Share

Bab 4

Author: Ariess_an
last update Last Updated: 2025-08-05 19:15:50

"Perempuan murahan! "

"Maksud kamu apa, Vita? Aku bukan perempuan seperti itu." Bantah Ana dengan suara tercekat.

Oh,Tidak! Apa Vita tahu dia tidur dengan atasan mereka, Pak Jeffreyan? Tapi dirinya adalah korban, bukan perempuan murahan yang sengaja menjajakan diri.

Dia di perk*sa.

Bibir Vita menyunggingkan senyum mengejek, sambil berdecih, "Pikir aja sendiri!" Katanya sebelum berlalu meninggalkan Ana. Tatapan meremehkan itu masih bisa Ana rasakan bahkan sebelum Vita pergi.

Dada Ana sesak. Dirinya korban tapi justru di cap sebagai perempuan murahan. Padahal tidak. Tapi benarkah Vita tahu sesuatu?

Ana berjalan gontai menuju rumah. Peluh kening dia seka dengan punggung tangan. Pangkal pahanya sakit. Tapi hatinya jauh lebih sakit. Ana merasa terhina. Ingin menyerah, tapi nasib keluarga masih menjadi tanggungannya.

Tanpa sadar, air mata Ana merembes begitu saja. Rasa marah sedih dan takut itu menyatu, meremas hatinya. Mengadu pada siapa? Lagipula belum tentu akan dipercaya. Siapa yang percaya dirinya di pwrkosa atasannya. Seorang Jeffreyan Wicaksana-sosok dingin berpenampilan sempurna itu?

Siapa yang percaya?

Bahkan dirinya sendiri pun masih belum bisa percaya dengan apa yang terjadi semalam.

Ana menyesal diam saja saat melihat kecurangan Pak Rudy. Tapi apakah itu alasan pantas untuk diperlakukan seperti ini? Dia hanya bawahan yang tunduk pada perintah. Selimper pun ia tidak menerima dari hasil kotor itu.

Tak lama Ana tiba di rumah. Dengan cepat dia usap air mata agar tidak ada yang melihat kesedihannya. Begitu membuka pintu, Ana menghela napas lega. Mamanya sudah tidak ada di rumah.

Dengan leluasa Ana berjalan ke kamar ayahnya. Matanya berkabut sedih. Laki-laki pertama di hidup Ana itu kini terbaring tak berdaya. Sisa-sisa ketampanan ayahnya sudah terkikis. Tidak ada lagi tubuh kekar yang dulu sanggup menggendong Ana kecil. Kini tubuh itu kurus, ringkih, dan menyedihkan.

Sejak tiga tahun lalu Ayah terkena gagal ginjal. Ana terus berjuang mencari biaya transplantasi. Meski pernah dilukai, Ana tetap mencintai ayahnya. Dalam ingatan Ana kecil, sosok ayahnya adalah dunia, pelindung, pelukan hangat yang dulu jadi rumah ternyaman. Sosok yang sama juga menyisakan luka terdalam, penyebab trauma terbesar Ana hingga kini

Ana benci? Tidak.

Dia hanya kecewa.

Dan melihat bagaimana laki-laki yang disayanginya dengan sepenuh hati itu terbaring lemah justru menikam perasaannya jauh lebih sakit. Jika bisa menukar hidupnya untuk kesembuhan sang ayah, Ana rela. Kalau saja ginjal miliknya cocok, tanpa ragu akan Ana berikan seluruh yang dia punya.

"Ana.."

Panggilan pelan dengan tatapan sayu menahan sakit itu membangkitkan air mata yang sudah Ana tahan-tahan.

Ana mendekat.

"Ayah maaf, Ana terlambat beli obat buat ayah, " lalu berjongkok di sisi ranjang tempat tidur ayahnya. Mata yang sembab dan suara yang tercekat membuatnya semakin tergugu. "pasti ayah kesakitan, maafkan Ana. "

Mendengar ucapan Ana. Ayah mengelengkan kepala.

Ayah terpegun, tangisan putri kecilnya yang lebih sering dia sakiti itu membuat ingatannya melanglang jauh ke masa lalu.

Semenjak jatuh sakit dan terbaring lemah. Hartomi hampir tidak bisa melakukan aktifitas tanpa dibantu. Disaat itulah dirinya menyadari betapa besar pengorbanan putri kecilnya, Ana. Gadis kecilnya itu bukan hanya bekerja dan menggantikan tugasnya menjadi tulang punggung keluarga. Tapi juga harus sibuk mengurusi segala keperluan dirinya.

Bukan tidak menghargai usaha sang istri ketika merawatnya. Dia akui Rita memang merawatnya. Tapi menimbang betapa tidak adil dirinya bersikap, putrinya Ana, benar-benar berhati malaikat. Padahal bisa saja Ana memilih pergi, membuangnya sama seperti Tomi membuang Ana ketika sudah mendapatkan keluarga baru saat menikahi Rita dulu.

Sekarang dia ingat semua kekejaman nya pada putrinya disaat terbaring tidak berdaya. Dan bodohnya, kenapa dirinya baru menyadari betapa menderitanya putri kecilnya itu.

Hartomi sering mengingat-ingat kembali bagaimana Ana kecil mulai tersisih dari hidupnya. Putri kecilnya itu bahkan tidak pernah lagi merenggek manja dan memilih menjaga jarak. Hal itu juga yang kerap memicu kekesalan-kekesalan yang dirasakan Tomi. Ditambah hasutan-hasutan sang istri membuat Tomi semakin jauh dari putri semata wayangnya itu.

Semua ini salahnya, memilih percaya dan menghukum tanpa pernah mencari tahu kebenarannya saja sudah salah. Dan dia sadar telah melukai putri kecilnya yang malang.

Suara Ana memecah lamunan Tomi.

"Ayah minum obat dulu."

Ana mengambil obat yang ada di dalam tas. Lalu membantu sang ayah untuk duduk bersandar.

Tomi memandang wajah putrinya. Penampilan yang berantakan dengan mata yang sembab. Hatinya seperti di pecut. Perih.

"Bibir kamu kenapa, Nak? "

Ana menghindarii tatapan ayahnya. Takut ayahnya mengetahui kesalahan yang dia lakukan tadi malam. Dia sudah gagal menjaga diri.

Ayah pasti akan marah atau bahkan akan mengusirnya dengan menyebutnya perempuan murahan seperi Vita.

Tidak mau! Ana tidak ingin ayahnya tahu.

"Eng itu anu, Yah. Nggak sengaja aku gigit." dustanya.

Maafin Ana, Yah. Terpaksa Ana bohong. Sesal Ana didalam hati.

Meski begitu, tubuh Ana sama sekali tidak bisa berbohong. Debaran jantungnya berpacu cepat dengan tangan yang mulai gemetar.

Tomi sadar ada yang tidak beres pada putrinya. Tangan putrinya itu bergetar dan wajahnya semakin pucat. Namun, karena tidak ingin mempersulit Ana dia lebih memilih memendam kekhawatiran nya sambil berdoa yang terbaik untuk putrinya itu.

Ia menegak obat yang diberikan Ana, lalu kembali dibaringkan.

"Semua baik-baik saja kan, nak? Apa mama masih suka kasar? "

Tatapan lembut itu, Ana mendapatkannya kembali setelah sekian lama.

'Tidak, yah. Ana tidak baik-baik saja. Ana hancur. '

Ana kembali menangis dalam hati. Ingin mengadu tapi dia takut. Takut tidak dipercayai, takut tidak di bela, takut kembali disalahkan.

Ana yang paling tahu bagaimana sakitnya dihakimi tanpa pernah didengar.

Ana menggeleng kepala, bibir mungilnya memaksakan senyum, "Mama baik, Yah. Sekarang Ayah istirahat jangan sampai drop lagi, Ana takut. Ayah harus sembuh."

Jangan tinggalin Ana.

*~~~*

Sementara itu ditempat lain, Jeffreyan baru baru saja mendapatkan proyek besar bernilai jutaan dollar.

"Semoga kerja sama kita berjalan lancar, Pak Jeffreyan."

Jeffreyan bangkit dari duduknya sambil berjabat tangan, "Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Yoshi."

Tak lama Jeffreyan meninggalkan ruangan rapat disusul oleh Tama yang berjalan tepat dibelakangnya. Mereka berdua masuk ke ruangan khusus pimpinan di lantai teratas gedung kantor yang sudah hampir 10 tahun ini menjadi ruangan nya.

"Agenda anda selanjutnya ada undangan makan malam sebagai investor untuk proyek di Kalimantan, Tuan."

Tama membacakan agenda tanpa diminta karena sudah menjadi tugas utamanya untuk selalu mem folow up setiap kegiatan yang melibatkan Jeffreyan.

