Share

Terobsesi

Penulis: Rafasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 19:01:07

Sahira berdiri mematung di dekat pintu ruangan Michael. Matanya terbelalak mendengar permintaan terakhir bos barunya.

“Mulai besok, kau harus pakai rok mini.” Kalimat itu menggema dalam pikirannya, membuat wajahnya merah padam antara marah dan malu. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan amarah yang mulai memuncak.

“Apa maksudnya, Pak?” Sahira memberanikan diri bertanya, meskipun suaranya terdengar bergetar. “Kenapa saya harus pakai rok mini? Bukankah saya di sini untuk bekerja, bukan ... untuk hal yang aneh-aneh?”

Michael menatapnya dengan tenang, tetapi ada kilatan nakal di matanya. Sahira yang berdiri di sana dengan pipi merona dan ekspresi protes justru terlihat begitu menggemaskan bagi Michael. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, melipat kedua tangannya sambil menyunggingkan senyum. “Itu sudah menjadi peraturan di kantor ini,” jawab Michael santai.

“Peraturan?” Sahira mengerutkan alisnya, tidak percaya. “Kenapa harus ada peraturan seperti itu?”

Michael mengangkat bahu, matanya tetap tak lepas dari wajah cantik Sahira yang terlihat kesal.

“Kantor ini memiliki budaya kerja yang unik. Penampilan sangat penting untuk menjaga citra perusahaan di depan klien.”

Sahira membuka mulutnya hendak membantah, tetapi Michael segera memotongnya, “Kalau kau tidak nyaman, tentu aku tak memaksa. Namun, tanpa itu, kau tidak bisa bekerja di sini.” dia sengaja menekankan kalimat terakhirnya, membuat Sahira merasa berada di posisi sulit.

“Aku harus bagaimana?” batin Sahira.

Sahira menoleh ke arah Haidar, berharap mendapat dukungan, tetapi pria tua itu malah menyuruhnya menurut.

“Sahira, ini kesempatan besar. Kau harus patuh pada aturan kantor ini! Lagipula, hanya memakai rok mini. Apa susahnya?” tukas Haidar, seolah tidak peduli dengan perasaan Sahira.

Akhirnya, Sahira menyerah. “Baiklah,” katanya pelan. “Saya akan melakukannya.”

Michael tersenyum penuh kemenangan, tetapi dia berusaha tetap menjaga ekspresi serius. “Bagus,” ucapnya. “Kau bisa pulang sekarang dan persiapkan dirimu. Ingat, besok kau harus datang tepat waktu.”

Sahira mengangguk, melangkah keluar dari ruangan. Haidar mengikutinya dari belakang, dia tampak santai, seolah tidak ada yang salah. Sahira merasa dadanya sesak, tetapi ia tak punya pilihan lain.

*

Setelah Sahira dan Haidar keluar, suasana ruangan itu menjadi sunyi. Namun, tak lama kemudian, Lucas masuk tanpa permisi. Ia berhenti di depan meja Michael, memperhatikan bosnya yang tengah duduk dengan senyum simpul di wajahnya.

Lucas mengerutkan kening. “Bos, siapa gadis tadi? Aku perhatikan, kau sangat tertarik.”

Michael mengangkat wajahnya, tatapannya dingin. “Itu bukan urusanmu,” jawabnya singkat.

Lucas tidak menyerah. “Oh, jadi mainan baru? Tumben kali ini berbeda? Biasanya kau pilih yang sudah berpengalaman.”

Michael menghela napas panjang, merasa terganggu dengan rasa ingin tahu Lucas. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap anak buahnya dengan tatapan tajam. “Dia sekretaris pribadiku,” jawabnya.

Lucas terbelalak. “Sekretaris pribadi? Bos, kau yakin? Aku lihat dia tidak seperti Karin—dia masih sangat lugu.”

Michael mendengus pelan, lalu menyunggingkan senyum kecil. Lucas tidak tau saja, yang polos itu lebih ... menggemaskan. Michael langsung memejamkan mata, masih terasa aroma parfum manis milik Sahira membuatnya semakin bergairah.

Lucas hanya bisa menghela napas panjang. “Baiklah, Bos. Aku takkan mencampuri urusanmu, tapi hati-hati. Yang polos bisa jadi masalah di kemudian hari.”

