Share

Bab 4. Bermain Api

Auteur: Maspanci
last update Dernière mise à jour: 2025-10-06 15:08:26

"Indy!" teriak Dimas frustasi, terkadang dia kesal setengah mati dengan sahabat anaknya ini. Entah polos, entah pura-pura bodoh atau bahkan terlalu pintar hingga cara Indy menggoda dirinya kadang diluar nalar.

 

Dimas lelaki yang sudah makan asam garam dunia percintaan, mungkin dia menikah muda hingga sudah memiliki anak berusia 23 tahun di usianya yang baru 44 tahun. Tapi, menduda selama 10 tahun membuat ia menemukan berbagai macam bentuk wanita.

 

Semua godaan wanita dari yang terhalus sampai terfrontal pernah ia rasakan, dari wanita yang murahan hingga yang terlihat mahal namun liar di ranjang pernah ia rasakan. Tapi, mendapatkan godaan dari gadis bau kencur seperti Indy benar-benar membuat dia tak habis pikir!

 

Namun, yang gilanya kenapa dia akhir-akhir ini merasa tertarik dengan Indy! Padahal dulu dia hanya menganggap gadis itu hanya anak perempuan bau kencur bukan wanita yang memliki daya tarik seksual yang membuat ia harus menahan ledakan hasratnya sendiri. Gila!

 

"Om, nggak salah urat kan? Kenapa itu bisa ada yang keras? Om sakit apa?" tanya Indy khawatir dengan keadaan Dimas. Rasanya dia tidak tega memikirkan nasib sahabatnya yang sudah kehilangan ibunya 10 tahun yang lalu dan sekarang harus kehilangan ayahnya. 

 

"Kamu mending duduk di sana," perintah Dimas sambil menunjuk sofa yang ada di samping, "duduk diam dan jangan melakukan apa pun juga. Duduk aja, duduk," pinta Dimas yang walaupun kesal dengan Indy, ia tak tega untuk mengusir anak tersebut.

 

"Om, emang Om nggak capek apa kerja terus?" tanya Indy sambil melihat Dimas yang saat ini sedang membolak-balik kertas.

 

"Hmm ...."

 

"Padahal Om yang punya perusahaannya, kenapa harus kerja terus sih? Mending om suruh anak buah Om yang kerjain, kan enak. Om bisa leyeh-leyeh," lanjut Indy.

 

"Kalau nggak diawasi bisa kacau, Indy," ucap Dimas.

 

"Tapi kan, perusahaan Om udah maju banget. Produk-produk Om pun udah banyak di mana-mana, siapa yang nggak tau produk skincare, make up dari Berlian group? Kayanya ampir semua orang yang aku kenal pake deh barang-barang dari brand Berlian," cerocos Indy yang tahu kalau ayah sahabatnya ini seorang Dirut dari salah satu perusahaan skincare, kosmetik dan kebutuhan wanita lainnya. 

 

Dimas tanpa sadar tersenyum, "Tapi, kan sekarang banyak pesaing." Dimas tiba-tiba saja ingin berbagi beban pekerjaannya dengan Indy. Jujur usaha kosmetik dan skincare saat ini sedang naik turun akibat gempuran product murah dari cina, makloon, barang KW dan product-product influencer yang belum tentu kepastian BPOM-nya.

 

"Tapi, iklan produk Berlian bagus, walau ada miss di beberapa bagian." Indy yang kuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi tiba-tiba ingin mengutarakan pandangannya.

 

"Bagian mana?" tanya Dimas penasaran.

 

"Brandingnya kurang, kaya produk Mina by Berlian itu kan pasarnya untuk anak muda. Yang, Gen Z kan, tapi, kenapa BA-nya Dian Sastro?" Indy berdiri lalu mengangkat kedua tangannya saat melihat Dimas akan protes, "Oke .. oke, Indy paham, siapa yang nggak kenal Dian Sastro, dia cantik, menarik, pintar, tapi ... kurang gen Z. Itu bakal bikin pembeli bingung ...."