Dengan cekatan tangannya menyampirkan jas, melonggarkan dasi, lalu duduk di kursinya sambil bersandar. Ingatannya masih penuh dengan Ana, teman ranjang nya semalam.

Bahkan sedari awal rapat pun dirinya tidak sepenuhnya bisa fokus mendengarkan. Sebenarnya, proyek itu memang sudah lebih dulu di analisis oleh tim nya, jadi tanpa ada rapat pun Jeffreyan akan setuju dengan kerja sama yang ditawarkan.

Mendatangi rapat ini hanya bentuk formalitas, bentuk menghargai klien yang akan menambah pundi-pundi uangnya. Sementara hati dan pikirannya penuh tentang Ana. Ana dan Ana!

Jeffreyan berdehem, "Cari tahu lebih detail tentang gadis itu."

Tama heran, tidak biasanya Jeffreyan mau repot-repot mengurusi wanita. Namun dia teringat semalam dia menyeret Ana dengan melibatkan kasus Pak Rudy. Apakah mungkin pak Jeffreyan berniat memenjarakan siapapun yang membantu Pak Rudy? Benaknya sibuk menerka-nerka.

Beruntungnya, sebelumnya dia memang sudah mengkonfirmasi keterlibatan Ana sebelum menyeret gadis itu.

"Semalam sudah saya lakukan Tuan, ini."

Tama meletakkan flashdisk dari saku celananya. Lalu berjalan mundur beberapa langkah dari meja Jeffreyan.

"Gadis itu tidak terbukti terlibat dengan kejahatan yang dilakukan Pak Rudy. " Ucapnya hati-hati, "saya bisa pastikan dia bukan kaki tangan apalagi tersangka untuk kasus itu Tuan. Tapi, berdasarkan rekaman yang Tuan berikan, gadis itu bisa dimanfaatkan sebagai salah satu saksi untuk memberatkan Pak Rudy. "

Salah satu alasan Jeffreyan menjadikan Tama sekretaris meragkap orang kepercayaannya adalah cara kerja mereka yang mirip dan sangat gesit.

Jeffreyan diam mencerna penjelasan sekretarisnya itu. Belum pernah dia merasakan keinginan yang besar menyangkut wanita sebelum dia bertemu Ana.

Kalau urusan bawah perut sudah pasti terpenuhi. Tentu saja karna dia laki-laki normal. Namun sebatas having s*x, ' dia jual saya beli'. Dan itu berbeda saat pertama kali dia menyentuh Anna. Dia menginginkan lebih.

Dia cukup kaget, dibalik penampilan yang cupu, karyawannya itu memiliki aset-aset yang mengiurkan dan pantang rasanya untuk dilewatkan.

Biasanya, untuk menghilangkan frustasi akibat tekanan kerjaan Jeffreyan hanya perlu bermain sekali, itu pun kalau ada wanita yang beruntung bisa berbagi kehangatan. Dan yang sering terjadi, hanya milik nya saja yang dipuaskan. Tapi dengan Ana, dia sanggup melakukan nya lebih dari dua kali bahkan sampai membuat wanita itu pingsan.

Ada keinginan untuk mencoba Ana kembali. Ia perlu membuktikan apakah ini murni kebutuhan biologis atau sebuah ketertarikan.

Ingatan Jeffreyan kembali pada malam panas mereka. bibirnya menyunggingkan senyum sinis. Untuk pertama kalinya ada wanita yang berani menolak pesonanya.

Jeffreyan berdecih, dia masih mengingat jelas penolakan-penolakan gadis itu dibawah kungkungan nya. Hal yang cukup Menyebalkan dan menggores ego Jeffreyan yang padahal sangat mampu mendapatkan puluhan wanita yang lebih segalah-galanya dari Ana.

"Tama, selidiki semua yg membantu Rudy termasuk Ana. Jadikan mereka tersangka untuk kasus ini. "

Tama terdiam.

Kejam?

Ya. Begitulah Jeffreyan Wicaksana. Laki-laki tidak berperasaan jika menyangkut musuh nya.

Jeffreyan membaca informasi yang diberikan Tama, tertera identitas dari targetnya. Semuanya tentang gadis itu, keluarga, teman bahkan orang-orang yang pernah dekat dengannya semua tertera dengan lengkap. Asisten nya selalu bisa di andalkan.

'Tulang punggung keluarga, Jadi ayahnya sakit?' Sudut bibir Jeffreyan terangkat, menunjukan senyum yang membuat Tama merinding.

Tama tidak bisa membaca pikiran Tuan nya itu. Yang jelas akan ada pertunjukan menggemparkan.

