Home / Romansa / Godaan Hasrat Pria Terlarang / Bab 5. Sebuah Rasa Sedih

Share

Bab 5. Sebuah Rasa Sedih

Author: Maspanci
last update Last Updated: 2025-10-06 15:10:07

"Maaf permisi waktunya minum O ...." Suster tersebut tidak melanjutkan perkataannya dan malah berdiri mematung menatap Indy juga Dimas yang terlihat sangat mesra.

 

Spontan Indy dan Dimas melihat ke arah sumber suara, lalu dengan cepat Indy mendorong Dimas hingga lelaki itu terjengkang.

 

"Astaga, Indy," maki Dimas yang kaget karena di dorong. Rasanya ia ingin meremas kepala Indy yang membuatnya kalang kabut. Sebentar-sebentar menggodanya, lalu melemparnya, lalu menggodanya lagi dan jangan lupa menyindir dirinya jompo! Ampun ... benar-benar anak ini.

 

"Eh maaf, Om ... maaf, Indy nggak sengaja? Sakit?" tanya Indy spontan sambil menyentuh bagian-bagiam tubuh Dimas secara serampangan. 

 

"Udah ... udah, udah." Dimas berteriak kesal karena apa yang Indy lakukan lagi-lagi membuat ia harus menggemeretakan giginya menahan hasrat. Baju tidur yang Indy kenakan benar-benar membuat nafsu Dimas hampir meledak.

 

"Ehem ...."

 

Suara itu langsung membuat Indy dan Dimas terdiam dan menoleh kembali ke sumber suara.

 

"Obat?" tanya suster sambil mengangkat nampannya dan tersenyum kikuk karena melihat tingkah dua pasangan beda generasi di hadapannya. 

 

Indy langsung meloncat dari duduknya dan berjalan ke arah suster, "Sini saya yang kasih, ini langsung di minum aja? Nggak papa kalau nggak makan dulu?" tanya Indy.

 

"Nggak papa, memang obat ini harus diminum saat ini. Sesuai anjuran, ini bisa langsung diminum," sahut suster sambil memberikan dua bungkusan obat dan melanjutkan perkataannya, "itu pacarn—"

 

"Bukan pacar saya." potong Dimas dingin.

 

"Oh ...." Suster tersebut tak berani berkata apa pun juga, sejujurnya dia pun tak ada hubungannya dengan kisah percintaan pasien VVIP ini. Tapi, kalau bukan pacar apaan? Cuman pacar yang melakukan tindakan berciuman tadi. 

 

"Sini obatnya, susternya keluar aja," ucap Indy cepat, ia tidak mau memperpanjang masalah. Indy langsung berbalik dan kembali mendekati Dimas setelah suster itu pergi.

 

Mata Indy malu-malu melirik ke arah bibir Dimas. Pikirannya kalut dan perasaannya bercampur aduk, sensasi lembut nan manis yang sangat singkat namun candu membuat ia kembali membayangkan apa rasanya bibir Dimas. Bibir yang terlihat penuh dan sensual, yang membuat tubuhnya bergetar saat tadi menyentuhnya. Itu baru sentuhan di bibir, bagaimana kalau di bagian tubuh lain?

 

"Mana?" tanya Dimas.

 

"Apa?"

 

"Obatnya Indy, aku butuh minum obat. Kamu sendiri yang bilang kalau aku ini sekarat dan sudah tua," ucap Dimas kesal sambil menengadahkan tangan kanannya.

 

"Lah iya, lupa aku ... maaf, kamu terlalu mempesona buat ak ...." Indy mengunci mulutnya rapat-rapat saat mendapatkan lirikan maut dari Dimas, bukan apa-apa, biasanya Indy akan terus menggoda Dimas hingga kata-kata pamungkasnya keluar tapi, saat ini sepertinya Indy lebih baik diam karena jantungnya berdetak lebih cepat akibat apa yang baru saja terjadi tadi.

 

"Aku kan sudah bilang, jangan main api, Indy," ucap Dimas dengan menekan kan kata Indy pada suaranya. 

 

"Apinya panas yah, Om," sahut Indy ngaco karena bingung harus menjawab apa karena sejujurnya untuk bisa berbicara banyak dengan Dimas membutuhkan keberanian yang besar dan saat ini keberanian Indy sedang terkikis habis akibat adegan panas tadi. Terlalu panas dan terlalu intens.

 

"Mana ada api dingin," jawab Dimas sambil tersenyum kecil lalu dengan cepat mengubah ekspresinya agar Indy tak melihatnya. 

 

Dimas langsung meminum obatnya dan kembali tenggelam dalam pekerjaannya sedangkan Indy hanya duduk di sofa sambil mengutak atik ponselnya.

 

"Om kenapa marah sama Almira sampai Asma Om kambuh?" tanya Indy sambil tetap fokus ke layar ponselnya seakan layar itu menampilkan sesuatu yang sangat berharga.