Michael tersenyum tipis, menatap Lucas dengan pandangan penuh percaya diri. “Jangan khawatir. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan. Lagipula, masalah adalah sesuatu yang bisa kuciptakan, dan kuselesaikan dengan caraku sendiri.”

Lucas hanya bisa mengangguk sebelum melangkah keluar, meninggalkan Michael yang kembali tenggelam dalam pikirannya.

Michael tak sabar menunggu hari esok, di mana dia bisa melihat Sahira lagi—seorang gadis polos yang begitu menggoda, dia memiliki sesuatu yang memikat yang tidak dimiliki oleh siapa pun sebelumnya.

***

Malam hari.

“Mulai besok, kau harus pakai rok mini.”

Lagi, kata-kata Michael menggema di pikiran Sahira. Dia yang sedang duduk di pinggir ranjang, menggigit bibirnya.

“Dasar bos mesum!” umpatnya kesal.

“Aku bahkan tak punya rok mini satu pun.” dia bermonolog seorang diri di dalam kamar.

Namun, tak berselang lama ....

BRAK!

Terdengar suara pintu depan dibuka kencang, membuat Sahira terperanjat. Dia segera keluar kamar dan mendapati Ayahnya pulang kondisi lebam di area wajah.

“Bapak! Bapak kenapa?” tanya Sahira, dia begitu khawatir.

Haidar tak menjawab pertanyaan putrinya, dia segera masuk ke dalam kamar. Lalu mengemasi pakaiannya ke dalam tas besar.

“Pak, Bapak mau ke mana?”

Haidar menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengemasi pakaian sejenak, dia menatap Sahira. Pria tua itu begitu kesal pada Michael, Michael telah menipunya. Menjanjikan 200 juta tapi hanya membayar setengahnya saja. Dia malah mengancam Haidar karena telah menjual Sahira, lalu saat Haidar protes, anak buahnya malah menghajarnya.

“Sialan!” batin Haidar.

“Pak ...,” panggilnya Sahira, saat tak ada respon dari Haidar.

Haidar menghela napas. “Bapak mau pergi. Kau tak perlu ikut, tetaplah di sini.”

Ya, Haidar harus pergi. Dia tak punya pilihan. Dia sudah berjanji pada Michael. Tak apalah pria itu hanya memberinya 100 juta, tidak sesuai dengan perjanjian. Saat ini, keselamatannya lebih penting.

“Pak ... jangan lama-lama. Aku takut sendirian di sini.” Sahira menatapnya nanar.

Haidar mengembuskan napas kasar, dia menggenggam tasnya. Kemudian mendekat ke arah Sahira.

Di tatapnya wajah Sahira sejenak, putri yang dia besarkan selama 15 tahun. Haidar merogoh kantong, lalu menyerahkan dua lembar uang kertas berwarna merah.

“Ambillah, untuk keperluanmu beberapa hari. Bapak tidak bisa memberimu banyak uang. Setidaknya, kamu punya sedikit untuk makan,” ucapnya berbohong, padahal dia telah menerima banyak dari Michael.

Sebelum pergi, Haidar menatap Sahira sekali lagi. Mengulurkan tangan, mengusap air mata putrinya yang menetes.

“Jangan menangis, Bapak akan segera kembali. Jaga dirimu baik-baik.”

Bohong. Haidar sendirilah yang telah menyerahkan Sahira pada pria berbahaya.

Sahira mengangguk. “Jangan lama-lama, Pak,” ucapnya.

Haidar melepaskan tangannya, lalu pergi dengan tergesa dari sana. Dia menoleh ke arah samping. Ada beberapa pria suruhan Michael yang sedang mengawasinya.

***

Di Mansion Michael.

Suasana di kamar mandi utama mansion Michael begitu tenang, hampir seperti surga kecil yang diciptakan untuk melepas penat. Cahaya temaram dari lilin aroma terapi menghiasi setiap sudut ruangan, memantulkan sinar lembut pada permukaan marmer mewah. Wangi lavender memenuhi udara, memberikan nuansa rileks yang menenangkan.

Michael tengah berendam di dalam bathtub besar berbahan porselen mahal. Air hangat bercampur busa tebal menyelimuti tubuh atletisnya. Kepalanya bersandar pada pinggiran bathtub, matanya terpejam, dan bibirnya menyunggingkan senyum samar. Tapi pikirannya berkelana jauh.

Bayangan Sahira, gadis yang baru saja ia temui pagi tadi, memenuhi setiap sudut benaknya.

