Rere tersenyum, setidaknya ada sahabat yang akan selalu menjadi sandarannya. Mengingat semua hal yang terjadi, Nayla teman yang dapat diandalkan selalu. Saat berjalan menuruni tangga, Rere sempat melihat Kenzo dan Edzard duduk di sofa ruang menonton TV, mereka terlihat bergurau. Namun, pandangan Rere terfokus pada Edzard. Suaminya semakin terlihat gagah mengenakan setelan tuxedo warna putih. Wajahnya tiba-tiba merona merah. Beruntung yang dipandang tidak menyadari. Rere langsung bergegas masuk ke dalam salah satu kamar tamu, dimana Evelyn juga masih di rias. Ada dua orang wanita yang mempersilahkan duduk di dua buah kursi plastik, mereka terlihat ramah. Rere sesekali melirik ke arah Evelyn wanita itu nampak cantik dalam polesan khas Jawa dengan sanggul dan juga hiasan bunga melati. Rasa iri tiba-tiba menyergap, Rere berpikir, apakah harusnya pernikahannya dulu seindah itu. Rere dulu hanya mengenakan make up natural dari salin. Pakaian kebaya juga sangat sederhana, berb
Acara resepsi yang cukup ramai dihadiri beberapa kerabat dan kolega berlangsung sederhana pada siang itu. Selesai pada saat itu juga, para tamu undangan undur diri, semua dekorasi telang dibongkar dengan cepat atas perintah Edzard. Kepalanya pening, kelelahan, memikirkan pekerjaan, lalu sekarang, dia memiliki dua orang istri. Pastinya akan semakin membuat repot, bukan. Beberapa kerabat yang hadir, juga kedua orang tua Edzard pun pamit. Mereka mengerti keadaan putranya, perjalanan dari luar kota yang cukup melelahkan tenaga dan pikiran. Hanya tersisa Kenzo yang tengah mengobrol di bangku taman dengan Rere. Edzard melihat keduanya dari jendela ruang tengah yang terhubung, dia tersenyum, membiarkan kedua pasang kekasih yang terpaksa berpisah. Suasana nampak hening, hanya tinggal asisten rumah tangga dan dua orang pekerjaan rumah tersebut sibuk mondar-mandir mengangkat hidangan tersisa. "Pak, makanya bagaimana, masih tersisa banyak?" tanya s
Evelyn diam, merasa mendapat celah, Edzard kembali melanjutkan aktivitas. Mencium leher jenjang milik sang istri, dan memberi beberapa tanda merah di sana, satu tangannya meraih resleting di bagian punggung kemudian menarik lepas kebawah. Edzard semakin membenamkan ke bagian dada Evelyn, bagian yang semalam ia jamah juga. Bedanya, kali ini dia tidak akan berhenti di tengah jalan, nafsu sudah berada pada puncak. Lenguhan kecil lolos dari bibir Evelyn membuat Edzard semakin bersemangat. Cukup lama Edzard memanjakan Evelyn dengan sentuhan-sentuhan bibir dan jarinya. Entah sejak kapan, keduanya telah polos. Evelyn terbaring dengan tubuh menggeliat, ketikan Edzard mempermainkan miliknya dengan lidah. "Pak, tolong jangan siksa saya," ucap Evelyn tubuh putih, lembut dan sexy tersebut memanas. Edzard bangkit memposisikan diri di atas Evelyn. "Aku baru pertama kali akan melakukannya. Jadi, maaf jika sedikit kasar dan mungkin
Sentuhan dingin di pipi membuat Rere terbangun dari tidurnya. Dia mengerjab-ngerjabkan mata kemudian mendongak. Edzard duduk di samping Rere berbaring, senyumnya mengembang. Lelaki itu terlihat berbinar, ada sorot kebahagiaan tidak terlukiskan yang dapat Rere lihat. Rambut sang suami nampak basah, aroma shampo menguar tercium hidung Rere. Gadis itu tertegun melihat tanda merah di leher suaminya. Dia beringsut duduk kemudian menatap lelaki yang masih mengulas senyum itu. "Abang," sapa Rere. "Abang bawa sesuatu buat kamu, ini hadiah dari rekan kerja Abang dari luar kota. Tadi lupa memberikannya buat kamu," ucap Edzard menyerahkan tas belanjaan. Rere menerimanya, dia merogoh tas kertas tersebut, senyumnya mengembang, sebuah tas mewah keluaran terbaru dari merk ternama. "Ini seriusan buat Rere?" tanya gadis itu berbinar. Edzard mengangguk, "Sudah lama Abang