 

"Dia anak Om satu-satunya dan dia pergi ke pulau sama lelaki, Ayah mana yang nggak ngamuk Indy," ucap Dimas sambil menggemeretakan giginya dan bersumpah bila bertemu dengan Almira dan Ferry kekasih anaknya itu, ia akan remas mereka berdua. Liar!

 

"Oh ...."

 

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Dimas yang bisa mendeteksi rasa sedih di perkataan Indy.

 

"Hah?" Indy langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel dan mengerjap saat melihat sorot mata elang Dimas yang selalu membuat Indy terpesona, "Nggak ... nggak salah, cuman ... Almira beruntung punya ayah kaya Om."

 

"Emang bapak kamu nggak bakal ngelakuin hal yang sama?" tanya Dimas sambil melihat Indy dari atas ke bawah mencoba menilai Indy kembali. Oh ... mungkin kalau Dimas adalah Bapak Indy, dia akan lebih marah karena sumpah demi apa pun Indy dua kali lebih cantik dari anaknya.

 

Kulit Indy kuning langsat, hidung bangir, bibirnya merah tanpa lipstik dan penuh, matanya bulat, bulu matanya lentik, rambutnya hitam panjang, dan tubuhnya kecil namun besar di bagian-bagian yang tepat. Wangi tubuhnya ... Dimas langsung menahan hasratnya sendiri saat mengingat betapa memabukkannya wangi tubuh Indy.

 

"Bapak aku?" tanya Indy yang langsung dijawab anggukan oleh Dimas, "nggak tau, aku sudah yatim semenjak usia 3 tahun, jadi, terkadang aku suka iri dengan kawan-kawanku yang selalu dijaga ayahnya. Dan mungkin itu juga yang bikin aku suka sama cowo yang lebih ...." 

 

Indy berjuang mencari kata lebih halus daripada tua. Apa? Sepuh? Kakek-kakek? Om-om? Apa?! Tidak mungkin dia bilang kalau dia suka cowok tua sedangkan Dimas tau kalau ia menyukai Dimas. Bisa ngamuk Om-om sexy di depannya itu.

 

"Lebih apa Indy?"

 

Indy langsung tersenyum dan mengambil selimut yang semenjak tadi ada di ujung kakinya, "Lebih baik Indy tidur, Om."

 

Lalu ia menutupi tubuhnya dengan selimut tebal tersebut dan menutup matanya lalu menulikan kupingnya karena mendengar teriakan Dimas.

 

"Indy!"

 

•••

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 16 Tak Sengaja Menggoda

    Sepanjang rapat Dimas hanya bisa mencuri-curi pandang ke arah Indy yang dengan luwes mengartikan semua perkataannya dan juga mensingkronkan dengan semua gambar juga berkas-berkas yang sudah ada di tangan Mister Chen dan semua anak buahnya.Rapat berjalan sangat lancar dan dengan gemilangnya Dimas mendapatkan kontrak yang ia inginkan dan bahkan dengan keuntungan yang tidak bisa Dimas bayangkan. Mister Chen sepertinya terpesona dengan keluwesan Indy."Tadi itu apa?" tanya Dimas setelah semua orang keluar dan hanya ada mereka berdua di ruangan. "Rapat," ucap Indy sambil menyelipkan rambutnya ke kuping membuat Dimas bisa melihat leher Indy yang jenjang.Dimas berusaha menahan hasratnya untuk menarik Indy ke pangkuannya lalu menarik kemeja yang menutupi setiap lekuk tubuh gadis itu, "Bukan rapatnya Indya tapi ....""Tapi ... kenapa aku bisa Bahasa Mandarin?" tanya Indy sambil tersenyum senang karena akhirnya ia bisa menunjukkan bakat terpendamnya."Kamu kan nggak pernah les Mandarin setah

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 15. Terpukau

    "Pak Rei kenapa?" tanya Indy yang bingung melihat Rei berjalan mondar mandir di depan ruangan rapat yang akan Dimas pakai lima belas menit lagi untuk bertemu dengan salah satu petinggi perusahaan Jiayou."Astaga kenapa anda udah di sini? Mana Pak Dimas?" tanya Rei panik sambil melihat ke kanan dan ke kiri mencoba mencari Dimas."Pak Dimas masih di kamar, katanya dia mau bersiap. Saya ke sini duluan karena mau nyiapin ruangan." Indy mengangkat beberapa map yang sudah ia siapkan. "Dan lagi, saya baru selesai benerin jadwal yang anda buat. Pak Rei ngaco."Rei mengangguk, "Saya memang sedang dalam mode banyak masalah yang ...." Rei terdiam dan berpikir apakah harus ia menceritakan masalahnya pada Indy. Rasanya ia dan Indy tidak sedekat itu hingga ia harus memberitahukan kehidupan pribadinya. To much informasion.Indy yang seolah paham hanya mengangkat salah satu tangannya dan berkata, "Is oke ... semua orang punya masalah, ingat masalah itu akan berlalu tapi buat anda kayanya masalahnya m

