LOGINSeorang pengawal dengan pakaian serba hitam menyelusup ke kediaman Perdana Menteri, memasuki halaman Lanyun. Gerakannya yang begitu cepat dan stabil dapat menyelinap tanpa di ketahui seorang pengawal yang sedang berptroli, jelas dia bukan pengawal biasa.
Orang tersebut memberi hormat ke seorang gadis kecil yang sedang duduk di meja rias. "Tuan" Sapa orang itu lalu memberikan sepucuk surat tanpa nama. Lin Ziyu mengambil surat tanpa menoleh kebelakang, setelah membaca isi surat itu Lin Ziyu tersenyum puas. Pengawal di belakangnya hanya berdiri menunduk menunggu perintah selanjutnya dari Sang Tuan.
Sejak datang ke kediaman Perdana Menteri butuh waktu satu bulan untuk berhasil mengumpulkan seluruh informasi yang ada di kediaman Perdana Menteri. Rencana awal ia ingin kediaman Perdana Menteri menjadi batu loncatan supaya ia menjadi orang yang paling menjadi mulia di kerajaan Hualing, untuk orang yang ada di dalamnya? Tentu saja akan ia jadiakan budak.
Pada kenyataanya tak segampang yang di pikirkan. Kekuatan andalannya yang ia bawa susah payah dari dunia asalnya, seperti terhalang oleh sebuah kekuatan tak kasat mata yang entah darimana asalnya. Terpaksa ia mengalihkan rencana. Tak apa jika tak bisa di pakai lebih baik di buang supaya tidak menganggu pandangan mata.
Setelah membakar surat yang di bacanya Lin Ziyu mengkode pengawal itu dengan ayunan jari untuk mendekat, dan memberikan beberapa instruksi. Setelah bayangan pengawal itu pergi Lin Ziyu berdiri, ia harus mempersiapkan drama yang memuaskan untuk tiga bersaudara itu.
***
Kediaman Perdana Menteri Ma dipasang dengan kain putih. Didalam aula duka banyak kerabat yang berdatangan, para pejabat tingkat lima ke atas juga tak ketinggalan untuk memberi penghormatan.
Ma mingzhe dan Ma Mingyu tengah berlutut di samping peti mati Nyonya Lin membakar uang kertas untuk ibunya. Sebagai putri kesayangan Jendral penjaga utara semasa hidup Nyonya Lin tak pernah kekurangan, ia juga ingin ibunya tidak kekurangan di alam baka sana.
Aula duka telah di buka selama dua hari, menurut pendeta upacara pemakaman di lakukan pada hari baik yang jatuh pada esok hari. Nyonya Pei, kakak ipar dari Nyonya Lin berjalan ke aula duka dengan tergesa - gesa. Awalnya Nyonya Pei ingin segera datang ke kediaman Perdana Menteri namun saat ibu mertuanya, Nyonya Tua Lin mendengar kematian putri bungsunya. Nyonya tua Lin yang tak kuat menahan keterkejutannya langsung pingsan. Keadaan semakin memburuk ketika Nyonya Tua Lin sudah sadar namun terkena stroke. Nyonya Pei terpaksa menunda kedatangannya ke kediaman Perdana Menteri karena harus mengurus banyak hal.
Ketika Nyonya Pei tiba di depan aula duka, ia tidak bisa menahan untuk menghela nafas. 'Anak sekecil ini telah kehilangan penopang hidup, kedepannya akan terasa lebih sulit'
Melihat Ma Jingguo yang sedang mengendong Mingzhu Nyonya Pei mengulurkan tangannya untuk bergantian.
"Kalau lelah mengapa tidak istirahat sebentar? Mingzhu masih kecil, bukankah terlalu berlebihan ikut berlutut sepanjang hari?" Tanya Nyonya Pei dengan sedikit teguran.
"Bibi" Ma Jingguo memberi salam dengan membungkukkan badan memberi penghormatan, setelah Nyonya Pei mengambil alih Ma Mingzhu. "Bibi, bujuklah adik supaya mau beristirahat. Bahkan saat terbangun dari pingsan pun masih kuat berlari ke aula duka untuk menemani ibu"
Nyonya Pei terdiam sejenak, 'huft sudahlah, adik ipar pasti lebih memilih aku menenangkan Xiao Mingzhu terlebih dulu' Ma Mingzhu menangis dengan menelungkupkan kepalanya ke dalam leher sang bibi. Nyonya Pei sedikit menunduk dan membisikkan beberapa patah kata ke telinga Mingzhu. Melihat gadis itu mengangguk Nyonya Pei berpamitan dengan Ma Jingguo.