Getar diponsel nya mengalihkan atensi Tama pada Jeffreyan. Sebuah notif pesan masuk.

'Mana video syur nya Jeff, jangan bilang lo nggak jadi ngelakuin itu bareng si cupu. Kalo lo mangkir dari aturan, denda nya 500 juta'

"Tuan? "

"Hmm? "

"Rangga minta video rekaman anda dengan Ana. Apa perlu saya kirim dan edit untuk menutupi wajah anda?"

"Tidak perlu!" Ucapnya tegas.

"Baik, Tuan. Akan saya kirim ke grup video full nya tanpa die.. "

"Tidak perlu dikirim! "

"Baik. Hah? "

"Apa perlu aku ulangi? "

"Tidak, Tuan. Akan saya transfer uang ke rekening yang bersangkutan. "

Tama tidak heran lagi dan sudah paham fetis aneh mereka. Betapa tidak masuk akal nya para konglomerat sampa menjadikan grup chat untuk tempat berbagi video ranjang mereka yang kalah taruhan.

Bagi sebagian orang mungkin ini terdengar gila, tapi hal ini justru menjadi sebuah cara mereka untuk saling percaya dengan menyimpan kelemahan masing-masing.

"Tama, kirim orang untuk mengawasi gadis itu!"

"Baik, Tuan."

*~~~~~*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   555

    Siang itu Jeffreyan mampir kerumah sakit dimana ayah Ana dirawat. Setelah berbincang dengan dokter yang ditugaskan mengobati Ayah Ana, Jeffreyan memberi arahan yang menjurus perintah untuk secepatnya operasi dilakukan. "Kalau bisa secepatnya. Sekarang juga lebih bagus." ucapnya pada laki-laki berjas putih dengan rambut memutih, dia direktur rumah sakitpria tua itu menghela nafas panjang. Hal ini sudah sering terjadi dikalangan atas. Bagaimana dirinya sebagai direktur rumah sakit diminta ini-itu sepeti yang dilakukan Jeffreyan saat ini. "Tapi pasien masih belum stabil, Tuan. Resikonya akan lebih besar jika kita mengoperasi dalam keadaan seperti ini."ucap dokter hati-hati tak ingin menyinggung Jeffreyan. Meski ditekan jabatan, Direktur rumah sakit itu juga masih mengedepankan prinsipnya sebagai tenaga medis ya g mengabdikan diri untuk kemanusian. Apa yang diminta pangeran Wicaksana itu bertentangan dengan prinsionya sebagai dokter.Jeffreyan tak masalah. Tapi dia sedang diburu wakt

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 68

    Ana tetap menjadi pelayan yang menemani tamu minum. Namun secara khusus hampir setiap malam dirinya hanya melayani satu tamu saja. "Tuan minum setiap hari?" Tanya Ana, ini sudah hari ketiga Alvian kembali minum dan minta ditemani sepanjang malam. Ana tidak masalah, justru bersyukur karena terhindar dari tamu-tamu nakal. Sejauh Ana menemani Alvian minum, tidak ada perbuatan aneh yang dia dapatkan. Alvian hanya mengajaknya sebatas teman ngobrol dan menuangkan minum. "Apa tuan membawa HP?" Tanya Ana entah untuk kesekian kalinya. Alvian menggeleng. "Kamu udah nanya itu berkali-kali." Mendengar jawaban Alvian Ana tidak bisa menyembunyikan wajah sendunya. Entah sampai berapa lama dia harus bertahan disini. Mengabaikan wajah sedih Ana dia sodorkam gelasnya untuk diisi, netranya mengamati gadis itu yang mendesah lesu, "Kamu kecewa?" Tanya Alvian Ana tersenyum getir, kepalanya mengangguk. "Saya nggak tau mesti berapa lama lagi saya disini. Keluarga saya pasti nyari saya."