“Eumh, Sahira ...,” desisnya, sambil mengelus senjatanya di bawah sana.

Bibir ranum merah muda milik Sahira, bulu mata lentik, dan bulatan indah di balik bra itu memenuhi pikiran Michael.

Milik Michael telah mengeras, sejak dia membayangkan Sahira.

“Ughh ...,” gumamnya pelan seperti menahan desahan. Ia membayangkan betapa gemasnya gadis itu saat protes tadi pagi, betapa kulit mulusnya tampak bersinar di bawah pencahayaan kantornya. Rasanya ingin dia lum4t bibir mungilnya saat itu juga.

“Kau memang sangat cantik,” katanya lagi. Tangannya bergerak mencipratkan air perlahan ke dadanya, mencoba menghilangkan panas yang tiba-tiba menjalar di tubuhnya.

“Aku sangat tak sabar ...,” lanjutnya, suaranya penuh dengan gairah yang tertahan.

Namun, tak berselang lama ...

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu kamar mandinya memecah suasana. Michael langsung membuka mata, ekspresi kesal terlihat jelas di wajahnya. “Sialan! Mengganggu saja,” umpatnya.

Dengan nada malas, dia berucap, “Masuk!”

Kriet!

Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan David, salah satu anak buahnya yang setia. Pria itu berdiri tegak di ambang pintu, mencoba menjaga tetap sopan meskipun tatapannya sedikit bingung melihat bosnya yang masih berada di bathtub.

“Bos,” panggil David. “Nyonya Evelyn sejak tadi menelpon.”

Michael mendengus keras, pandangannya tajam sejenak sebelum ia menutup matanya kembali. “Mau apa dia?” tanyanya.

David menjawab cepat, “Dia hanya menanyakan kenapa ponselmu tidak aktif, Bos.”

Michael mengembuskan napas panjang, menatap langit-langit kamar mandi dengan raut frustrasi.

'Bukankah Mommy sedang sibuk mengurus bisnisnya di London? Kenapa tiba-tiba dia mencemaskanku?' batinnya.

“David,” ucap Michael akhirnya, dengan suara yang lebih tenang, “Kalau nanti Mommy telepon lagi, katakan padanya bahwa aku baik-baik saja. Dia tak perlu khawatir.”

“Em, baik, Bos,” jawab David singkat sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Setelah itu, dia segera keluar, menutup pintu dengan hati-hati.

Michael kembali sendirian di kamar mandi yang sunyi. Suasana rileks yang sempat ia rasakan sebelumnya telah lenyap. Dia mengusap wajahnya, mencoba menetralkan perasaannya yang sedikit berkecamuk.

Dengan gerakan malas, ia berdiri dari bathtub. Air mengalir turun dari tubuhnya, menciptakan suara gemericik yang memecah kesunyian. Dia meraih handuk besar di dekatnya, mengeringkan tubuhnya sebelum mengenakan kimono sutra hitam yang tergantung di dinding.

Michael berjalan ke arah cermin besar, menatap bayangannya sendiri. Ia menyentuh dagunya, mencoba menenangkan pikirannya. Khayalannya tentang Sahira kini sudah benar-benar kandas, digantikan oleh kekesalan kecil akibat gangguan tadi.

“Huh!” desahnya, lalu mengibaskan tangan seolah ingin membuang semua kekesalan itu.

Dia segera keluar dari kamar mandi, menuju kamar tidur yang luas. Meskipun tubuhnya sudah bersih dan segar, suasana hatinya masih sedikit buruk.

Michael segera mengambil pakaian santai dari lemari mewah miliknya, memakainya asal, lalu segera berbaring di tempat tidur.

***

Keesokan Harinya

Michael duduk di kursi eksekutifnya yang besar, memutar-mutar pena di tangannya, tatapannya sesekali melirik ke arah telepon di meja. Wajah tampannya terlihat serius.

Dengan gerakan cepat, ia meraih gagang telepon, menekan nomor internal untuk menghubungi resepsionis di lantai bawah. Suaranya terdengar berat dan tegas saat berbicara.

“Apa wanita bernama Sahira sudah datang?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.

“Em ... belum, Pak.”

Michael mendesah pelan, suaranya terdengar jelas di ruangan yang sunyi. “Kabari aku kalau dia sudah datang,” ucapnya dingin sebelum menutup telepon tanpa menunggu respons lebih lanjut.

