공유

Chapter 6

작가: JayK
last update 최신 업데이트: 2022-09-29 10:55:53

"Apakah aku harus memperkenalkan diriku kembali? Tidak, itu tidak diperlukan. Bagaimanapun, kalian tidak akan bisa mengingat aku siapa untuk selamanya," ucap Aria percaya diri.


Kemudian terdengar seseorang tertawa kencang, itu adalah kesatria yang mengeksekusi warga yang Aria lihat tadi.

"Kau banyak gaya juga, bocah. Trik apa yang kau pakai sehingga takut untuk turun, HA?!"

Aria tidak merespons perkataan si kesatria tersebut.


"Benar juga, magic caster dari negeri yang jauh, perkenal-"


"Tidak, aku tidak butuh namamu," ucap Aria sebelum kesatria itu mengenalkan diri.


"Berani juga nyalimu. Apakah kau berpikir seorang magic caster bisa mengalahkan 12 kesatria sendirian? Apakah kau mencoba ingin terkenal?" Sambil mengejek, kesatria tersebut tertawa sekencang-kencangnya.


Tidak gentar dengan perkataan sang kesatria, Aria membalasnya kembali dengan tawa yang juga kencang."Benar juga, aku harus berterima kasih kepada kalian semua. Benar, itu adalah cara yang cocok untuk kalian."

Di dalam hatinya, ia sangat senang bisa menemukan kelinci percobaan tanpa harus susah payah mencari, atau menjebak seseorang.


Sekelompok manusia sampah di depan matanya adalah hal yang luar biasa bagi dirinya.


"Kau bilang mencoba, bukan? Baiklah." Aria melihat ke salah satu kesatria yang sedang menunggangi kudanya, kemudian menunjuknya.


"Kau, ikuti perintahku dan berjalan ke arahku."


Para kesatria yang mendengar itu terdiam, melihat satu sama lainnya, kemudian tertawa seolah mereka telah melihat pertunjukkan drama yang bagus.


Bahkan, di antaranya ada yang mengejek dengan mengulang kembali kalimat yang Aria katakan.


Belum berhenti tertawa, kesatria yang ditunjuk Aria langsung terjatuh hingga membuat tawa mereka terhenti sejenak, kemudian lanjut tertawa menganggap kawannya itu jatuh karena tidak kuat menahan tawa atau mengikuti akting Aria.


Kemudian mereka benar-benar berhenti tertawa setelah melihat kawannya berteriak dan mulai berjalan ke arah Aria, dan berusaha untuk melawan seakan dipaksa.


Ia terus berteriak meminta tolong sampai ia menyadari dirinya sudah berada dekat dengan Aria.


Mengikuti itu, Aria naik lebih tinggi lagi sehingga helm milik kesatria tersebut dapat dibuat sandaran tangan untuknya.


Lalu, kesatria yang mengeksekusi warga desa bertanya kepada Aria, "Apa yang kau lakukan?"


Aria tersenyum, "Para kesatria sekalian, apakah kalian adalah orang yang beriman?"


Mereka semua hanya memasang wajah bingung mereka, walalu itu sebenarnya tertutup oleh helem mereka.


"Tentu saja kalian bukan. Karena kalian adalah orang yang berdosa, aku akan membawa kematian kepada kalian."


Sambil mengatakan itu, Aria memegangi helm kesatria di pinggirnya tersebut kemudian merapalkan mantranya, "Sacrifice: Gream Reaper."

Setelah mantranya terucap, sang kesatria kembali berteriak, kini dia lebih berteriak lebih keras daripada sebelumnya.
Teriakannya sangat mengerikan sehingga membuat yang melihatnya tidak bisa beraksi.

Kesatria tersebut merasa kesakitan karena tubuhnya dirubah paksa menjadi sesuatu yang dikenalinya.Tulangnya remuk, ototnya juga robek, itu semua terjadi perlahan dari bawah hingga ke atas secara perlahan.Teriakan yang mengerikan itupun berhenti setelah proses yang tidak diketahui di dalam armornya selesai.

Kemudian, armor itu bergerak dan mengeluarkan asap hitam pekat. Lalu muncul cairan hitam lengket dari armor sang kesatria.
Cairan itu terus keluar dan membesar hingga mencapai sosok konkretnya. Sosok hitam dengan kain hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, mata yang merah, serta senjata berbentuk bulan sabit melayang tegak.


Gream Reaper telah muncul.

"Rasakanlah kematian datang padamu!" gumam Aria.

Sosok hitam dengan mata merah menyala yang dipanggil Aria sebagai Gream Reaper itu, melayang di atas armor kesatria yang jatuh karena tubuhnya sudah tidak lagi mempunyai bentuk. Kini, tubuhnya bahkan sudah tidak ada lagi yang terlihat.

