Share

Bab 5

Author: Ariess_an
last update Last Updated: 2025-08-12 22:12:27

Selamat membaca!

Pagi ini Ana memutuskan tetap pergi ke kantor seperti biasa. Meski dirinya masih trauma, kebutuhan rumah dari gajinya untuk lain- lainnya tidak bisa menunggu. Hatinya yang rapuh itu harus dipaksa kuat.

Dirinya juga tidak mungkin bisa bertemu dengan Jeffreyan, nyaris mustahil. Posisinya dikantor hanya karyawan biasa sedangkan Jeffreyan adalah pimpinan sekaligus pewaris perusahaan raksasa Wicaksana. Toh selama ini mereka bahkan tidak pernah bersinggungan kecuali dengan Pak Tama, sang sekretaris dan itupun sangat jarang terjadi.

Semangat Ana! Demi ayah. Lupakan semuanya. Tekadnya sebelum memasuki gedung tinggi 20 lantai kantor utama Wicaksana Group.

Bibir bisa berdusta tapi hati tidak.

Begitu menginjak lobby perusahaan, tekad Ana mulai goyah. Kakinya mendadak lemas nyaris tidak mampu menopang tubuh jika tidak berpegangan dengan pilar-pilar megah disebelahnya.

Jantung Ana seperti diremas kuat-kuat, sakit sekali. Belum lagi tubuhnya yang mendadak gemetar.

Didepan sana Jeffreyan berdiri dengan gagah dibalut jas yang terlihat sangat mahal dan terlihat penuh wibawa. Di sampingnya ada Tama, sekretaris pria itu. Mereka berdua adalah laki-laki yang turut andil dalam kesengsaraan hidup Ana.

Ana sempat terpaku. Lalu secara reflek melangkah mundur.

Tidak! Dia belum siap. Hatinya belum berani bertemu siapapun sekarang, terutama kedua pelaku kejahatan itu.

Iya. Setelah kejadian yang merenggut kehormatannya, Ana juga menyalahkan Tama sebagai orang yang membawanya pada Jeffreyan malam itu.

Aku tidak bisa! Ana berbalik. Dirinya tidak berani. Baru saja dia pikir dirinya tidak mungkin bertemu Jeffreyan, ia justru dipertemukan secara tidak sengaja. Dan pertemuan ini memicu ingatan tentang malam kelam yang dilewatinya bersama sang atasan.

Tindakan kejam amoral seorang Jeffreyan seolah berputar-putar memenuhi kepalanya. Dada Ana terasa sesak bahkan untuk menghirup oksigen, dirinya takut.

Tanpa pertimbangan, Ana berjalan dengan cepat menuju pintu putar untuk keluar. Namun seseorang mencegatnya.

"Ana? Kamu mau kemana? Ini sudah mendekati jam masuk kantor. " Suara revan mencegat langkah Ana untuk pergi.

Sebenarnya Revan sudah cukup lama memerhatikan gerak-gerik Ana. Mulai dari gadis itu yang terpaku lalu buru-buru berbalik menuju pintu keluar. Niatnya ingin mengejutkan gadis itu. Tapi begitu melihat gadis itu berbalik dengan cepat Revan mengejarnya. Dia khawatir ada sesuatu yang mendesak sehingga Ana tampak sangat terburu-buru.

"A-aku mau pulang, " Cicit Ana pelan.

Wajah pucat serta kedua tangan yg saling meremas membuat Revan khawatir.

" Kamu sakit, An? Wajahmu pucat sekali. Perlu ku antar ke klinik kesehatan?"

Ana menggeleng cepat. Tepat ketika Revan hendak menyentuh keningnya dia mundur. "Aku baik-baik saja, Van. " jelasnya.

Meskipun canggung Revan menarik tangannya dan tetap tersenyum.

Ada apa dengan Ana? Gadis itu terlihat tidak baik -baik saja. Dan Revan merasa gadis itu seperti menghindarinya.

"Apa ayahmu kembali drop? " tanya Revan yang kemudian dijawab dengan gelengan kepala oleh Ana.

"Lalu kenapa ingin pulang, hmm? Apa dirumah ada masalah?"

Apa ibu tiri mu kembali membuat masalah, Ana? Jujur Revan ingin sekali mengutuk ibu tiri Ana yang tidak tahu diri itu.

