dan saat sudah sampai bawah, air itu menciptakan bunyi air jatuh dan gelombang halus ke seluruh area hamparan bunga yang luas tersebut.
Setelah gelombang itu hilang, cuaca hujan pun perlahan-lahan ikut menghilang dan mengembalikan kembali cuaca cerah yang asli.
Hal yang dilakukan oleh Aria adalah konsep mengeluarkan sihir dari permainan Godtales.
Dengan membayangkan cara kerja sihir tersebut, pemain bisa mengeluarkan sihirnya sesaat setelah mengucapkan kode perintah.
Ini juga menjadi alasan kenapa banyak sekali orang bermain Godtales, pemain benar-benar dimanjakan dengan nuansa seperti negeri dongeng yang diimpikan.
Sihir yang dilakukan Aria adalah contoh nyatanya. Ia bisa melakuakn hal tersebut dengan mudah karena itu adalah konsep alami yang dijalankan di sistem Godtales.
"Sepertinya cara kerja sihirnya masih sama. Ini adalah hal yang bagus."
Untuk sihirnya sendiri yang dikeluarkan Aria adalah yang disebut 'Create Rain'. Create Rain adalah sihir rendah yang dapat dipelajari tanpa harus mengambil sub-class.
Sihir area tersebut masih banyak digunakan pemain karena terdapat segudang manfaat. Sebagai contoh adalah untuk meningkatkan efek buff (efek status positif) bagi player dan timnya terutama bagi yang menggunakan sihir air.
Sihir kedua yang dikeluarkan oleh Aria 'Search Zone' adalah sihir umum menengah. Meski begitu, butuh keahlian khusus untuk menggunakannya, serta pemain harus mengetahui objek apa yang akan dicarinya.
"Tapi jika sistemnya masih sama, melakukan sihir lanjutan menjadi kendala. Untungnya versi saat ini sudah jauh lebih pendek. Waktunya mencari tanaman obat."
Dalam kasus ini, Aria menggunakan Search Zone sebagai area pencarian zona, dengan perintah lanjutan Analysis untuk mencari tanaman obat yang ada.
Karena Aria tidak mengetahui jenis tanaman obat yang ada di dunia ini, maka ia menggunakan Analysis agar ia bisa menentukan mana saja tumbuhan yang termasuk tanaman obat.
Untuk efeknya, objek yang dicari akan mengeluarkan cahaya untuk memudahkan para pemain.
Di hamparan bunga yang luas ini, hal itu akan dapat menarik banyak perhatian banyak orang, karena ternyata bayak sekali tanaman obat yang tumbuh di hamparan bunga.
Hamparan bunga yang awalnya sudah indah, berubah menjadi lebih indah seperti bunga itu memancarkan cahaya dirinya sendiri.
Menghiraukan apa yang terjadi, Aria kemudian melaksanakan misinya dan memetik tanaman obat sebanyak yang ia bisa.
"Cukup banyak di sini, resepsionis itu bilang tidak harus satu jenis, bukan? Ambil acak dan secukupnya lebih baik."
Aria tidak ingin memetik terlalu banyak, selain karena akan merusak ekosistem, desa yang dekat dengan hamparan bunga ini akan kesusahan.
Maka dari itu, Aria hanya mengumpulkan sekitar 47 tanaman obat apa pun jenisnya ia tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Selesai dengan tugasnya, efek dari sihir Aria perlahan menghilang.
Karena Aria sudah mengkonfirmasi bahwa ia bisa menggunakan sihir, Aria ingin cepat pulang degan Teleport, namun kemudian dia merubah pikirannya dan memutuskan untuk berkunjung ke desa Ssuane.
"Berkunjung sepertinya ide yang bagus, aku bisa memperluas area teleport-ku."
Aria melangkahkan kakinya dan meninggalkan hamparan bunga tersebut.
Hanya berjarak sekitar 30 meter dari hamparan bunga, Aria sudah melihat bangunan penduduk tanpa tembok pembatas yang sering ia jumpai selama di perjalanan.
Ini mungkin saja membuktikan bahwa tidak adanya monster di daerah sekitar desa Ssuane benar.
Aria melihat ke arah desa Ssuane selama 30 detik lamanya dan ia tidak mendengar satu pun suara.
"Selama di perjalanan, aku tidak pernah melihat desa yang sepi seperti ini."
Merasa ada yang salah, Aria mencoba mendekati dengan berjalan ke arah desa tersebut.
Setelah beberapa langkah, ia mendengar sebuah jeritan perempuan dan kemudian diikuti oleh beberapa suara lain.
Suara orang berteriak ketakutan, sangat terasa di telinga Aria.
Tak perlu berpikir panjang, Aria kemudian merapalkan mantranya 'Fly' sebuah sihir terbang dan terbang ke atas untuk memantau dari udara.
Ia melihat banyak orang berkumpul, lebih tepatnya dikumpulkan oleh 12 orang yang berpakaian armor besi penuh menaiki kuda.
Kemudian Aria melihat satu orang memakai perlengkapan yang sama sedang mengayunkan pedangnya, sehingga terdengar suara teriakan yang sebelumnya ia dengar.
Selain itu juga Aria melihat banyak mayat berserakan di dalam desa tersebut. Sudah dipastikan telah terjadi pembantaian di desa ini.
Aria kemudian memutuskan turun di dekat para kesatria. Sebelum itu, Aria melepas lencana guild miliknya ke tas penyimpanannya.
"Selamat siang semuanya!" Sambil turun perlahan dan menahan ketinggiannya sekitar 50 cm di atas permukaan tanah. Aria meninggikan suaranya sehingga suaranya bisa terdengar walaupun salah satu ksatria tertawa dengan keras.
Mendengar suara yang dihasilkan oleh Aria, para kesatria termasuk penduduk desa langsung mengalihkan fokusnya ke Aria.
Seorang kesatria yang tertawa menyiksa warga desa juga melihat ke arahnya."Salam kenal semuanya. Perkenalkan, aku adalah seorang magic caster dari negeri yang jauh. Aku pergi berkelana untuk melihat keindahan dunia. Namun apa yang aku dapati sekarang, kesatria yang seharusnya melindungi rakyat lemah, justru malah membunuh untuk kesenangan semata. Hal ini sungguh tidak enak dipandang."
Aria kemudian mengeluh ketidaksenangannya akibat perbuatan para kesatria yang dengan senang membunuh nyawa manusia yang tidak berdaya. Meskipun itu hannyalah alasan yang Aria buat saja.
"Siapa kau?!" ucap salah satu kesatria yang sedang menaiki kuda miliknya. Dia terlihat begitu marah!
Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat
Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua
Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat
Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel
Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"
Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik