Share

Bab 5

last update Last Updated: 2023-09-12 14:21:56

"Apa kau menyesali perbuatanmu kemarin?" Dion menatapku lekat. Sangat dekat. Jika ada yang melihatnya mungkin akan menyangka kalau aku dan dia memiliki hubungan yang spesial.

"Tentu saja, tidak."

Jawabanku yang seharusnya bukan masalah malah membuat raut wajahnya terlihat marah.

"Ayolah, Dion. Aku juga di sana membantu anak-anak yang sedang kesusahan itu. Apalagi mereka belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah," jelasku padanya. Menurutku hal yang kulakukan tidaklah salah. Anak-anakku punya segalanya. Mereka juga punya Diana yang selalu berada di dekat mereka dan memberikan apapun yang diinginkannya.

Aku tidak perlu khawatir akan hal ini.

Tapi anak-anaknya Milla, mereka terlantar dan segala apapun yang mereka inginkan, harus mereka dapatkan dengan bekerja keras. Tanpa kasih sayang seorang ayah dan juga sangat tidak terurus.

"Membantu kau bilang? Apa kau pikir membantu itu harus dengan menikahi? Apa harus dengan menelantarkan anak-anakmu?" Dion menatapku tajam. Ada apa dengannya, kenapa jadi emosi seperti ini?

”Aku yakin kau akan menyesal. Kau memberikan kasih sayang pada anak-anak lelaki lain dari hasil kau merebut kasih sayang untuk anak-anakmu? Sepertinya kau sakit,” lanjutnya semakin emosi.

Semakin kesini, perkataan Dion semakin jauh. Tentu aku tidak pernah menelantarkan anak-anakku. Bahkan tadi pagi saja aku sudah memberikan perhatian pada mereka.

"Semua itu tidak benar, Dion. Meskipun aku memperhatikan anak-anaknya Milla, aku juga tetap mengontrol anakku," ucapku mencoba menjelaskan.

"Terserah. Aku sudah menyerah. Sekeras apapun aku berusaha untuk memberikanmu pengertian, kau pasti tidak akan faham. Aku benar-benar meragukan ijazah kedokteranmu," ucapnya tajam dan penuh penekanan. Tanpa berkata lagi, dia melangkah keluar.

"Dok, ada beberapa pasien yang tinggal diperiksa," ucap asistenku memberitahukan.

"Baiklah. Suruh masuk saja!"

Aku memijit pelipis yang terasa sangat berat. Sepertinya akhir-akhir ini aku seringkali merasa pusing.

Hati ini orang sakit berkurang. Aku tidak memeriksa lebih dari dua puluh orang. Ini benar-benar membuatku lega.

Baru saja aku mengambil gawai, ternyata ada pesan singkat dari Diana.

[Mas kalau pulang cepat, langsung pulang ke rumah, ya. Aku mau kita berdua memberikan kejutan untuk Faiz. Hari ini dia genap berusia dua tahun.]

Bunyi pesan Diana membuat hatiku menghangat. Tapi ternyata ada pesan lain yang belum kubuka. Milla. Dia mengirimkan pesan singkat.

[Mas, Azka terus merengek ingin bertemu ayahnya. Aku bingung. Tidak mungkin bagiku menghubungi ayahnya. Sekarang dia sedang menangis.] bunyi pesan Milla dengan disertai sebuah foto Azka yang sedang terisak di pojokan.

Hatiku terenyuh melihatnya. Aku bingung akan memilih yang mana. Jika ikut dengan Diana memberikan kejutan untuk Faiz, maka aku akan melukai Azka dan Milla. Aku tidak ingin membuat Milla berada di posisi yang sulit.

Dengan cepat, aku mengetik balasan untuk Diana.

[Maaf, hari ini Mas ada urusan mendadak. Kita bisa merayakan kejutan untuk Faiz nanti.] kutunggu balasan dari Diana. Satu menit, dua menit. Bahkan sampai tiga puluh menit, tapi masih belum ada balasan.

Merasa lelah menunggu, aku buru-buru membalas pesan Milla.

[Aku akan datang. Tunggu aku!]

Bergegas aku pergi meninggalkan ruang kantor.

"Wah dokter Burhani sepertinya buru-buru." sapa Dokter Alena. Dia sama seperti Dion, seorang dokter anak.

"Iya, Dok. Aku ada urusan penting." jawabku cepat dengan sedikit melemparkan senyuman.

"Aku tahu. Segeralah berkumpul dengan keluarga dan berikan kejutan yang istimewa untuk putramu hingga dia mengingatnya sampai dewasa," ucapnya yang membuatku terkaget. Kenapa Alena mengetahui kalau hari ini Faiz ulang tahun?