Diam nya Ana membuat Revan semakin khawatir. Melihat tingkah Ana dengan tangan saling meremas serta menunduk dalam membuatnya tidak tenang.

Pasti terjadi sesuatu. Ya, Revan yakin ada sesuatu yang sedang Ana sembunyikan.

Ana sendiri binggung kenapa dirinya jadi takut berhadapan dengan Revan.

Satu hal yang pasti, dirinya khawatir jika Revan tahu apa yang dia alami, temannya itu lalu ikut menjauhi Ana. Ana takut Revan juga akan menyalahkan nya. Seperti Vita.

Ana memberanikan diri mentap Revan, "Van, biarin aku pulang.. " lirihnya. Revan hapal kebiasaan Ana apalagi mendengar suara serak seperti menahan tangis dari bibir Ana.

"Biar aku antar pulang. Aku khawatir membiarkanmu pulang sendiri dalam keadaan begini. " ujar Revan tidak ingin dibantah.

Gadis itu akhirnya hanya mengangguk pasrah. Tidak akan bisa menolak. Tidak pernah bisa.

Tanpa mereka sadari interaksi keduanya tidak luput dari pandangan dua pasang mata. Yang satu melirik tajam seolah ingin membunuh yang satu lagi melirik iba.

Jeffreyan.

Sedari awal dia sudah menyadari kedatangan Ana, itu juga alasan kenapa dia memperlambat langkah. Namun bukannya mendekat, gadis itu justru berbalik menjauh, lari darinya seolah dirinya adalah monster mengerikan.

Gadis ini benar-benar bisa mencuri atensinya. Tunggu dan lihat. Kau akan kubuat bertekuk lutut memohon padaku. Sinisnya.

Lain dengan Jeffreyan yang bersikap santai dan acuh, para karyawan yang pagi itu satu lift dengan nya justru merasa heran. Tidak biasanya pimpinan perusahaan itu berdiri didepan lift karyawan. Membuat beberapa karyawan yang hendak naik lift merasa takut serta bertanya-tanya. Kenapa?

*~~~*

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 5

    Selamat membaca! Pagi ini Ana memutuskan tetap pergi ke kantor seperti biasa. Meski dirinya masih trauma, kebutuhan rumah dari gajinya untuk lain- lainnya tidak bisa menunggu. Hatinya yang rapuh itu harus dipaksa kuat. Dirinya juga tidak mungkin bisa bertemu dengan Jeffreyan, nyaris mustahil. Posisinya dikantor hanya karyawan biasa sedangkan Jeffreyan adalah pimpinan sekaligus pewaris perusahaan raksasa Wicaksana. Toh selama ini mereka bahkan tidak pernah bersinggungan kecuali dengan Pak Tama, sang sekretaris dan itupun sangat jarang terjadi. Semangat Ana! Demi ayah. Lupakan semuanya. Tekadnya sebelum memasuki gedung tinggi 20 lantai kantor utama Wicaksana Group. Bibir bisa berdusta tapi hati tidak. Begitu menginjak lobby perusahaan, tekad Ana mulai goyah. Kakinya mendadak lemas nyaris tidak mampu menopang tubuh jika tidak berpegangan dengan pilar-pilar megah disebelahnya. Jantung Ana seperti diremas kuat-kuat, sakit sekali. Belum lagi tubuhnya yang mendadak gemetar. Didepa

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 4

    Selamat membaca! "Perempuan murahan! ""Maksud kamu apa, Vita? Aku nggak seperti itu."Suara Ana tercekat. Oh,Tidak! Apa Vita tahu dia tidur dengan atasan mereka, Pak Jeffreyan? Tapi dirinya korban bukan perempuan murahan yang sengaja menjual diri. Dia di perk*sa.Bibir Vita menyunggingkan senyum mengejek, sambil berdecih, "Pikir aja sendiri!"Tatapan meremehkan itu masi bisa ditangkap Ana sebelum Vita meninggalkan nya dengan ribuan kekhawatiran yang melanda.Dirinya korban tapi dirinya yang di cap sebagai perempuan murahan. Padahal tidak. Tapi benarkah Vita tahu sesuatu?Ana berjalan dengan gontai menuju rumah. Peluh yang di kening nya sesekali dia basuh dengan tangan.Kaki nya sakit tapi hatinya puluhan kali lebih sakit. Terhina. Ingin menyerah tapi nasib keluarga masih jadi tanggungan nya.Air mata itu merembes begitu saja. Rasa marah sedih dan takut itu bersatu seolah meremas hatinya. Mengadu pun dirinya belum tentu akan didengar.Apa ada yang percaya bahwa dirinya di pwrkosa ata