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 14. Merosot

    "Aku masih perawan, Om!" Seketika itu juga gerakan jari Dimas terhenti, membuat Indy bersyukur sekaligus kesal karena ia suka jemari itu bergerak di bagian paling sensitif tubuhnya. Candu."Kamu nggak lagi mainin aku kan?" tanya Dimas sambil tertawa karena tebakannya benar. Pengalaman hidup membuat dia mampu menebak apalah Indy ini masih perawan atau bukan.Indy langsung menggeleng sambil menjauhi Dimas, otaknya saat ini kembali mengambil alih tubuh, hati dan juga pikirannya membuat ia kembali berpikir jernih dan waras tidak terbius dalam godaan penuh nikmat dari Dimas."Kamu beneran masih?"Indy mengangguk secepat mungkin, bahkan ia merasa kepalanya hampir lepas dari lehernya saking kerasnya Indy mengangguk. "Masih Om ... aku walau genit, nakal dan nyebelin ke Om tapi, aku masih perawa ... sumpah pramuka, Om."Seketika itu juga Diman tertawa keras mendengar perkataan Indy, celananya tiba-tiba tidak sempit lagi dan suhu tubuhnya sudah berangsur-angsur kembali normal. Bersama Indy mema

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 13. Sentuhan Hangat

    "Hah?" Seketika itu juga Indy merasa tuli, ia seolah tidak mendengar suara apa pun juga. Jantungnya hampir meloncat dari wadahnya saat buku-buku jari Dimas menyentuh pipinya dan bergerak ke arah bibir.Dimas memiringkan kepalanya dan berbisik pelan ke kuping Indy, "Om mau jadi Sugar Daddy kamu, Indy.""A-ah ...." desah Indy tiba-tiba saat ia merasakan hembusan napas Dimas di kupingnya. Hembusan itu terasa hangat dan mampu mematik gairah yang selama ini terkubur di dalam dirinya.Tubuh Indy bergetar hebat saat merasakan pucuk hidung Dimas yang bergerak sensual di telinganya. Entah kenapa tiba-tiba saya Indy tak mampu untuk bernapas lagi, seolah semua udara di muka bumi menolak untuk mengisi paru-paru Indy. "Kamu tau kan, apa yang dilakukan Sugar Daddy bersama Sugar Baby-nya?" tanya Dimas pelan sambil menjilat ujung telinga Indy hingga kembali lagi kuping Dimas dimanjakan oleh suara sensual Indy yang membuat gairahnya meronta memaksa Dimas untuk dipuaskan."A-aku ...." Indy mungkin gen

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 12. Sebuah Jawaban Manis

    "Kamu di mana, Nak?""Di cina," jawab Indy singkat sambil menutup pintu kamar hotelnya. Baru tiga puluh menit yang lalu Indy sampai di salah satu hotel terbaik di Guangzhou Cina."Ngapain? Kamu mau jadi TKW, Nak?" "Ya salam, Bu ... ngapain Indy jadi TKW. Kan Indy masih kuliah dan lagi Indy lagi magang." Indy tertawa kecil mendengar celotehan Ibunya Andini. "Yah abis kamu tiba-tiba ke Cina. Kemarin kamu udah bilang sih, cuman Ibu kaget aja tiba-tiba kamu udah di Cina. Kamu nggak ada cita-cita buat daftar jadi pegawai di kebun binatang di Cina, kan?" tanya Andini dengan menahan tawanya akibat membayangkan Indy menjadi pelatih panda."Walaupun Indy suka banget panda tapi, Indy nggak mau jadi pengurusnya Ibu," kekeh Indy yang juga membayangkan dirinya menggendong panda ke mana-mana."Kamu di sana sama siapa dan kenapa kamu yang di ajak ke Cina? Kenapa nggak orang lain?" tanya Andini yang bingung kenapa tiba-tiba anaknya diminta untuk perjalanan dinas padahal dia masih anak magang.Indy

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 11. Huru Hara di Bandara

    "Pak Rei ... Pak," panggil Indy sesaat setelah sampai di bandara."Iya Indy kenapa?" tanya Rei yang sedang sibuk mengurus sesuatu di ponselnya."Ini beneran aku ke Cina sekarang?" tanya Indy yang bingung sambil melihat ke sekeliling Bandara. "Tiket kamu sudah ada dan paspor kamu juga sudah ada. Semua sudah selesai, cuman jujur memang kemarin aku sibuk banget sampai lupa hubungi kamu ulang. Jadi, cuman hubungi kamu via email dan ternyata malah masuk ke spam," terang Rei sambil melirik Indy yang saat ini menatapnya kebingungan.Rasanya Rei ingin menepuk kepala Indy dan mengusapnya karena saat ini Indy terlihat seperti anak anjing yang kebingungan dan meminta perhatian. Menggemaskan. "Hah ... pantas saja Pak Dimas memberikan perhatian khusus pada Indy. Selain Indy itu sahabat anaknya, Indy pun terlihat sangat menggemaskan dan juga cantik," ucap Rei di dalam hati sambil tersenyum tulus."Tapi, Pak ... Bapak yakin perginya sekarang banget?" tanya Indy sambil menggaruk kepalanya yang tiba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status