Share

Rok mini

Penulis: Rafasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 20:13:58

Haidar terlihat tergesa-gesa di dalam rumah, membuka lemari pakaian dengan tangan terburu-buru, mengacak-acak seluruh isi lemari Sahira. Pakaian-pakaian berwarna cerah dan sederhana itu terserak di lantai.

“Di mana pakaian yang bagus?”

“Ah, sialan. Gadis itu tak punya satu pun baju yang bagus untuk dipakai.”

Sahira, yang berdiri di pintu kamar, tampak bingung dan sedikit cemas melihat tingkah laku ayah angkatnya.

“Pak, mau apa? Kenapa lemari Sahira diberantakin?” Sahira bertanya, suaranya pelan, sedikit khawatir dengan tingkah sang ayah pagi ini.

Haidar mengangkat wajahnya sejenak, wajahnya terlihat kesal. “Sudah diam, Bapak sedang mencari baju yang pas buat kamu,” jawabnya sedikit kasar. Matanya kembali berkeliling, mencari sesuatu di antara tumpukan baju yang terhampar.

Hufftt!

'Menyesal aku tak pernah membelikan dia baju.' batinnya.

Setiap pakaian yang diambilnya dilihat sejenak, lalu dibuang begitu saja. Sahira hanya berdiri, matanya mengikuti gerakan ayah angkatnya yang tampak kesal dan frustasi.

Semua pakaian yang ada di lemari Sahira adalah pakaian yang sopan, tak ada satupun yang bisa memuaskan hasrat Haidar. Ia mendesah kesal, merasa tidak menemukan apa yang diinginkannya.

“Aku takkan membiarkan hari ini gagal, Sahira harus terlihat seksi dimata pria itu.”

Setelah beberapa saat, Haidar menemukan pakaian yang sedikit lebih pendek daripada yang lain. Sebuah gaun berwarna merah muda dengan potongan yang cukup pendek di bagian bawah, meskipun tetap sederhana. Senyum kecil terbit di wajahnya, senyum yang penuh makna. Ia mengangkat gaun itu dan dengan cepat memandang Sahira.

“Ini, kamu pakai ini!” perintah Haidar sambil menyodorkan gaun itu ke arah Sahira. Tanpa banyak tanya, Sahira menerima gaun itu dengan tangan gemetar. Meskipun hatinya berat, tak ada gunanya menolak. Ayahnya memiliki sifat pemaksa. Dengan langkah pelan, ia mengenakan gaun itu, dan segera keluar dari kamarnya.

“Bapak, aku tidak nyaman pakai gaun ini.”

Haidar menilai sejenak penampilannya. “Lama-lama juga kamu akan terbiasa,” ucapnya sambil tersenyum puas.

Jujur saja, Sahira merasa tak nyaman, apalagi pahanya yang putih mulus terekspos sempurna.

Haidar kemudian berjalan cepat ke arah Sahira, menarik paksa tangannya dengan kasar. “Ayo, cepat! Kita pergi sekarang!” katanya dengan nada tegas.

Sahira terkejut, dan mencoba memberontak sedikit, namun Haidar menambah kekuatannya, membuatnya tak berdaya.

“Bapak mau ke mana? Kenapa aku harus ikut?” Sahira bertanya dengan suara yang bergetar, dia sangat takut.

Haidar tidak menanggapi pertanyaan itu. Dengan langkah cepat, ia menarik Sahira keluar dari rumah menuju mobil truk tua miliknya yang sudah berderit karena usia. Sahira tak bisa menghindar, dan tanpa bisa berkata lebih banyak, ia hanya mengikuti langkah Haidar. Keringat dikening Sahira bercucuran, tapi dia tidak punya pilihan selain menurut.

“Ya, Tuhan. Mau kemana Bapak membawaku,” batin Sahira.

Sahira duduk diam di samping Haidar yang kini sudah berada di belakang kemudi. Suasana dalam truk terasa sunyi, hanya suara mesin yang berderu memenuhi ruang kabin.

Sahira menatap ke luar jendela, merenung, tapi pikirannya kacau. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi, hanya merasakan ada sesuatu yang sangat salah dengan perjalanan ini.

Haidar memegang setir dengan tangan yang kuat, wajahnya terlihat serius, dia menyeringai kecil, seolah semuanya berjalan sesuai rencana.

Truk melaju meninggalkan rumah mereka, menuju tempat yang Sahira sendiri tak tahu.

***

Di kantor.

Suasana di kantor pusat perusahaan 'Horisson Steel' begitu sibuk. Para pegawai lalu-lalang, membawa berkas dan dokumen penting. Di dalam ruangannya yang luas dengan desain modern, Michael sedang berdiri di belakang meja kerjanya, tangannya menunjuk ke arah Lucas, salah satu anak buahnya, dengan ekspresi marah yang membuat siapa pun yang melihatnya merasa gentar.

“Lucas!” suara Michael bergema di dalam ruangan. “Apa kau tahu berapa banyak proyek yang hampir gagal karena kecerobohan timmu? Aku tidak membayar kalian untuk mengacaukan pekerjaanku!” Matanya menatap tajam Lucas, yang berdiri kaku di depan bosnya, sambil memegang sebuah berkas yang ia bawa. Wajah Lucas tampak pucat, dan dia hanya bisa menunduk tanpa berani membalas.