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 3

    Revan meracau frustasi. Juga lega, akhirnya menemukan Ana. Dia terkejut saat mendekat dan melihat penampilan Ana cukup berantakan dengan mata sembab rambut tergerai asal dan ada luka dibibirnya. Namun belum sempat ia bertanya, suara panik Ana sudah memasuki pendengarannya. Memaksanya untuk mengesampingkan segala pertanyaan dikepala."Ayah … ayah? Aku harus kerumah sakit..""Ana? Kamu nggak papa?"Ana tidak lagi mendengar pertanyaan Revan. Kepalanya penuh dengan kekhawatiran akan ayahnya."Revan, bisa antar aku ke rumah sakit?" Pintanya dengan suara memohon.Revan menyentuh pundak Ana, mencoba menenangkan nya. "ayahmu sudah dirumah, semalam dia drop tapi tidak sampai dirawat," Ibu tiri mu bahkan tidak membiarkan ayahmu dirawat, Ana.Revan tidak tega memberi tahu Ana tentang kekejaman itu apalagi penampilan gadis itu terlihat sangat berantakan.Revan mendesah pelan. "Mari aku antar pulang. ayahmu pasti sudah menunggu mu, Ana. "Ana mengganguk pelan.Saat berniat naik ke boncengan, Ana m

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 2

    Deg!Suara bariton itu membuat Ana terlonjak kaget. Tubuhnya secara reflek mengikuti perintah.Ana berjalan mendekat dengan tubuh yang gemetar hebat. Berpikir keras bagaimana cara minta maaf agar dirinya tidak dilaporkan ke polisi karna sedikitpun dia tidak ikut menikmati uang korupsi, salahnya hanya tidak melaporkan perbuatan Pak Rudy.Mengenai apakah dirinya akan disebut kaki tangan, Ana tidak pernah terpikir sama sekali. Pikirannya yang berkecamuk dan penuh itu membuatnya tidak memperhatikan sekeliling.Tanpa tahu jika laki-laki di depannya sudah melepas satu persatu kancing kemeja yang melekat di tubuhnya.Ana yang masih setia menunduk. Tidak berani menatap atasan dari atasanya itu. Air mata menjadi saksi bisu betapa takut dirinya saat ini. Buliran itu juga masih mengalir deras dengan sesekali Ana menghapus menggunakan punggung tangan.Tiba-tiba Ana menjatuhkan diri, berlutut di hadapan Jeffreyan."Tuan jangan laporkan saya, sa-saya minta maaf."Sebelah alis Jeffreyan naik mendeng

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 1

    Rok pensil yang ia kenakan membuat garis pinggulnya terlihat tegas, sementara blazer hitam dan kemeja putih yang terkancing rapi tersebut justru menonjolkan lekuk halus tubuh Raisa Andriana yang tengah berdiri di dekat pintu masuk.Mungkin hanya dirinya yang datang ke kelab dengan menggunakan pakaian kerjanya yang membosankan seperti ini. Alih-alih pengunjung, dirinya lebih cocok menjadi pelayan yang berdiri di tiap sudut ruangan.Suasana club dengan suara musik yang memekakkan telinga serta bau asap rokok yang pekat sesekali membuat Anna terbatuk-batuk. Dari sekian banyak tempat yang ada di dunia kenapa pesta keberhasilan proyek timnya harus diadakan di kelab? "Entah apa bagusnya tempat ini,” gumam Ana lirih. Tidak menyadari bahwa ada beberapa pasang mata yang tengah mengamatinya sejak ia tiba tadi."Wah! Ini dia primadona kita malam ini!” teriak Pak Rudy, atasan Ana, saat melihat gadis itu datang. “Selamat datang, Ana! Ayo, kemarilah. Mari kita senang-senang!”Ana tersenyum kikuk d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status