Share

Firasat seorang Ayah

Author: Rafasya
last update Last Updated: 2025-06-20 08:41:05

“Sierra, ayo sayang, berlatih sekali lagi!” teriak Michael sambil setengah berlari mengejar anak kecil berbaju olahraga pink yang melesat cepat seperti peluru.

Napasnya mulai tersengal. Kemeja putihnya kini kusut, dan dasinya tergantung miring.

“Tidak mau!” seru Sierra sambil tertawa geli, kuncir kembarnya memantul seiring langkah kakinya. “Daddy kejam! Daddy tidak sayang aku!”

“Sayang dong!” Michael terus mengejar, tapi Sierra dengan lincah menyelinap ke balik tiang dan melompat naik ke bangku taman kecil di halaman belakang.

Dengan wajah cemberut yang hanya dibuat-buat, Sierra segera berlari ke arah sang ibu yang tengah duduk santai di ayunan rotan sambil membaca majalah.

Sahira mengangkat wajahnya dari halaman majalah saat Sierra menyusup ke pelukannya. Ia menoleh sekilas pada suaminya yang baru tiba dengan wajah lelah tapi penuh kasih.

“Mommy, katakan pada Daddy. Aku tidak mau berlatih. Aku lebih suka main boneka. Bonekaku lebih pintar daripada Daddy!”

Michael menyipitkan mata se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sari Aldia
waw mulai ada titik terang ni mengenai marvel semoga cepat ketemu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Benar kau Belinda?

    Langkah kaki David mantap menapaki trotoar sempit dengan tatapan fokus ke depan. Di tangannya, ponsel menyala menampilkan data hasil pelacakan yang barusan ia dapat dari seorang kenalannya yang bekerja sebagai pemulung di dekat bandara lama.“Nama wanita itu ... Belinda, katanya tinggal di ujung gang, rumah ketiga dari kiri.” gumam David pelan.Ia berhenti di depan sebuah rumah mungil berwarna hijau pudar, dindingnya retak di beberapa bagian, dan pagar kecilnya sudah berkarat. Sebuah pot gantung berisi tanaman kering tergoyang lemah diterpa angin. David menarik napas panjang, menurunkan kaca mata hitamnya lalu mengetuk pintu pelan namun tegas.Tok ... tok ... tok ...Beberapa detik kemudian, daun pintu terbuka. Muncul seorang wanita dengan wajah letih, berusia sekitar 40-an tahun. Rambutnya digelung asal-asalan, mengenakan daster bermotif bunga yang tampak sudah lusuh. Matanya menyipit, mengamati David dari ujung kepala sampai sepatu pantofel mengkilatnya.“Ada yang bisa saya bantu, P

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Maxy bukan bocah biasa

    Di sudut perempatan lampu merah yang biasa digunakan Maxy dan ibunya untuk berjualan, dua bocah lelaki tampak duduk di atas trotoar, menatap kaleng-kaleng bekas yang telah mereka susun menjadi mobil-mobilan.“Kau yakin kita akan bermain?” tanya Joy, bocah kurus dengan rambut acak-acakan dan kulit legam karena sering dijemur panas matahari.Maxy mengangguk penuh semangat. “Tentu saja.”“Tapi, Max ... bagaimana kalau nanti ibumu marah lagi? Nanti kau dipukul lagi?” Suara Joy terdengar ragu, masih teringat betapa kerasnya Belinda memarahi Maxy kemarin karena mencuri.Maxy tertawa kecil, tapi senyumnya tidak sepenuhnya ceria. “Sudah ... tenang saja. Ibuku memang suka memukul, tapi nanti besoknya dia akan minta maaf dan memberi makanan enak.”Joy mengangguk perlahan, walau raut wajahnya tetap tak yakin. “Baiklah ... ayo kita pergi.”Dua bocah itu pun berlari menuju gang kecil yang jarang dilewati orang, membawa mobil-mobilan kaleng yang sudah mereka rawat seperti harta karun. Mobilan itu t

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Firasat seorang Ayah

    “Sierra, ayo sayang, berlatih sekali lagi!” teriak Michael sambil setengah berlari mengejar anak kecil berbaju olahraga pink yang melesat cepat seperti peluru.Napasnya mulai tersengal. Kemeja putihnya kini kusut, dan dasinya tergantung miring. “Tidak mau!” seru Sierra sambil tertawa geli, kuncir kembarnya memantul seiring langkah kakinya. “Daddy kejam! Daddy tidak sayang aku!”“Sayang dong!” Michael terus mengejar, tapi Sierra dengan lincah menyelinap ke balik tiang dan melompat naik ke bangku taman kecil di halaman belakang.Dengan wajah cemberut yang hanya dibuat-buat, Sierra segera berlari ke arah sang ibu yang tengah duduk santai di ayunan rotan sambil membaca majalah.Sahira mengangkat wajahnya dari halaman majalah saat Sierra menyusup ke pelukannya. Ia menoleh sekilas pada suaminya yang baru tiba dengan wajah lelah tapi penuh kasih.“Mommy, katakan pada Daddy. Aku tidak mau berlatih. Aku lebih suka main boneka. Bonekaku lebih pintar daripada Daddy!”Michael menyipitkan mata se

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Aku bukan anak haram!