Suasana malam romantis di sebuah cafe yang tengah populer di sosial media. Lampu-lampu penghias taman menyala dengan indah. Banyak pasangan muda-muda berkunjung. Hembusan angin terasa mesra pada ruangan indoor tersebut. Kursi dan meja kayu bercat coklat,mengkilap terkena cahaya lampu. Momen indah itu menjadi membahagiakan namun, tidak dengan Akbar. Lelaki itu nampak kesal, bagaimana tidak, kencan yang seharusnya romantis berubah dengan kedatangan Kenzo yang mirip jailangkung. Kedua lelaki tersebut duduk dengan canggung, berbeda dengan Nayla, dia santai menghadapi kedatangan Kenzo. Kesal pun tidak guna, lelaki tersebut akan bertindak sesuai apa yang dia kehendaki.Hidangan di meja mulai berdatangan, Nayla berbinar melihat kopi espresso panas dan cake strawberry nan menggoda. Kenzo sendiri memesan kopi hitam, sedangkan Akbar memilih kopi mocca chino. Arom
Edzard mengerutkan kening mencerna kalimat yang dilontarkan Rere. Gadis itu ingin tidur dengan 'dipeluk' olehnya. Lelaki itu malah berpikiran hal yang tidak-tidak. Otaknya berjalan-jalan, terisi adegan ketika Rere dan Kenzo berciuman di ruang tengah. Bayangan tersebut mengusiknya, Kenzo berpikir keras mungkinkah sang istri tengah menginginkan belaian lelaki mengingat sudah beberapa bulan ini tidak bersentuhan dengan Kenzo. "Kalian berdua tidak bermesraan tadi? Kulihat kau dan Kenzo berduaan cukup lama," ujar Edzard menatap Rere dengan wajah tanpa dosa. Bruk! Bantal langsung mendarat ke wajah Edzard, "Abang kira saya cewek apaan?" pekik Rere beringsut bangkit, bibirnya manyun ke depan. "Usai kita melaksanakan ijab waktu itu, Rere sudah berusaha menjadi istri yang baik dengan tidak bersentuhan dengan lawan jenis," pekik Rere, matanya mu
Malam sudah begitu larut, langit hitam pekat di atas sana nampak mendung, dedaunan yang terseok-seok tertiup angin. Udara semakin dingin mengusik, tangisan memecah keheningan pada dini hari. Tangis kehilangan yang mereka rasa membuat sebagian orang keluar dari rawat inap. Menonton adegan menyayat hati. Kehilangan seorang yang disayangi adalah suatu hal yang sangat menyakitkan. Nenek Rere menyembuhkan napas terakhirnya. Ibu Rere menangis dalam pelukan sang suami. Sedangkan Rere, tubuhnya luruh ke lantai ketika keranda tersebut dimasukkan ke dalam mobil jenazah. Saat itu Rere yang baru turun dari mobil langsung berlari ke arah kedua orang tuanya yang berada di tempat parkir. Menatap tubuh terbujur yang telah tak bernyawa lagi. Edzard berlari mengejar sang istri, dia duduk di lantai kotor kemudian memeluk Rere dengan erat. Evelyn ikut menangis. Keluarga Edzard
Edzard menegakkan tubuhnya, dia dan Rere saling pandang. Lelaki tersebut menganggap apa yang dilakukan Rere adalah tindakan refleks. Bahkan gadis tersebut juga tidak canggung untuk memeluknya di tempat umum. Edzard masih menatap lekat wajah gadis manis di hadapannya, bibir menggoda Rere, yah berbeda dengan ciuman waktu itu. Bibir yang hampir membuatnya terlena. Edzard menghela napas berat lalu tersenyum. "Tidak apa, ambillah apa yang ingin kamu beli, oh untuk lingerie tadi ambil juga warna hitam, aku juga ingin membelikan untuk Evelyn," imbuh Edzard mengacungkan jari telunjuknya ke arah warna hitam. Yah, fokus Edzard masih pada Evelyn sehingga apa yang dilakukan Rere tidak digubris. Cinta yang tumbuh dengan indah, terpupuk dengan penyatuan keduanya yang sama-sama untuk pertama kali. Lalu, bagaimana dengan Rere, sakit, itulah yang dia rasakan. Dadanya berdenyut ngilu mendengar Edzard mengucap nama madunya, meski berada dalam hubungan tanp
Rasa yang begitu manis layaknya coklat, membuat candu untuk kembali melakukannya. Pantas bilamana hal tersebut sering diartikan sebagian orang sebagai surga dunia. Aku terlalu larut dalam bayangan nyata yang pernah terasa. Siang hari usai melangsungkan ijab qobul yang kedua dengan wanita yang akhir-akhir ini membuat aku berdebar, membuat pertahanan runtuh. Tubuh yang begitu lembut dengan aroma khas yang menyeruak. Tatapan mata sayu ketika kami saling memandang, perangainya masih sangat jelas terngiang. Ah, suara yang keluar dari bibir sexy itu benar-benar membuat aku gila. Ingin aku memeluknya sekarangsekarang namun, aku harus bersabar, tak elok rasanya memikirkan kesenangan sendiri. Sedang melihat gadis manis yang sudah seperti adikku sendiri, lebih tepatnya istri tuaku, saat ini sedang berduka. Keluarga besar besanku baru usai melaksanakan selamatan tujuh hari meninggalnya nenek Rere. Gadis itu kembali menangis di sudut ruang tengah yang mul