Ia bersandar kembali di kursinya, kedua tangan disilangkan di dada. Matanya menatap lurus ke depan.

“Kenapa dia belum datang?” gumamnya sendiri, merasa waktu berjalan begitu lambat pagi ini.

Namun, tak berselang lama ....

Kriek!

Pintu ruangan terbuka perlahan. Michael langsung mengangkat wajahnya. Tatapannya tajam, dan tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Sosok yang sejak tadi dia tunggu kini berdiri di ambang pintu.

“Maaf, Pak, saya terlambat,” ucap Sahira pelan, sedikit menunduk.

Michael awalnya tersenyum kecil, tapi senyum itu segera lenyap saat matanya benar-benar menangkap penampilan Sahira pagi itu. Matanya melebar, dia langsung berdiri dari kursinya, nyaris menjatuhkan pena yang sejak tadi dia pegang.

“Apa-apaan ini?!” tukasnya.

Bayangan paha mulus Sahira yang sejak tadi ada di pikirannya musnah. Alih-alih memakai rok mini, Sahira malah memakai rok hitam panjang semata kaki.

“Kamvret!

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Harus pakai rok mini!

    Sahira berdiri kaku di depan pintu, bingung dengan reaksi Michael. “Maaf, Pak?” tanyanya ragu, suaranya hampir tak terdengar.Michael mengangkat tangannya, menunjuk ke arah Sahira dari kepala hingga kaki. Matanya menilai setiap detail penampilannya. Tidak ada sedikit pun kesan formal, apalagi seksi, seperti yang ia harapkan.“Ini ... ini yang kau pakai untuk bekerja?” ucap Michael, ia mencoba menahan emosinya. “Aku sudah bilang kau harus memakai rok mini, bukan pakaian seperti ini! Rok-mu itu terlalu panjang!”Sahira menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa gugup. “Maaf, Pak,” jawabnya pelan, “tapi aku memang tidak punya pakaian seperti itu di rumah.”Michael memijit pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Di satu sisi, ia merasa kesal karena Sahira tidak mengikuti instruksinya. Namun di sisi lain, ia tidak bisa memungkiri bahwa gadis itu tetap terlihat cantik meskipun dengan penampilan sederhana seperti itu.“Dengar,” ucap Michael, suaranya sedikit melunak, “di sini, aku yang me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Itu burung saya!

    Sahira berdiri canggung di dekat pintu kantin, menatap sejenak ke arah menu yang tertulis di papan besar. Harga makanan di sana membuatnya meneguk ludah. Dia merogoh kantongnya dan memandangi lembaran uang yang tersisa hanya 75 ribu rupiah.“Uangku cuma segini,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam di tengah keramaian kantin. “Kalau aku boros sekarang, bagaimana dengan seminggu kedepan? Mau makan apa aku.”Dia menghela napas panjang, mencoba mencari solusi. Namun, semakin Sahira berpikir, semakin sadar bahwa pilihan terbaik adalah menahan lapar. Sahira membalikkan badan, bersiap meninggalkan kantin dengan langkah lesu. Namun tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya.“Akhh!”Sahira tersentak. Ia menoleh cepat, dan terkejut mendapati sosok Michael berdiri di sana.“Temani aku makan siang,” ucap Michael singkat.Mata Sahira membulat sempurna. Ia tidak menyangka bosnya yang dingin itu akan muncul di sini, apalagi memintanya menemani makan. “A-apa?” ucap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   First kiss

    “Itu burung saya!”Hah?“Ah, maaf, Pak. Aku tak tau kalau itu burung Bapak.”Michael memejamkan mata, mencoba tak emosi di depan Sahira.“Keluar!” pintanya.“Tapi, Pak—”“Aku bilang keluar!”Sahira terkejut, dia segera berlari terbirit-birit dari sana.Di dalam ruangan, Michael berdiri mematung. Wajahnya tegang, dan tangannya mencengkeram pinggir meja kerja. Ia menghela napas panjang, mencoba menguasai dirinya. Michael mencoba menahan hasratnya. Dia begitu tersiksa, dengan nafsu yang tiba-tiba saja muncul.“Burung saya?” ulangnya dalam hati, merasa bodoh karena membiarkan kata-kata itu keluar begitu saja.Michael mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berjalan ke kamar mandi kecil di sudut ruangan. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin, berharap sensasi dingin itu bisa meredakan emosi dan perasaan campur aduk yang ia rasakan.“Ini semua gara-gara Sahira, dia harus bertanggung jawab!” umpatnya.Setiap kali dia menutup mata, bayangan Sahira dengan rok mini itu kembali memenuhi pikirannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Resign