 

Dimas sama sekali tidak fokus mendengarkan penjelasan Indy, di sana ia hanya terpukau akan kecerdasan Indy. Indy yang dia kenal adalah seorang anak bersuara cempreng, tidak bisa diam, petakilan, seenaknya dan menyebalkan. 

 

Bukan Indy yang saat ini sedang menjelaksan tentang masalah branding sebuah product, terlihat cerdas, menawan dan sumpah demi apa pun dengan terlihat sexy karena mengenakan baju tidur yang menunjukkan kaki yang mulus, leher yang jenjang dan bokong yang sangat pas digenggaman Dimas. 

 

Plak!!

 

"Eh Om kenapa?" tanya Indy bingung saat melihat Dimas yang tiba-tiba saja menampar pipinya sendiri.

 

"Nyamuk," jawab Dimas pendek. Dimas tidak mungkin jujur kalau dia menampar pipinya sendiri untuk menyadarkannya dari lamunan erotis akibat memperhatikan tubuh Indy.

 

"Dih, rada aneh Om ini ... masa rumah sakit semewah ini ada nyamuk," ucap Indy bingung, ia berjalan ke arah Dimas, "Om ... mending Om istirahat ajalah. Tidur gitu," ucap Indy sambil mengambil berkas-berkas di tangan Dimas.

 

Tangan Indy dengan cekatan membereskan berkas-berkas dan menyimpannya di meja. Indy pun mengatur posisi tempat tidur Dimas, mengambil bantal dan menyusunnya, berusaha memberikan kenyamanan untuk Dimas tanpa tahu kalau saat ini ia sedang menggoda Dimas.

 

"Kamu ngapain?" tanya Dimas kikuk saat ia berusaha tetap waras karena saat ini matanya di manjakan dengan lekukan payudara Indy yang bergerak ke kanan dan ke kiri sedangkan pemiliknya tampak santai membenarkan posisi bantal.

 

Dimas menggemerutukan giginya saat ia merasakan wangi tubuh dan halusnya kulit Indy saat Indy tak sengaja mencondongkan badannya ke arah wajah Dimas hingga membuat pria itu dapat mencium leher Indy. 

 

"Sudahlah, Om ... tidur lah, Om ini kecapean kerja bukan emosi karena tau kalau Almira ke Pulau Seribu," ucap Indy yang tidak sadar kalau saat ini ia sedang membangunkan macan yang sedang tidur. 

 

"Kamu sadar nggak sih sama kelakuan kamu?" tanya Dimas sambil menatap Indy yang saat ini sedang menatap dirinya.

 

"Om, jangan mengalihkan pembicaraan, Om tuh harus istirahat. Inget, Om tuh dah jompo, dah tua ... stamina sudah sulit, Om, sulit," cerocos Indy sambil mendorong Dimas berusaha untuk merebahkan badan tanpa sadar kalau tindakannya membuat bibirnya berjarak beberapa inci saja dari bibir Dimas.

 

"Kamu mau coba?" tanya Dimas dengan suara yang membuat Indy menghentikan aksinya dan kaget mendapati Dimas yang manatap Indy penuh hasrat.

 

"Om," bisik Indy sambil menggigit bagian bawah bibirnya namun tak berusaha untuk melapaskan diri dari sorot mata Dimas yang seolah memerangkapnya untuk diam.

 

"Jangan main api, Indy," bisik Dimas lagi sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Indy hingga bibir mereka begesekan setiap Dimas mengambil napas berjuang untuk meredam raungan gairah di tubuhnya.

 

Tubuh Indy menegang, tangannya terkepal dan napasnya tercekat, namun, bibirnya terasa manis akibat gesekan kecil yang Dimas lakukan. Seluruh tubuhnya menjerit meminta lebih, memaksa Indy untuk meraup lebih banyak lagi rasa manis nan lembut dari bibir Dimas.