***
Kamar dalam paviliun Fuzheng, Nyonya Pei menurunkan Mingzhu ke tempat tidurnya. Melihat keponakannya masih menangis, Nyonya Pei mengusap air mata di kedua pipinya. "Ibumu pasti akan sedih melihat anak kesayanganya menangis seperti ini. Zhuzhu ingin ibu juga ikut menangis di alam baka sana?" Ma Mingzhu menggelengkan kepala dengan cepat. 'Tidak, ia tidak ingin ibu bersedih apa lagi sampai menangis'"Bibi," Dengan terisak - isak Ma Mingzhu berusaha melanjutkan perkataannya "Apa Zhuzhu sekarang juga kehilangan ibu?" Tanya Ma Mingzhu dengan penuh harapan.
'Tolong jangan katakan jika ibu juga menghilang'
"Tentu saja tidak" Jawab Nyonya Pei dengan tegas.
***
Keesokan harinya, tanggal dua belas bulan ketiga tahun Zhuling. Upacara pemakaman Nyonya Lin di laksanakan. Pendeta melantunkan doa - doa untuk arwah, peti mati diangkat di arak sepanjang jalan di iringi dengan lagu - lagu duka. Tuan Ma hanya mengiring peti mati sampai didepan gerbang, untuk perjalanan selanjutnya biarlah memjadi tugas anak - anaknya. Ma Mingzhe dan Ma Mingyu berjalan di belakang peti mati Nyonya Lin. Sedangkan Ma Jingguo berada di depan dengan membawa papan nisan ibunya.
Ketika rombongan pemakaman baru sampai di depan gerbang kediaman terdengar suara langkah kaki yang tergesa - gesa.
Ma Mingyu yang mengira itu adalah adik bungsunya, ia menoleh kebelakang hatinya merasakan harapan dan kecemasan dalam satu waktu. Bukan tanpa sebab, ini karena sebelum upacara di mulai pengasuh Ma Mingzhu Mama De, mengabarkan jika nona kecil terkena demam dan kak bisa di bangunkan. Tak hanya dirinya, kakaknya juga cemas namun hanya bisa memanggil tabib Wang untuk memeriksa. Setelah memastikan Ma Mingzhu meminum obat dan beristirahat baru mereka pergi ke aula duka.
Namun kini begitu melihat bayangan tersebut, wajah Ma Mingyu berubah di penuhi dengan kesuraman.
"Ibuu.." Ma Mingyu terkejut, rombongan pemakaman terhenti Ma Mingyu berjalan ke arah Lin Ziyu dengan marah "Siapa yang kamu panggil ibu?" Teriak Ma Mingyu.
'Awalnya aku sedikit bersabar menunggu upacara pemakaman ibun selesai, kini dia sendiri yang mencari masalah kalau tidak berani menghadapi jangan panggil aku Mingyu lagi'
Namun teriakan dari Ma Mingyu seakan tak di dengar oleh Lin Ziyu, wajahnya penuh dengan air mata yang bercucuran, langkah kaki yang tertatih - tatih seakan terjatuh kapan saja.
"Siapa dia? Apa dia Nona Mingzhu gadis kesayangan kediaman Ma itu? Sepatutnya jika begitu sedih pasti ia sangat kehilangan"
"Kamu belum tahu? Dia itu saudara kembar Nona Mingzhu yang di perkenalkan dua bulan lalu, katanya dia sewaktu lahir membawa sial makanya di buang di pegunungan tak ku sangka dia ternyata lebih berbakti dari Nona Mingzhu yang selama ini di manja oleh Nyonya Lin"
"Oh iya, hari ini aku tak melihat nona Mingzhu. Apa terlalu dimanja jadi tak tahu diri? Lihatlah Nona Ziyu...."
Mendengar bisik - bisik warga sekitar Lin Ziyu dalam hati merasa puas 'dalam hitungan tiga detik, lihatlah..
3
2
1
"Diam..." Teriak Ma Mingyu dengan geram
'Wuah.... perfect tepat waktu'
Berbeda dengan hati yang sedang bergembira namun raut wajah Lin Ziyu penuh dengan ketakutan dan kesedihan. "Kak.... a.. aku.."
"Untuk apa kamu menangisi ibuku, pembunuh! Kamu sudah membunuh ibuku! Untuk apa kamu bersandiwara ha?!"
"Cukup" Tuan Ma kini sudah tak dapat menahan amarah, 'anak bodoh ini, apa tidak bisa menahan diri kenapa harus dibicarakan di luar? Memalukan!'
"Kenapa aku harus diam ayah? Apa ayah ingin membela dia dibandingkan menegakkan keadilan intuk ibu? Ayah kejam"
Wajah Tuan Ma merah padam seolah terdapat bara api yang menyala, "Apa buktinya jika Ziyu yang membunuh istriku?" Tuan Ma tak mau menanggung resiko dikatakan sebagai suami yang kejam dan tak masuk akal kini memilih sedikit berkompromi.