"Jangan kaget karena aku mengetahuinya. Kemarin aku melihat anak-anakmu akan menangis karena menanti Papanya yang tidak kunjung datang. Mereka tambah sesenggukan ketika rumor buruk tentang Mamanya mulai menyebar. Merasa tidak tahan, aku mendekat ke arah mereka." jelasnya.

Ada rasa ngilu dalam hatiku. Apa benar kata Dion kalau aku sudah menelantarkan anak-anak? Ah, tidak. Aku tidak melakukan sesuatu yang buruk.

"Disela isakannya, Faiz mengatakan hari ini dia berusia tepat dua tahu. Dia berharap Papa dan Mamanya memberikan kejutan yang spesial," lanjutnya. Tapi aku tidak begitu fokus. Mataku tertuju pada pesan baru yang dikirimkan Milla.

[Mas, Azka mengamuk.]

"Maaf ya, Dok, sepertinya saya harus segera pergi," pamitku padanya.

Dia tersenyum hangat."Pergilah! Aku tahu posisimu."

Aku langsung berlari kecil menuju parkiran dan mengemudikan mobil dengan kecepatan sedikit tinggi ke rumah Milla.

Tenangkah Azka. Sebentar lagi, aku akan menjadi Papamu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
trus aja dusta ntar klu diana dan anak mu pergi menjauh susah di jangksu baru nyesek kelak ancur terbongkar sekandak di keluarin dari dokter
goodnovel comment avatar
Restoe Boemi
semoga diana dan anak2 nya diberi kesabaran...untuk burhani tunggu karma yg akan menghampirimu...karma tak pernah salah alamat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • HADIAH PERNIKAHAN PEMBAWA PETAKA    Bab 43 Tamat

    "Dok, tolong ada pasien yang sedang membutuhkan penanganan!" teriak asisten baruku, Fadil.Dua tahun telah berlalu, aku masih menjadi seorang dokter, tapi berbeda dengan dulu. Setelah Diana dan anak-anak pergi, hidupku hanya diselimuti oleh penyesalan dan sepi. Tanpa ada bahagia ataupun senyuman.Tidak hanya mereka saja yang menjauh, tapi juga orangtuaku ikut terdiam. Mereka seolah tidak melihatku ketika aku berkunjung ke rumahnya. Padahal dulu, hubungan kita tidak seperti ini."Baik!" segera aku berlari dari kantin rumah sakit ke ruangan. Tapi kosong. Tidak ada pasien di sini."Dimana pasiennya?" teriakku keluar."Di sini!" Fadil muncul dari ruangan sebelah, itu adalah ruangan Dion."Kenapa disana?""Dokter Dion tidak masuk, dia mengalami pendarahan di lengannya."Aku langsung melakukan penanganan pada pasien, seorang bocah yang kuperkirakan mungkin baru berusia enam tahun. Sama seperti umur Fahri sekarang.Ya Allah, Nak, kalian dimana? Papa merindukanmu.***Beberapa bulan yang lalu

  • HADIAH PERNIKAHAN PEMBAWA PETAKA    Bab 42

    "Halo, Ma, ada apa?" tanya Burhani pada Farah dengan khawatir ditelpon.”Ya ampun. Sudah jadi dokter bukannya bantu orangtua, malah bikin susah."Dion memasang wajah menghina tanpa dosa. Bagai yang dilakukannya ada benar. Sungguh membuat Burhani sangat emosi."Apa maksudmu?""Apa kau tahu apa yang sedang menimpa kedua orangtuaku? Apa kau ada dibelakangnya?"Burhani menarik kerah baju Dion."Cari tahu saja sendiri. Bukankah selama ini kau tidak pernah percaya padaku?""Kau memang bia**b! Dasar penghianat! Pecundang!”"Terserah sebutan apa yang akan kau berikan padaku.""Kau memang pantas!" Burhani berdecak sebal.Baru saja dia akan melayangkan bogem, tapi tidak tertahan denger kedatangan Alena."Maaf kepada Pak Dokter Burhani, sepertinya tidak mempunyai otak dan tidak memenuhi kriteria sebagai dokter," Alena menepuk bahu Burhani kuat. "Mungkin anda bisa memilih untuk mengundurkan diri dari rumah sakit ini!""Apa maksudmu?""Semua yang aku katakan sudah jelas. Ayah yang mana dengan teg

