Sepulang sekolah, Keara menggendong Vina karena Vina merasa tidak enak badan. Karena di kedai tidak ada tempat untuk tidur, Vyan meminta mamanya agar membawa Vina ke rumah dan dia yang akan menjaga saudaranya itu. Keara sebenarnya tidak tega jika meninggalkan Vyan dan Vina sendiri dan akhirnya dia memutuskan untuk menutup kedainya. Dan mereka pulang bersama-sama.Sampai rumah, Vyan mengompres Vina, dia memegang tangan Vina dengan sedih karena saudaranya terlihat sangat lemas itu.Dan Keara sibuk membuatkan bubur untuk Keara."Kenapa tidak bilang dari pagi kalau tidak enak badan." ucap Vyan dengan sedih. Lalu Vyan menaikan selimut Vina agar dia tidak kedinginan."Mama..." lirih Vina.Vyan mengusap kepala Vina sambil tersenyum, "Mama buat bubur, kamu sama aku dulu ya disini." ucap Vyan."Papa..." lirih Vina.Vyan terlihat sedih mendengar Vina yang memanggil papanya itu. Lalu Vyan menggenggam tangan Vina."Vina, aku ingin cepat dewasa agar aku bisa menggantikan peran papa." gumam Vyan de
7 Tahun Kemudian!Sekarang umur anak-anak itu 12 tahun, mereka sudah kelas 1 SMP. Vyan dan Vina tidak satu kelas, Vyan di kelas unggulan sedangkan Vina berada di kelas biasa. Mereka juga jarang bertemu karena mereka sibuk dengan teman mereka masing-masing. Tapi tetap saja kehidupan mereka berbeda.Vyan sangat aktif di sekolahan, dia mengikuti organisasi siswa, dia sebagai ketuanya. Vyan juga mengikuti beberapa ekstrakurikuler, sedangkan Vina hanya mengikuti seni gambar saja.Sekarang Vyan sedang bercakap-cakap dengan teman-temannya di lapangan indoor sambil bermain gitar."Vyan, gadis berambut panjang yang cantik itu saudara mu kan?" tanya Dio."Disini banyak kali yang rambutnya panjang." jawab Vyan."Iya pokoknya yang berangkatnya bareng kau!" jawab Dio dengan kesal."Iya, kenapa?" tanya Vyan."Boleh enggak aku kenalan?" tanya Dio dengan malu."Tidak, enak aja. Cari gadis lain aku aja dari dulu enggak berhasil." sahut Aldo, dia sekelas lagi dengan Vyan."Yailah pelit banget, siapa ta
"Keren ya pak Leon padahal usianya juga masih muda tapi dia sudah diangkat jadi ketua kepolisian." ucap polisi wanita itu."Tapi kau sudah lihat wajah pak Axel polisi bayangan itu yampuun ganteng banget..." sahut rekan kerja polisi iltu."Pernah sekali, dia jarang ke kantor sih. Iya ganteng banget mana badannya bagus banget lagi..bahunya itu loh kayaknya enak banget buat bersandar..." jawabnya dengan senyum-senyum."Haduhhh kalian ini kerja apa gibah sih?" tanya Hani, dia detektif polisi rekan kerja Axel."Sekali-kali aja kenapa sih," jawab salah satu dari mereka dengan kesal.Hani menghela nafas dengan kesal."Dah deh pergi dulu," pamit Hani lalu dia pergi."Enak banget dia jadi bawahan pak Axel..mana usianya masih muda banget lagi." ucap salah satu dari mereka."Iya..ya..pak Axel aja baru 28 tahun, si Hani umur 25 tahun...kalau mereka pacaran pantas sih Hani cantik juga.""Eh paan sih kok malah dukung mereka.""Hehehe maaf...maaf.."Hani segera pergi ke rumah Leon, karena Leon meman
Lalu polisi menangkap Luki."Sialan kau ....bagaimana kau bisa tahu itu aku?" teriak Luki dengan kesal."Rumahnya sangat kotor dan terlihat jarang di bersihkan, dia itu tidak punya cowok, dia kerja di pabrik dan sering tinggal di mess. Dan juga dia tidak suka dengan cowok." ucap Axel."Apa???" sontak Luki dengan terkejut."Cih!!! untuk apa aku melakukan itu ke orang tidak normal seperti dia." geram Luki dengan kesal."Yang tidak normal itu kau! kau memperkosanya di kosmu kan lalu kau menaruh mayatnya di kamar kosan dia sendiri." jawab Axel.Luki menatap Axel dengan kesal."Cara main mu kurang bagus, bawa dia!" ucap Axel lalu mereka membawa Luki ke dalam mobil."Bagimana kakak bisa tahu semua?" tanya Hani dengan heran.Axel tahu karena di foto itu ada tulisan kecil (I want live with u) di foto Anira dengan teman ceweknya itu, dan dia menemukan obat penenang 1 butir tadi yang mirip punya dia, dan juga Leon mengatakan jika Anira kerja jauh dari kosnya, dia lebih sering tinggal di mess. D