    BRAK!Pintu ruangan terbuka dengan kencang, membuat Michael yang semula fokus pada layar komputer menoleh ke arah sumber suara.Di sana, berdiri Sahira yang wajah merah padam.“Pak Michael, aku mau resign!” ucapnya dengan lantang.Michael terdiam sejenak, seolah berpikir.“Resign?” ulangnya.“Iya.”“Kenapa? Kamu baru bekerja dua hari, sekarang minta resign, apa ada yang salah?”'Tentu saja salah, kau sudah bertindak kurang ajar padaku!' umpat Sahira dalam hati.“Pokoknya aku mau resign Pak, aku nggak betah bekerja di sini.““Baiklah, kalau kamu mau resign.”Hah? Semudah itu?“Iya.” Sahira segera berbalik, berniat pergi dari sana. Tetapi, ucapan Michael menghentikan langkahnya.“Kau pulang sekarang, dan kembali lagi sambil bawa uang sebanyak 500 juta, berikan padaku.”“Apa?!”“Kurang jelas? Pulanglah, dan kembali lagi kemari. Kamu harus memberiku 500 juta karena telah memilih resign.”“Aku sama sekali tak mengerti!”Michael menarik napas dalam-dalam sebelum menjelaskan, “Kamu ingat su

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Masa lalu

    “Ah, Pak, lepaskan! Aduh!” Michael tidak menjawab, tapi malah menarik Sahira lebih dekat ke arahnya. Sahira merasa tidak nyaman dan berusaha melepaskan diri, tapi Michael terlalu kuat.“Ah, nikm4t sekali.” pria itu langsung menggesekkan senjata miliknya dengan pant*t bahenol Sahira.Sahira menggigit bibir, kala jemari Michael meremas bulatan indah miliknya.“Pak ... kumohon jangan. Bukankah aku butuh waktu. Jangan sekarang, Pak.”Michael mendesah pelan, napasnya mengenai leher Sahira. Sahira merasa bulu kuduknya berdiri, dia memberontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Michael.Michael yang tak sabaran segera menurunkan resleting celananya, hal itu membuat Sahira semakin panik.“Ahh, Pak ... jangan Pak, bagaimana kalau ada yang melihat kita!”“Pak!”“Ah, Pak, jangan! Ugh!”Hening.Sahira tertegun, dia segera menoleh ke samping, tak ada siapapun.Hah?Dia tersadar bahwa itu hanya khayalan. Saat ini, dirinya masih berada di ruangan kerja Michael, sendirian. Dia tidak sedang da

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Sakit tapi .... (21+)

    Sahira duduk di sudut transportasi umum, uangnya tak cukup untuk memesan taksi. Pagi ini penumpang begitu ramai, membuatnya menjadi canggung.Dan benar saja, tatapan beberapa penumpang yang duduk di sekitarnya membuatnya merasa tidak nyaman. Bisik-bisik pun mulai terdengar.“Lihat, rok sependek itu pagi-pagi. Mau ke mana dia?” seorang wanita tua berbisik pelan tapi sengaja dikeraskan.“Ya ampun, gak takut kedinginan apa?” sahut seorang ibu sambil memeluk anaknya erat, seolah Sahira adalah ancaman.“Zaman sekarang, kok, perempuan makin berani, ya. Mau cari perhatian siapa? Perhatian Bos?” kata seorang pria sambil melirik Sahira dari atas ke bawah.Mendengar itu, Sahira menunduk dalam-dalam, wajahnya memerah karena malu. Dengan cepat, ia meraih jaket di tasnya dan menutupinya ke paha. “Kenapa aku harus pakai rok ini tadi?” gumamnya pelan, hampir menangis.Dia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan suara-suara di sekitarnya. “Semoga cepat sampai,” batinnya, sambil memandangi jalanan di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Rumah sakit

    Mereka masuk ke dalam gedung rumah sakit. Sesampai di sana, Michael langsung masuk ke dalam ruangan dokter tak perlu mengantri terlalu lama.Sahira yang merasa tak enak pada bagian anu-nya akibat kejadian di dalam taksi tadi, bergegas pamit pada Michael untuk ke toilet. "Pak, aku permisi dulu ke toilet dulu, ya," katanya.Michael mengangguk. Dia mengerti apa yang terjadi pada Sahira. “Pergilah. Aku akan menunggu di sini. Jangan lama-lama."Sahira berjalan menuju toilet, merasa lega bisa melarikan diri sejenak dari Michael yang tiba-tiba berubah menjadi sangat mesum. Dia tidak mengerti apa yang terjadi dengan bosnya itu.Sahira menghela napas, mencoba menetralkan perasaannya. “Ini gila! Bagaimana mungkin aku menikmatinya,” umpatnya sedikit frustrasi.“Aku harus segera melarikan diri sebelum dua minggu. Jangan sampai Pak Michael memperawaniku. Setelah mendapatkan gaji pertamaku, aku akan pergi.”Untung saja Sahira masuk di pertengahan bulan, kemungkinan gajinya dibayar setengah.“10 ju

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Siapa dia?

    Michael mengetuk meja pelan, tanpa menoleh ke arah Sahira yang sibuk di mejanya. Setelah sakit dikepalanya mereda, dia langsung melanjutkan pekerjaannya daripada memilih beristirahat.“Sahira, tolong buatkan aku kopi? Aku butuh sesuatu yang panas untuk membantuku fokus,” ucapnya.Sahira segera berdiri. “Baik, Pak. Tunggu sebentar.”Dia bergegas menuju pantry, mengambil cangkir favorit Michael, lalu menyeduh kopi dengan hati-hati. “Em, sudah.”Setelah selesai, dia membawa kopi itu dengan langkah pelan, takut cairan hitam pekat itu tumpah. Tangannya memegang nampan erat-erat.Jangan sampai tumpah ...Jangan sampai tumpah ...Itu yang dia ucapkan di dalam hati berulang-ulang.Dia masuk ke dalam ruangan dengan senyum dibibirnya, untuk mengurangi rasa gugup. Sahira berdiri di depan meja Michael, tetapi mendadak tangannya bergetar. Entah karena gugup atau takut, cangkir kopi di atas nampan mulai goyah.“Cepat, taruh saja di meja,” perintah Michael tanpa menoleh, sibuk dengan dokumen di dep

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Akhir dari segalanya

    Di lantai tertinggi kantor pusat yang menjulang, suasana di ruang rapat eksekutif terasa lebih dingin dari biasanya. Dinding-dinding kaca yang menghadap kota seolah menjadi saksi bisu kebangkitan kembali seorang raja yang nyaris terguling. Michael berdiri tegak di depan proyektor, wajahnya tanpa ekspresi, hanya sorot matanya yang tajam menyapu setiap wajah di ruangan. Di belakangnya, layar besar menampilkan rekaman-rekaman pengkhianatan: Lucas yang tertawa puas, Olivia yang berbisik dengan sensual, Rendi dan Jaya yang membicarakan strategi pengambilalihan secara rinci. Beberapa petinggi perusahaan yang duduk di meja panjang tampak tegang. Beberapa di antaranya bahkan tak bisa menyembunyikan keterkejutan dan kemarahan mereka. Tangan mengepal, rahang mengeras. Salah satu dari mereka, Pak Raymond, menunduk dalam-dalam, merasa bersalah karena pernah mendukung keputusan Lucas dalam rapat-rapat penting. “Lucas menipu kita semua,” gumamnya lirih. Michael tetap diam. Dia membiarkan v

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Menangkap tikus

    Lucas duduk di sofa dengan Olivia yang melingkarkan lengannya di pundaknya, tubuhnya masih berbalut kimono tipis. Para pengikutnya—Rendi, Jaya, dan dua anak buah lainnya—berdiri dengan senyum puas di hadapan peta digital aset Michael yang telah mereka rampok secara perlahan. “Michael bukan apa-apa tanpa loyalitas,” ucap Lucas sombong. “Dan sekarang? Dia bahkan tidak bisa percaya pada bayangannya sendiri.” “Tapi dia bisa balas dendam,” ujar Rendi, sedikit ragu. “Kau tahu Michael, dia takkan tinggal diam.” Lucas menertawakannya. “Tenang. Aku sudah rencanakan semuanya. Bahkan jika dia melawan ... semua sudah terlambat. Aku punya cukup bukti untuk membuatnya tampak seperti dalang korupsi. Jika dia bicara, justru dia yang akan jatuh.” Olivia mencium leher Lucas, berbisik, “Kau memang jenius.” Lucas menarik napas panjang penuh kemenangan. “Bersiaplah. Dalam tiga hari lagi, kita ambil alih perusahaan—dan dunia akan melihat Michael jatuh, sementara kita berdiri di atas puingnya.” *