  • HADIAH PERNIKAHAN PEMBAWA PETAKA    Bab 41

    Milla menarik ujung baju Dea dan menamparnya berkali-kali karena tidak terima dikatakan sebagai pembantu. Burhani yang melihat semakin geram dengan sikap Milla yang berubah drastis.'Masih terasa hangat di pikiran kalau beberapa minggu lalu aku menikahi seorang wanita cantik dan lemah lembut, bukan wanita gemb*l dan kasar ini! Kemana Milla yang dulu?'batin Burhani dongkol.Merasa dirinya sudah ditindas, Dea langsung menonjok perut Milla lumayan keras hingga dia terpental lumayan jauh. "Jangan kau pikir aku diam kau bisa melakukan apapun padaku! Berani membuat masalah denganku, kau akan tamat!" ancam Dea serius. Kedua matanya yang tajam dan berwarna merah menatap Milla tanpa berkedip.Burhani bahkan dibuat diam dengan sikap Dea, sekaligus kaget dengan yang dilakukan gadis itu. Sungguh tidak menyangka wanita yang dia kira hanya berani berkata-kata saja, ternyata mampu bertindak.Dia pun mengacungkan kedua jempol tangannya kepada Dea. Bukti kalau Burhani kini sama sekali tidak mencintai

  • HADIAH PERNIKAHAN PEMBAWA PETAKA    Bab 40

    Berbeda dengan Milla yang sedang terpuruk, Diana justru tertawa terbahak-bahak ketika melihat video yang dikirimkan oleh Radit melalui aplikasi hijau."Hahaha ... benar aku tidak menyangka kalau Milla yang cantik jelita itu akan mengalami hal seperti ini." Diana masih terkikik.Fahri dan Faiz yang hanya bisa mendengar tertawa Diana membuatnya bingung."Mama kenapa, Mas?" Faiz berjalan ke arah Fahri. Tampak ada rasa takut di wajahnya. Mungkin dia mengira ada sesuatu yang mengganggu pikiran Diana ataupun terjadi sesuatu.Fahri menoleh, "Mungkin Mama lagi senang," ucapnya mencoba menghilangkan kekhwatiran yang ada di wajah Faiz. Padahal aslinya dia juga sangat takut terjadi sesuatu pada Diana ataupun memang ada hal mistis. Namun, dia tetap saja menjaga harga dirinya. Bagi Fahri, seorang kakak itu harus terlihat lebih keren dan berani daripada adiknya. Apalagi usia di antara mereka lumayan agak jauh, membuat gengsi Fahri semakin tinggi.”Hahaha."Lagi-lagi tawa Diana terdengar sangat kera

  • HADIAH PERNIKAHAN PEMBAWA PETAKA    Bab 39

    Aku sungguh tidak kuat menjadi ketika menyaksikan kebisuan putra yang dulu selalu aku banggakan. Memang aku telah melakukan kesalahan yang sangat besar, tapi apakah harus mendapatkan balasan yang sangat cepat?Rasanya baru kemarin aku bermain bersama mereka. Apalagi lelaki tampan yang bernama Delon ini mengaku sebagai calon istri dari istri dan anak-anakku.Ah, mungkin sekarang aku hanyalah menyandang status sebagai mantan suaminya. Meskipun dia memutuskan perceraian secara sepihak.Beberapa kali aku mengajak Fahri dan Faiz untuk bicara, tapi perkataanku bagai melayang tertiup angin. Kedua anakku yang dulu sangat ceria dan aktif, kini berubah menjadi pendiam.Dalam waktu singkat, aku harus menghadapi cobaan yang bertubi-tubi. Sudah dikhianati kedua sahabatku, ditinggalkan istri dan anak-anakku, serta dibohongi Milla. Wanita yang kupikir lembut dan baik seperti bidadari ternyata hanyalah iblis yang menyamar sebagai malaikat.Tanpa bisa kutahan, air mata ini luruh begitu saja. Kupikir k

  • HADIAH PERNIKAHAN PEMBAWA PETAKA    Bab 38

    "Tidak! Tidak mungkin wanita hina itu berubah dalam waktu yang sangat dekat untuk menjadi ratu.""Tidak. Aku yakin mereka semua hanya membohongiku. Mana ada berubah dalam hitungan hari? Pasti semuanya hanyalah isu. Ya, benar. Semuanya hanya isu."Beberapa kali Milla mengatakan kata-kata yang sama. Berat baginya menerima kebenaran siapa Diana yang sebenarnya. Padahal dia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri media cetak dan sosial mengabarkan hal itu. Tapi tetap saja hati dah pikirannya tidak bisa menerima hal itu."Apa kau tahu direktur utama yang baru? Aku sungguh tidak menyangka kalau Dirut dari F2 Group adalah seorang wanita muda yang cantik," ucap salah seorang wanita di sebuah jalanan yang penuh dengan orang-orang."Sama. Aku juga sangat tidak menyangka, apalagi beliau sepertinya terlihat sangat rendah hati," ucap yang lainnya.Hati Milla menjadi semakin penuh kebencian dan dengki. Matanya pun semakin memerah serta lebih tajam. Ia pun kembali melakukan sepeda motornya menuj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status