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 67

    Riski memandang brangkar sang ayah dengan wajah bersimbah air mata. Beberapa saat yang lalu ayah kembali drop. Disebelahnya, ada mama serta seorang wanita paruh baya yang menjadi penyebab ayahnya drop. "Kalau sampai suami saya kenapa-kenapa saya akan tuntut kamu!" Ucap Rita meradang. Melihat kembali wajah mantan istri suaminya membuat Rita diliputi emosi. "Saya yang akan tuntut kamu. Kamu menipu saya selama ini. Kamu pembohong!" balas Jelita sengit. "Diam, kamu! Ngapain kamu kesini. Mau menghancurkan rumah tangga saya? Dasar wanita pengoda."Jelita memutar bola mata. Dari tadi ia menahan diri menjambak wanita yang telah memperlakukan putrinya semena-mena itu. Namun tampaknya kebencian itu bukan miliknya sendiri karena wanita itu juga tampak sangat membencinya. Ia berencana membuat keributan dengan wanita itu namun cenggraman pada lengannya membawa Jelita pada kesadaran. "Kita lebih baik pulang. Suami dan anak lo juga pasti nungguin." Adri menengahi. Tidak mau mengambil resiko

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 66

    Jelita meremas jemari diatas pangkuan. Pertemuannya dengan Adri membawanya pada fakta-fakta bahwa kehidupan sang putri yang sangat jauh dari kata nyaman. “Ada apa nyariin gue?” Adri yang melihat kakaknya seperti orang linglung menjadi sedikit iba. Baru beberapa hari tapi wajah kakaknya sudah tampak lebih menua dari sebelumnya. Andai saja kakaknya mendengar sarannya dulu untuk membawa serta Ana, pasti kejadiannya tidak akan serumit ini. Hidup ponakannya itu tidak akan sehancur ini. Bahkan Adri ragu kakaknya akan sanggup mendengar fakta-fakta lain tentang Ana yang baru dia ketahui belakangan. “Ana..” lidah jelita terasa kelu. Baru menyebut nama saja sudah membuat dirinya ingin menangis. “Bisa tolong carikan keberadaan Ana? Kata tetangga mereka yang Mbak jumpai, Ana udah tinggal terpisah dari rumah ayahnya.” Alih-alih menjawab, Adri menghela nafas yang terasa berat. “Lo udah tahu kehidupan Ana setelah lo pergi?” Tanpa bisa dibendung, air mata Jelita lolos jatuh dipipinya. Dia mengang

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 65

    PLAK!Ana kembali mendapatkan tamparan. Sudut bibirnya sampai pecah dan berdarah saking kerasnya tamparan. Bahkan kepalanya sampai berdengung.Dia sudah tidak sanggup. Tapi nampaknya Pria penjaga itu tidak ingin melepaskan Ana."Lepaskan dia." Pria yang menjadi tamu VIP itu mencegat tangan penjaga yang sudah siap untuk tamparan yang ketiga."Tapi, Tuan." Penjaga itu hendak protes."Ingin aku ulangi?" Tanya nya datar. "Tolong keluar, sepertinya aku harus membayar extra untuk dia kan?" Pria itu menyodorkan selembar kartu hitam.Meski dongkol penjaga tersebut menuruti perintah Tamu yang dia panggil Tuan itu. "Tapi dia bukan pekerja s3x tuan, dia hanya bekerja menuangkan minumam." Ucap penjaga takut-takut.Pria itu memijat pelipisnya. Selanjutnya dia kibaskan tangannya, isyarat menyuruh ketiganya pergi, "Ya, aku tahu. Silahkan keluar!""Tuan, saya harus melapor duku sebelum-"Aku bilang keluar, bangsat! Kalian menggangguku!” Bentaknya keras.Kedua penjaga memilih keluar.Tersisa Ana disana

  • HASRAT DAN GAIRAH MEMBARA CEO KEJAM   Bab 64

    Desahan dan hentakan yang memenuhi ruangan membuat udara terasa panas dan sesak. Suara-suara yang bergema dari tengah ruangan seolah menjadi musik yang menekan siapa pun yang mendengarnya. Dua tubuh saling menempel, bergerak tanpa jeda, larut dalam hasrat yang membutakan logika. Keduanya tak peduli pada dunia sekitar, bahkan tak menyadari keberadaan seseorang di sudut ruangan—seseorang yang seharusnya tidak melihat apa pun dari semua ini. “Om…” suara wanita itu bergetar, setengah rintih, setengah memohon. "Ah, Om!" Telapak tangan besar meremas bagian yang membuncah dari tubuh wanita di bawah tubuhnya. Jemarinya meniti setiap lekuk indah yang beberapa menit lalu menyapanya. "Enak?" "Om, enak banget. Ah.. Ahh enak banget, Om." Rintih wanita yang sedang ditindih seorang lelaki yang usianya terpaut jauh. "Kamu benar-benar luar biasa." Puji nya di tengah hentakan nya pada tubuh yang ikut bergerak seirama. Laki-laki paruh baya itu hanya menahan napas, emosi mendesak-necak di dadan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status