 

"A-aku ...."

 

•••

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 16 Tak Sengaja Menggoda

    Sepanjang rapat Dimas hanya bisa mencuri-curi pandang ke arah Indy yang dengan luwes mengartikan semua perkataannya dan juga mensingkronkan dengan semua gambar juga berkas-berkas yang sudah ada di tangan Mister Chen dan semua anak buahnya.Rapat berjalan sangat lancar dan dengan gemilangnya Dimas mendapatkan kontrak yang ia inginkan dan bahkan dengan keuntungan yang tidak bisa Dimas bayangkan. Mister Chen sepertinya terpesona dengan keluwesan Indy."Tadi itu apa?" tanya Dimas setelah semua orang keluar dan hanya ada mereka berdua di ruangan. "Rapat," ucap Indy sambil menyelipkan rambutnya ke kuping membuat Dimas bisa melihat leher Indy yang jenjang.Dimas berusaha menahan hasratnya untuk menarik Indy ke pangkuannya lalu menarik kemeja yang menutupi setiap lekuk tubuh gadis itu, "Bukan rapatnya Indya tapi ....""Tapi ... kenapa aku bisa Bahasa Mandarin?" tanya Indy sambil tersenyum senang karena akhirnya ia bisa menunjukkan bakat terpendamnya."Kamu kan nggak pernah les Mandarin setah

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 15. Terpukau

    "Pak Rei kenapa?" tanya Indy yang bingung melihat Rei berjalan mondar mandir di depan ruangan rapat yang akan Dimas pakai lima belas menit lagi untuk bertemu dengan salah satu petinggi perusahaan Jiayou."Astaga kenapa anda udah di sini? Mana Pak Dimas?" tanya Rei panik sambil melihat ke kanan dan ke kiri mencoba mencari Dimas."Pak Dimas masih di kamar, katanya dia mau bersiap. Saya ke sini duluan karena mau nyiapin ruangan." Indy mengangkat beberapa map yang sudah ia siapkan. "Dan lagi, saya baru selesai benerin jadwal yang anda buat. Pak Rei ngaco."Rei mengangguk, "Saya memang sedang dalam mode banyak masalah yang ...." Rei terdiam dan berpikir apakah harus ia menceritakan masalahnya pada Indy. Rasanya ia dan Indy tidak sedekat itu hingga ia harus memberitahukan kehidupan pribadinya. To much informasion.Indy yang seolah paham hanya mengangkat salah satu tangannya dan berkata, "Is oke ... semua orang punya masalah, ingat masalah itu akan berlalu tapi buat anda kayanya masalahnya m

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 14. Merosot

    "Aku masih perawan, Om!" Seketika itu juga gerakan jari Dimas terhenti, membuat Indy bersyukur sekaligus kesal karena ia suka jemari itu bergerak di bagian paling sensitif tubuhnya. Candu."Kamu nggak lagi mainin aku kan?" tanya Dimas sambil tertawa karena tebakannya benar. Pengalaman hidup membuat dia mampu menebak apalah Indy ini masih perawan atau bukan.Indy langsung menggeleng sambil menjauhi Dimas, otaknya saat ini kembali mengambil alih tubuh, hati dan juga pikirannya membuat ia kembali berpikir jernih dan waras tidak terbius dalam godaan penuh nikmat dari Dimas."Kamu beneran masih?"Indy mengangguk secepat mungkin, bahkan ia merasa kepalanya hampir lepas dari lehernya saking kerasnya Indy mengangguk. "Masih Om ... aku walau genit, nakal dan nyebelin ke Om tapi, aku masih perawa ... sumpah pramuka, Om."Seketika itu juga Diman tertawa keras mendengar perkataan Indy, celananya tiba-tiba tidak sempit lagi dan suhu tubuhnya sudah berangsur-angsur kembali normal. Bersama Indy mema