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Membuat perangkap

    Mobil yang dikendarai Lucas melaju mulus membelah gelapnya malam. Musik klasik berdentum pelan dari speaker, namun tidak menenangkan suasana hati sang pengemudi. Di balik kemudi, Lucas bicara sendiri, seperti tak mampu menahan hasrat untuk meluapkan kejengkelannya terhadap Michael.“Bocah sok suci ...,” gerutunya.“Mentang-mentang pewaris, merasa bisa menginjak semua orang, memerintah semua orang. Tapi lihat sekarang, Michael ... kau hanya boneka. Aku yang menarik benangnya. Aku yang akan mengakhiri segalanya.”Lucas tertawa pendek, tajam dan getir. Jemarinya mengetuk-ngetuk setir dengan irama tak sabar. Dia sudah membayangkan ekspresi Michael saat semuanya terbongkar—hancur, marah, dan sendirian.Di belakang, dalam mobil lain yang lampunya sengaja diredam, Michael dan David membuntuti dengan cermat. Michael mengenakan topi gelap dan masker hitam, matanya tajam mengamati setiap gerak Lucas dari kejauhan. Di sampingnya, David duduk dengan napas sedikit berat, luka-luka di wajahnya belu

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Sebuah rencana

    Setelah keluar dari tempat rahasia, Michael membanting pintu mobilnya dengan kasar. Napasnya memburu, rahangnya mengeras, dan matanya memerah karena amarah yang tak terbendung. Tangan kanannya mengepal di atas kemudi, sementara tangan kirinya dengan cepat menyalakan mesin.“Brengsek!” desisnya lirih, tapi penuh racun. Mobil sport hitamnya melesat keluar dari parkiran seperti peluru, ban berdecit di aspal.Di dalam mobil, Michael meninju setir sekali, dua kali. “David! Kau berani mengkhianatiku?! Setelah semua kepercayaan yang kuberikan, kau mengiris punggungku dari belakang! Dasar pengkhianat busuk!”Giginya bergemeletuk karena menahan amarah. Tangannya bergetar saat menggenggam ponsel. Dia menekan kontak dengan nama David dan menempelkan ponsel ke telinga, matanya fokus pada jalanan malam yang sepi namun terasa sempit oleh emosinya sendiri.“Halo, Tuan,” suara David terdengar datar di ujung sana, seperti biasa, tanpa curiga.Michael mendesis, menahan diri agar tak langsung berteriak.

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Kau sering bercinta dengan Oliv?

    Sahira dan Michael saling berpandangan. “Permisi, Pak, aku bawa kopi untuk Anda ....” “Oliv!”Sahira masih duduk di sofa, mengenakan blus putih elegan dan rok selutut. Ia menatap tajam ke arah Olivia yang baru saja membuka pintu dan masuk sambil membawa nampan berisi kopi."Tuan, ini kopinya," ucap Olivia lembut, senyum kecil menghias wajahnya yang dipoles rapi. Ia berjalan pelan, langkahnya menggoda seperti model catwalk.Michael mengerutkan alis. "Tapi, saya tidak memintanya.""Kan biasanya Tuan sering meminta saya buatkan kopi," jawab Olivia cepat. Dia meletakkan gelas kopi di meja kaca, lalu mundur dua langkah. Namun sebelum sepenuhnya berbalik menuju pintu, ia menepuk ringan bokongnya sendiri sambil mengedipkan mata ke arah Michael.Gerakan itu singkat, tapi jelas. Sahira melihatnya. Dan matanya langsung menyipit.Keheningan sejenak merayap ke ruangan. Olivia melangkah keluar dengan lenggokan pinggul yang dibuat-buat, meninggalkan aroma parfum mahal dan kejanggalan yang mencolo