    “Hei, berikan bola itu padaku,” ucap seorang anak laki-laki bertubuh tambun dengan nada tinggi.Maxy yang sedang duduk menyusun gantungan kunci langsung menoleh. Matanya menangkap bola berwarna merah-biru yang menggelinding mendekatinya. Ia segera berdiri, meraih bola itu dengan kedua tangannya, lalu berjalan ke arah anak tersebut dengan wajah ramah.“Ini bolamu. Hai, namaku Maxy, kau bisa memanggilku Max.”Namun bocah itu tidak menunjukkan sedikit pun sikap ramah. Ia hanya menatap Maxy dengan tatapan meremehkan, lalu merebut bola dari tangan Maxy dengan kasar tanpa sepatah kata pun. Dia langsung membalikkan badan hendak pergi.“Heh, kau tidak berterima kasih padaku?” seru Maxy sedikit keras.Anak itu berhenti, berbalik dengan ekspresi sebal.“Untuk apa?” tanyanya ketus.“Karena aku telah mengambilkan bolamu,” jawab Maxy, masih mencoba sopan.Bocah itu mendengus dan tertawa sinis. “Kan itu memang tugasmu. Kamu cuma anak jalanan. Anak orang miskin yang nggak berguna.”Wajah Maxy menega

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Susu hambar

    Malam hari.Sahira duduk di sofa ruang tamu yang luas, dikelilingi dengan nuansa hangat dari pencahayaan lampu di rumah besar mereka. “Aduh.”Sebuah rasa sakit tiba-tiba menusuk di kakinya. Awalnya ia mengira hanya kelelahan setelah beraktivitas seharian, tapi rasa nyeri itu tak kunjung hilang. Sahira berusaha berdiri, namun kakinya terasa lemas dan sulit untuk digerakkan.Sebuah teriakan kecil keluar dari mulutnya tanpa bisa ia tahan.“Aw! Sakit!” Sahira memekik, mengangkat kaki kirinya yang terasa sakit.Michael, yang sedang sibuk di dekat dapur, langsung menoleh ke arah suara itu. Wajahnya berubah cemas saat melihat istrinya terkejut dengan rasa sakit yang mendalam.“Ada apa sayang?” Michael bertanya dengan nada khawatir, langkah kakinya cepat menuju Sahira.Sahira mencoba tersenyum, meskipun rasa sakit itu masih terasa. Ia memegangi kakinya dengan tangan. “Tidak tahu, Mike. Kakiku tiba-tiba saja sakit,” sahutnya, berusaha menjelaskan, meski masih merasa bingung dengan rasa sakit

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Delapan tahun kemudian (S2)

    8 Tahun Kemudian..."Maxy! Tangkap!" seru seorang anak laki-laki sambil melempar dua buah roti mahal ke arah Maxy.Dengan cekatan, Maxy yang berusia delapan tahun menangkap keduanya. Ia tidak panik, justru sangat tenang saat berkata, “Ayo, Joy. Sekarang kita pergi.”Mereka langsung berlari, menyusuri trotoar padat, melewati para pejalan kaki, hingga suara langkah kaki mereka menghilang di antara suara deru kendaraan.Dari dalam toko, seorang pria paruh baya berteriak sambil keluar tergesa, “Dasar anak nakal!!”Ia mencoba mengejar, tapi baru lima langkah, napasnya sudah tersengal. Ia membungkuk, memegangi lutut. “Sialan. Anak-anak ini memang iblis kecil.”Maxy dan Joy baru berhenti setelah mencapai sebuah gang kecil. Napas mereka masih teratur, seperti sudah terbiasa melakukan ini.“Ini untukmu,” ujar Maxy, menyerahkan satu buah roti pada Joy.Joy menerimanya. “Terima kasih.”Maxy membuka satu roti miliknya dan langsung memakannya. Setiap gigitan dilakukan dengan hati-hati. Ia mengunya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status