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 13. Sentuhan Hangat

    "Hah?" Seketika itu juga Indy merasa tuli, ia seolah tidak mendengar suara apa pun juga. Jantungnya hampir meloncat dari wadahnya saat buku-buku jari Dimas menyentuh pipinya dan bergerak ke arah bibir.Dimas memiringkan kepalanya dan berbisik pelan ke kuping Indy, "Om mau jadi Sugar Daddy kamu, Indy.""A-ah ...." desah Indy tiba-tiba saat ia merasakan hembusan napas Dimas di kupingnya. Hembusan itu terasa hangat dan mampu mematik gairah yang selama ini terkubur di dalam dirinya.Tubuh Indy bergetar hebat saat merasakan pucuk hidung Dimas yang bergerak sensual di telinganya. Entah kenapa tiba-tiba saya Indy tak mampu untuk bernapas lagi, seolah semua udara di muka bumi menolak untuk mengisi paru-paru Indy. "Kamu tau kan, apa yang dilakukan Sugar Daddy bersama Sugar Baby-nya?" tanya Dimas pelan sambil menjilat ujung telinga Indy hingga kembali lagi kuping Dimas dimanjakan oleh suara sensual Indy yang membuat gairahnya meronta memaksa Dimas untuk dipuaskan."A-aku ...." Indy mungkin gen

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 12. Sebuah Jawaban Manis

    "Kamu di mana, Nak?""Di cina," jawab Indy singkat sambil menutup pintu kamar hotelnya. Baru tiga puluh menit yang lalu Indy sampai di salah satu hotel terbaik di Guangzhou Cina."Ngapain? Kamu mau jadi TKW, Nak?" "Ya salam, Bu ... ngapain Indy jadi TKW. Kan Indy masih kuliah dan lagi Indy lagi magang." Indy tertawa kecil mendengar celotehan Ibunya Andini. "Yah abis kamu tiba-tiba ke Cina. Kemarin kamu udah bilang sih, cuman Ibu kaget aja tiba-tiba kamu udah di Cina. Kamu nggak ada cita-cita buat daftar jadi pegawai di kebun binatang di Cina, kan?" tanya Andini dengan menahan tawanya akibat membayangkan Indy menjadi pelatih panda."Walaupun Indy suka banget panda tapi, Indy nggak mau jadi pengurusnya Ibu," kekeh Indy yang juga membayangkan dirinya menggendong panda ke mana-mana."Kamu di sana sama siapa dan kenapa kamu yang di ajak ke Cina? Kenapa nggak orang lain?" tanya Andini yang bingung kenapa tiba-tiba anaknya diminta untuk perjalanan dinas padahal dia masih anak magang.Indy

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 11. Huru Hara di Bandara

    "Pak Rei ... Pak," panggil Indy sesaat setelah sampai di bandara."Iya Indy kenapa?" tanya Rei yang sedang sibuk mengurus sesuatu di ponselnya."Ini beneran aku ke Cina sekarang?" tanya Indy yang bingung sambil melihat ke sekeliling Bandara. "Tiket kamu sudah ada dan paspor kamu juga sudah ada. Semua sudah selesai, cuman jujur memang kemarin aku sibuk banget sampai lupa hubungi kamu ulang. Jadi, cuman hubungi kamu via email dan ternyata malah masuk ke spam," terang Rei sambil melirik Indy yang saat ini menatapnya kebingungan.Rasanya Rei ingin menepuk kepala Indy dan mengusapnya karena saat ini Indy terlihat seperti anak anjing yang kebingungan dan meminta perhatian. Menggemaskan. "Hah ... pantas saja Pak Dimas memberikan perhatian khusus pada Indy. Selain Indy itu sahabat anaknya, Indy pun terlihat sangat menggemaskan dan juga cantik," ucap Rei di dalam hati sambil tersenyum tulus."Tapi, Pak ... Bapak yakin perginya sekarang banget?" tanya Indy sambil menggaruk kepalanya yang tiba

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status