"Pelayan samping perempuan itu mengatakan sendiri ayah, dia mengatakan jika tuannya memaksa ibuku untuk menenggak racun lalu ditenggelamkan ke danau" Melihat ayahnya yang melunak Ma Mingyu menunjuk salah satu pelayan di samping Lin Ziyu.
"Tuan tolong tegakkan keadilan untuk hamba, Tuan Muda ketiga memfitnah hamba" pelayan yang di tunjuk Ma Mingyu menjatuhkan kedua lututnya bersujud ke Tuan Ma.
Deg
Tak hanya Ma Mingyu yang terkejut setengah mati, Ma Jingguo dan Ma Mingzhe juga tak dapat menahan rasa keterkejutannya. Selama ini mereka pikir walaupun mereka selalu memihak anak pungut itu namun bagaimanapun gaji mereka juga tetap dari ibunya. Kini mereka tersadar jika berhadapan dengan orang yang menjijikkan, seorang pelayan yang begitu berani membohongi majikan dengan mata terbuka.
"Tampaknya sekarang bukan ayah yang kejam melainkan kamu. Memfitnah adik sendiri jika nama baik adikmu rusak dia akan kesulitan menikah?" Melihat adiknya yang terpojok, Ma Jingguo melangkah maju "Ayah, aku dapat bersaksi jika yang di katakanMingyu benar adanya. Saya berada di sana saat itu"
"Aku juga" Ma Mingzhe ikut melangkah maju.
"Ayah aku tidak.. hiks" Lin Ziyu tampak ingin mengatakan sesuatu namun tak mampu menahan isak tangisnya seolah ia pasrah menunggu keputusan Tuan Ma.
Tuan Ma yang melihat semakin murka "Kalian" Tuan Ma menunjuk anak laki - lakinya itu lalu mengibaskan lengan bajunya dan berbalik badan membelakangi mereka.
"Setelah mengantarkan ibumu tak usah kembali lagi, kediaman Perdana Menteri Ma tak ada hubungannya dengan anak pemberontak seperti mereka. Tutup gerbangnya"
Setelah Tuan Ma selesai berbicara ia berjalan masuk ke dalam kediaman diiringi dengan suara deritan besi tua dan benturan kayu akibat gerbang yang di tutup dengan keras.
Setelah berendam di telaga warna tubuh Ma Mingzhu telah menjadi sumber racun. Ma Mingzhu dapat mengolah racun dengan darah, atau sentuhan. Ya, semudah itu. Pada kenyataannya Ma Mingzhu belum bisa mengontrol racun didalam tubuhnya, efek dari racun yang belum terkontrol tak berbeda dengan terkena racun itu sendiri.'Mungkin ini yang ibu rasakan saat itu'Baju yang basah kuyup menunjukan keringat mengalir deras di seluruh badan Ma Mingzhu. Kemarin adalah tepat tujuh hari Ma Mingzhu menyerap racun di telaga warna, dengan badan yang di penuhi rasa sakit Zhao Yue menyeretnya pulang untuk segera berkultivasi.Benua Xuantian merupakan benua kelas rendah yang mengandung sedikit energi spiritual.Walaupun banyak orang yang menekuni beladiri di Benua Xuantian mereka bukanlah seorang kultivator, mereka hanyalah seorang praktisi beladiri. Seorang praktisi beladiri berbeda dengan kultivator. Seorang praktisi beladiri menguasai teknik beladiri tanpa menggunakan energi spiritual, sedangkan seorang k
Tok.. Tok...Sebuah bambu satu ruas yang di beri lubang kecil berbentuk persegi panjang sedang di pukul kencang oleh seorang lelaki tua yang sedang berdiri di atas menara."Cepat lari cepat... ada moster bermata merah" "Bagaimana bisa? Bukankah moster mata merah selalu muncul saat matahari terbenam?""Siapa yang tahu kapan dia datang, cepat kunci pintunya"Suara auman yang mengegelegar membuat bulu kuduk berdiri. Ada seorang penduduk yang penasaran dengan rupa moster tersebut, mencoba mengintip dari celah lubang. Moster itu berkepala singa dengan tanduk iblis di atasnya, badan manusia namun berukuran lima kali lipat lebih besar dari manusia pada umumnya, matanya merah menyala. Selama dua tahun terakhir, entah bagaimana di Desa Hu mengalami lonjakan kelahiran hampir dua puluh kali lipat di bandingkan penduduk desa lainnya. Namun kabar gembira beriringan dengan duka, tak ada yang tahu darimana datangnya moster bermata merah. Setiap kali moster datang akan selalu ada anak di bawah umur