"Apa maksudnya kalau mama sudah tahu akan di bunuh?" tanya Axel dengan heran."Saya akan cerita siapa dulu ke anda tuan muda," ucap Paul."Panggil saja Axel," ucap Axel dengan kesal.Paul tersenyum."Jadi sebenarnya dulu itu saya itu pembantu di keluarga mama anda, saat muda saya sering menemani mama anda kemanapun. Dan saat itu mama anda tahu jika saya ingin jadi pengacara. Kakek anda menyekolahkan saya di hukum dan sampai sekarang saya jadi apa yang mau. Keluarga anda sangat baik sekali tuan, saya bersyukur bisa kenal dengan kalian semua. Tapi saat itu mama anda mendatangi saya dengan anda saat anda masih kecil. Nona Celssie ingin membuat warisan untuk anda, karena dia tahu jika kenalannya ini mengincar papa anda dan juga harta mama anda." ucap Paul dengan sediki kesal.Pikiran langsung mengacu pada Rose, karena dulu mamanya sangat dekat dengan Rose, tapi kenapa mamanya hanya diam jika dia tahu Rose mengincar miliknya."Kenapa mama diam?" tanya Axel."Dia takut jika kenalannya ini a
Lalu Axel dan Tiya berada di ruang administrasi. Disana ada beberapa suster juga. Tiya mengenalkan Axel ke mereka semua."Selamat datang pak Axel." ucap salah satu suster disana."Terimakasih." jawab Axel.Kenapa intonasinya datar sekali? (Batin suster itu).Dan setelah itu Tiya membawa Axel ke ruangannya karena dia ingin menceritakan sesuatu ke Axel."Silahkan diminum tehnya pak," ucap Tiya."Terimakasih. Bisakah anda bicara langsung?" tanya Axel.Tiya tersenyum, "Jadi sebenarnya ibu Celssie itu mendirikan panti ini sejak dia masih kuliah, tanpa sepengetahuan keluarganya, dan biaya panti ini berasal dari 20% saham milik ibu Celssie. Ibu Celssie pernah cerita jika dia punya anak cowok, dan jika anaknya datang kesini berarti dia sudah meninggal." jelas Tiya dengan sedih.Axel hanya diam, mungkin saja ceritanya mirip dengan Paul itu yang Axel pikirkan."Siapa pihak kantor yang tahu soal ini?" tanya Axel."Pengacara Paul yang mengurus keungannya, karena semua tahu jika pengacara Paul itu
"Mama, papa sudah kembali tapi kenapa tidak serumah dengan kita?" tanya Vina dengan heran.Sudah sejak seminggu yang lalu Axel keluar dari rumah sakit, tapi dia tidak pulang ke rumah mereka karena Axel masih ada urusan dengan keluarganya terutama papanya.Dan Vina sedang menemani mamanya memotong sayuran untuk makan malam mereka."Papa masih ada keperluan sama keluarganya, nanti papa juga kesini kok." jawab Keara sambil tersenyum.Vina mendengus dengan kesal, "Apa mama tidak rindu tidur sama papa?" tanya Vina."Ha? ka.kamu bicara apa?" tanya Keara dengan gugup."Kenapa wajah mama merah banget?" tanya Vina dengan heran. Keara langsung memalingkan wajahnya karena malu dengan putrinya sendiri."Vina katanya kamu mau keluar sama Mia? nanti jangan pulang telat." ucap Keara."Oh iya, mama aku pergi duluan ya.." pamit Vina lalu dia segera keluar dan menemui Mia.Keara menghela nafas dengan lega, "Memalukan sekali wajahku kenapa merah tadi," gumamnya dengan heran.Keara menoleh ke jam dinding
Axel mengikuti Vina yang sedang memilih buku novelnya, Axel merekomedasikan untuk membaca novel tentang detektif dan Vina pun mengiyakannya karena dia juga suka novel seperti itu. Dan setelah selesai beli buku, mereka berdua membeli ice cream, tapi Axel tidak makan itu."Kamu mau apa setelah ini?" tanya Axel."Mau..." Vina diam sejenak untuk berpikir, "Papa selalu ada untuk kita." jawab Vina.Axel tersenyum kecil, "Kenapa seperti itu, itu hal yang pasti." jawab Axel."Aku takut jika aku merasa bahagia nanti akan hilang lagi," ucap Vina dengan sedih.Axel mengusap rambut putrinya dengan lembut, "Kamu pasti banyak menderita, papa janji akan selalu di sampingmu bahkan sampai kamu nenek-nenek nanti tapi jika papa masih hidup lo ya," canda Axel.Vina menoleh ke Axel, "Papa jangan gitu,"Axel tersenyum, "Mau beli boneka itu, lucu bentuknya." ucap Axel."Aku tidak suka boneka lucu. Kita pulang saja aku enggak sabar mau baca buku ini." jawab Vina."Axel..." panggil seseorang.Mereka berdua me