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Suka minta jatah

    “Sergio ...”Sahira memanggil pelan, tapi cukup untuk membuat dua pria di depannya menoleh bersamaan. Michael menatapnya penuh tanya, sementara Sergio menajamkan mata, seolah tak percaya Sahira menyapanya dengan nada selembut itu.Ruangan terasa hening sesaat. Ketegangan menggantung di udara, seperti benang tipis yang bisa putus kapan saja.Sahira menarik napas dalam-dalam. “Aku ingin bicara. Hanya sebentar.”Sergio memandang Michael, seolah meminta izin, dan Michael mengangguk singkat. Dengan langkah pelan, Sergio mendekati Sahira, berdiri berhadapan dengannya. Jarak mereka cukup dekat untuk mendengar detak jantung masing-masing, tapi cukup jauh untuk menyimpan semua luka lama di antaranya.“Ada apa?” tanya Sergio datar. Tidak dingin, tapi juga tidak hangat.Sahira menelan ludah. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. “Aku ... aku ingin minta maaf,” ucapnya akhirnya. “Untuk malam itu. Waktu aku—waktu aku menembakmu.”Sergio tidak langsung bereaksi. Matanya menatap dalam ke arah Sahira,

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Melepas rindu 21+

    Setelah selesai makan siang. Sahira merunduk manja ke dada Michael, tubuhnya melingkar seperti kucing jinak yang mencari kehangatan.Tangannya yang lembut merayap ke lengan kekar Michael, menyusuri kulitnya perlahan, seperti ingin mengukir rasa rindu yang ia tahan sejak pagi.Michael masih menatap layar ponselnya, membaca satu demi satu pesan masuk yang tak pernah berhenti berdatangan. Tapi fokusnya buyar saat suara lembut Sahira membisik halus di telinganya.“Apa ponselmu lebih menarik dari aku?”Pertanyaan itu terdengar manja, tapi ada nada menggoda di dalamnya. Michael menoleh. Sekejap saja, namun cukup untuk melihat tatapan jengkel sekaligus merayu dari Sahira. Tanpa banyak bicara, dia mematikan ponsel, meletakkannya di atas meja kaca dengan suara klik pelan, lalu membalikkan tubuhnya untuk menatap perempuan yang kini bersandar di lengannya.“Tentu saja tidak, sayangku,” ucap Michael pelan, suaranya berat dan penuh senyum. “Kenapa kamu manja begini seperti kucing birahi, hm?”Sahi

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Berita pernikahan

    Berita tentang bersatunya Horison Steel dan ALX Group mengguncang jagat bisnis internasional. Di berbagai stasiun televisi, situs berita ekonomi, hingga media sosial, nama dua perusahaan raksasa itu terus menjadi perbincangan hangat. Para analis menyebut ini sebagai salah satu penggabungan korporasi paling berpengaruh dalam satu dekade terakhir. Alasan utamanya, bukan hanya karena kekuatan modal dan pengaruh pasar dari dua entitas itu, tetapi juga kabar bahwa dua pemimpin utamanya, Michael Nathaniel dan Alexa J, akan segera menikah.Michael duduk di ruang kantornya yang luas dan mewah. Ruangan itu sunyi, hanya denting jam dan desiran AC yang terdengar samar. Di hadapannya, layar laptop masih menampilkan berbagai laporan merger dan reaksi pasar yang positif. Saham perusahaannya melonjak tajam, investor dari berbagai belahan dunia mulai mengalihkan dana mereka ke sektor baja dan konstruksi. Ini seharusnya menjadi hari yang membanggakan, namun Michael justru menatap layar dengan raut wa

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Kecurigaan Michael

    Pagi hari.Cahaya layar monitor memantul di wajah Michael, menyoroti ketegangan yang menggelayut di dahinya. Tangannya bergerak cepat, mengetik dan membuka beberapa file rahasia keuangan miliknya. Pupil matanya menyempit saat angka-angka tak wajar muncul di hadapannya. Beberapa akun sudah tidak aktif. Aset digitalnya hilang. Transfer tidak sah dilakukan dalam jumlah besar. Dan anehnya, semuanya dilakukan tanpa terdeteksi oleh sistem pengamanannya."Ini tidak masuk akal ...," desisnya lirih namun sarat amarah.Jantungnya berdegup lebih cepat. Semua dokumen yang dia buka menunjukkan hal yang sama, pencurian sistematis. Sesuatu yang dirancang dengan sangat cermat dan dilakukan oleh seseorang yang paham betul struktur keamanan keuangan perusahaannya."Siapa yang berani melakukan ini padaku?"Dengan gerakan kasar, Michael menutup laptopnya dan berdiri. Kursi kerjanya terhempas ke belakang. Dia melangkah keluar dari ruang kerja pribadinya menuju ruang tengah, wajahnya memerah karena emosi.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status