Di benua Xuantian terbagi menjadi empat wilayah besar, yaitu Kerajaan Hualing, Kerajaan Xiling, Kerajaan Dongling, dan hutan kematian. Kerajaaan Hualing terletak di dataran tengah, merupakan tempat yang letak geografisnya paling diuntungkan dalam sektor pertanian, sehingga di sebut sebagai wilayah paling subur di seluruh benua Xuantian.Kerajaan Xiling memiliki tempat yang sebagian besar berisi gurun pasir, hanya sepertiga wilayah berisi padang rumput. Seluruh penduduk Xiling bersifat nonmaden, hal ini di kerenakan cuaca buruk yang tak menentu. Sistem kerajaan berdasarkan yang terkuat yang memimpin, jika ingin menduduki tahta tertinggi hanya perlu menaklukan seratus dua puluh suku untuk mendapat pengakuan sebagai Penguasa Agung. Lingkungan yang begitu keras menjadikan Kerajaan Xiling terkenal sebagai kerajaan dengan kekuatan militer yang buas dan tangguh.Kerajaan Dongling, terkenal sebagai kerajaan terkaya diantara tiga kerajaan. Karena letak geografisnya yang di kelilingi oleh pegun
"Nikmat.... gurihh....... masih hangat....... Ayo mampir kastanye panggang....... kastanye panggang..... kastanye panggang.....""Hei Guogan, kau berdagang atau mau mengajak anak gadis masuk rumah bordil? ""Pak Tuo pikiranmu itu buruk sekali, apa yang salah dengan caraku berdagang? Katanye ini memang baru saja di angkat dari panggangan masih hangat, rasanya juga gurih nikmat""Ahh nona manis, jangan pedulikan para laki - laki bau yang sedang berdebat itu. Bagaimana jika nona beli saja manisan buah persik ini, sama manisnya dengan nona" Ma Mingzhu yang sedang mengamati suasana pasar terkejut mendengar ucapan salah satu pedagang yang menawarkan manisan buah persik. Berapa tahun Ma Mingzhu tak memakan manisan buah persik? Mungkin lima tahun? Semenjak sang ibu meninggal Ma Mingzhu hanya makan untuk menyambung hidup. Bahkan makanan pelayan jauh lebih baik dari apa yang Ma Mingzhu makan sehari - hari. Terkadang juga Ma Mingzhu harus menahan lapar seharian. Sekarang melihat manisan buah p
Di kedalaman hutan yang tak pernah tersentuh manusia, terdapat sebuah rumah sederhana dengan satu halaman. Asap yang mengepul menyatu dengan angin yang berhembus membuktikan jika didalam rumah terdapat kehidupan.Seorang laki - laki tengah merebus obat dengan tungku bara api, tangannya terus bergerak tak mengenal lelah. Terkadang ia mengipasi bara api agar tetap menyala atau terkadang menambahkan beberapa bahan obat - obatan.Melihat obat telah di masak dengan sempurna ia menuangkan ke dalam mangkuk. Laki - laki itu melangkahkan kaki ke dalam kamar lalu duduk bersandar di tepi ranjang, menenggak obat yang di bawanya dengan sekali minum. Ada yang berbeda dengan cara laki - laki itu meminum obat, ia tak langsung menelannya justru menggerakkan salah satu tanggannya untuk membuka mulut seorang gadis yang sedang tidur di sampingnya. Kemudian ia menundukkan kepalanya mengalirkan cairan pahit ke dalam mulut sang gadis sedikit demi sedikit.Sepuluh hari gadis ini tertidur, sebenarnya luka ya
Lin Ziyu merasakan hawa dingin menyergap dirinya, saat tersadar lehernya telah di cekik. Namun bukan merasakan ketakutan Lin Ziyu tertawa terbahak - bahak. "Kamu yang membunuh ibuku?""Jika iya mengapa? Bisakah kamu membalaskan dendam ibumu?" Jawab Lin Ziyu dengan santai, bahkan saat tangan yang mencekik leher Lin Ziyu semakin mengerat namun tak ada takut sedikitpun di matanya."Hahaha.. akh.. biar aku ceritakan bagaimana ibumu mati, di paksa menenggak racun lalu tubuh bagian dalamnya membusuk. Kau ingin tahu bagian yang paling seru? Rasanya seperti di sayat, di tusuk, dibakar, gatal panas dan sakit di saat bersamaan, mungkin lebih baik mati? Kakak, aku sudah berbaik hati membiarkan ibumu mati dalam keadaan tubuh yang utuh""Apa kamu juga ingin tahu kabar kakakmu yang jatuh ke jurang kematian? Oh.. bagaimana yaa keadaan mayatnya? Kepala pecah? Atau di makan binatang buas? Kakak.. menurutmu bagaimana? Akhh.... auu.. mungkin jika aku menemukan mayatnya aku sambung dengan kepala anjing s