Para kesatria yang melihat itu terkejut pada awalnya, teriakan kesakitan kawan mereka yang begitu keras terasa mengerikan sehingga pikiran mereka menggambarkan neraka yang kejan datang menimpa dan menghukumnya.

Tapi, setelah melihat wujud gream reaper yang ukurannya sama dengan tubuh mereka, ketakutan mereka sedikit mengurang.

Sayangnya, hal tersebut tidak membuat pikiran mereka sadar, mereka masih memproses apa yang sedang terjadi dan hanya melihat sosok yang dibuat oleh Aria.

Gream Reaper kemudian bergerak secara perlahan ke salah satu kesatria di dekatnya.

Dihampiri oleh makhluk hitam, tangan kesatria tersebut menggenggam lengan pedang yang ada di pinggulnya.

Saat ingin menarik pedangnya, si kesatria melihat Gream Reaper itu mengayunkan senjata miliknya kemudian tak lama, ia melihat seorang kesatria tanpa kepala dengan darah yang keluar seperti air mancur dengan matanya sendiri.

Ia ingin mengetahui dan membedahnya secara logika, tetapi itu sudah terlambat karena pikiran dan kesadarannya sudah tidak lagi berfungsi karena yang ditebas adalah dirinya sendiri.

Diperlihatkan kembali kejadian yang tidak masuk akal, keadaan di sekitar kembali hening.

"UWAAAAAA!" Salah satu kesatria yang sadar kemudian berteriak dan lari dengan kudanya dengan tergesa-gesa. Suara sepatu kuda dan teriakan miliknya terdengar jelas melewati udara di suasan yang tanpa suara ini.

Perhatian mereka teralihkan oleh suara tersebut dan melihat ke arahnya, begitu juga dengan sang Gream Reaper.

"Grrr!" Mata merahnya menyala di dalam kegelapan dan terbang dengan cepat ke arah kesatria yang kabur dengan kudanya itu.

Seakan sang waktu menjeda waktunya, Gream Reaper itu tiba-tiba sudah berada di depan kesatria. Kaget dengan apa yang dilihat, kuda yang ditungganginya berdiri dan mengeluarkan suara yang aneh. Dan saat itu juga, dua kepala telah jatuh ke tanah.

Kesatria yang mengeksekusi warga dengan tawaan kencangnya, yang mungkin adalah pemimpin kelompok tersebut, berteriak dengan sekuat tenaga menyemangati kesatria yang lain. “Jangan takut! Keluarkan pedang kalian dan bertarunglah! Dia hanya makhluk rendahan, sangat mudah mengalahkannya! Sadarkan kembali pikiranmu dan keluarkan pedangmu!”

Teriakannya membuat sadar kesatria yang lain dan para kesatria itu mulai mengeluarkan pedang dari sarungnya.

“Siapkan formasi kalian, kita akan menyerang!” teriaknya lagi.

“Uwoooh!”

Teriakan semangat para kesatria mulai menggema, mereka lalu mulai bergerak menuju Gream Reaper sebagai targetnya.

“Musuhmu hannyalah orang yang memakai armor. Selain itu, jangan serang!” perintah Aria kepada Gream Reaper itu. Seakan mengerti, sosok itu memasang kuda-kuda dengan memainkan senjata berbentuk bulan sabitnya itu.

Gream Reaper itu maju dan menerjang dua kesatria yang mendekatinya dan mengayunkan senjatanya ke arah mereka.

"AAAA!" teriak kesatria yang diserang. Badan dua kesatria tersebut terbagi menjadi dua, dengan sisa bagian bawah yang dibawa oleh kuda yang berlari secara acak, sedangkan tubuh atasnya jatuh tepat di bawah Gream Reaper.

Gream Reaper itu selanjutnya melihat ke arah lain dan mencari mangsa selanjutnya.

Tepat sebelum ia menemukan, dari belakang Gream Reaper, terdengar suara teriakan dari salah satu kesatria yang hendak menyerang Gream Repaer dari belakang.

Teriakan itu disebabkan oleh sebuah makhluk berwarna putih. Makhluk itu adalah jiwa yang sudah diambil oleh Gream Reaper dan menjadi pengikutnya. Di dalam Godtales, makhluk tersebut dinamakan Yurei dan bisa dipanggil tanpa harus ada Gream Reaper. Yurei sendiri merupakan jiwa yang datang kembali ke dunia dan melakukan balas dendam. Yurei dikenal sebagai makhluk yang agresif dan menyerang langsung pemain.

Aria yang melihat itu tersenyum melihatnya. "Yurei? Sudah lama aku tidak melihatnya. Ini akan semakin menarik!"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 112 [Tamat]

    Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 111

    Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 110

    Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 109

    Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 108

    Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 107

    Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status