“Laporan yang kau serahkan ini,” Michael menepuk keras setumpuk dokumen di mejanya, “penuh dengan kesalahan data! Kau pikir ini main-main? Apa kau ingin reputasi perusahaan ini hancur di depan klien?”

“S--saya minta maaf, Bos,” Lucas tergagap, mencoba menjelaskan. “Saya akan segera memperbaikinya—”

“Tidak ada kata maaf! Aku butuh hasil, Lucas, bukan alasan! Perbaiki sekarang, atau aku akan mencari seseorang yang lebih kompeten dari dirimu!”

“Baik, Bos. Takkan kuulangi lagi.”

Kriet!

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dengan suara pelan namun cukup menarik perhatian. Semua mata, termasuk mata tajam Michael, langsung tertuju ke arah pintu.

Di sana berdiri seorang pria tua bernama Haidar, menggandeng seorang gadis muda yang tampak gugup dan sedikit ketakutan. Gadis itu bersembunyi di balik punggung Haidar, mencoba menghindari tatapan tajam yang dilemparkan Michael.

Haidar menunduk sedikit, lalu berujar, “Selamat pagi, Pak. Ini saya, Haidar. Bukankah Bapak berjanji untuk memberikan pekerjaan untuk putriku ini?”

Hah?

Michael mengangkat alisnya, ekspresi marahnya perlahan berubah menjadi lebih tenang saat melihat Sahira. Senyum simpul perlahan muncul di wajahnya, senyum yang penuh arti. Matanya mengamati Sahira yang berdiri canggung di belakang Haidar, dengan gaun sederhana yang dikenakannya. Gadis itu terlihat seperti rusa kecil yang tersesat di hutan, ketakutan tapi tetap memancarkan kecantikan yang membuat para jantan meneguk ludah.

'Ah gadis itu sangat ... menggairahkan,' batinnya.

“Oh, jadi ini putrimu, Pak Haidar?” kata Michael. Ia berjalan perlahan mendekat, matanya tetap tertuju pada Sahira yang semakin menyembunyikan dirinya di balik punggung ayah angkatnya.

“Benar, Pak,” jawab Haidar cepat, mencoba menjaga nada sopan. “Seperti yang kita bicarakan kemarin, saya datang membawa Sahira. Dia gadis yang rajin dan akan bekerja keras untuk Bapak.”

Michael menatap Haidar sejenak, lalu melirik ke arah Lucas. “Lucas, kau keluar sekarang. Aku akan memanggilmu nanti.” Lucas, tanpa berani membantah, segera mengangguk dan meninggalkan ruangan dengan langkah cepat, lega bisa lolos dari amukan bosnya.

Setelah Lucas pergi, Michael kembali ke meja kerjanya dan duduk di kursinya. Ia melambaikan tangan ke arah Haidar dan Sahira. “Duduklah,” ucapnya datar.

Haidar segera menarik Sahira untuk duduk di kursi yang berada di depan meja Michael, meski Sahira terlihat enggan.

Michael menyilangkan tangannya di dada, menatap Haidar dengan penuh arti. “Aku akan memberikan putrimu pekerjaan, sesuai dengan janjiku kemarin,” gumamnya.

“Em, Pak, kalo boleh tau apa pekerjaanku di sini?” Sahira baru berani angkat bicara.

Michael terdiam, memikirkan pekerjaan yang pas untuk Sahira. Tak mungkin kan, dia langsung bilang minta ditemenin bobok?

“Sekretaris pribadiku.”

Sahira mendongak, menatapnya lekat, “Jujur saja, Pak, aku tak punya pengalaman apapun.”

“kau tak perlu punya pengalaman, cukup menemaniku tidur! Itu sudah cukup,” ucapnya dalam hati.

“Pak?” panggil Sahira, saat tak ada respon dari Michael.

“Em, tidak apa-apa. Nanti akan ada staff di sini yang mengajarimu.”

“Em, kalau boleh tau, berapa gajinya? Maaf, kalau aku terlalu lancang, mengingat kalau aku tidak punya pengalaman apapun,” ucap Sahira lagi dengan sedikit takut.

“20 juta.”

“Se--sebulan?”

“Iya. Kalo kinerjamu bagus.”

Sahira mendekat ke arah Ayahnya. “Pak, ayok kita pulang.”

“Lho, kenapa?”

“Bos-nya stres. Aku yang tak punya pengalaman apapun digaji segitu, untuk apa orang capek-capek sekolah sampai tinggi. Aku rasa, aku bukan dibayar untuk jadi sekretaris,” bisiknya.

Michael terhenyak, niatnya untuk membuat Sahira tergiur malah dikatain stres. Dia segera menarik napas panjang, “Jadi, bagaimana? Mau atau tidak?”

“Ya, setuju,” seru Haidar. Dia tak peduli dengan rencana Michael, asalkan uang 200 juta segera jadi miliknya.

“Tapi, Pak—” protes Sahira.

“Sudah diam!”

Michael menyering4i, dia segera menyerahkan surat perjanjian itu pada Sahira.

Dengan terpaksa Sahira langsung menandatanganinya tanpa membacanya terlebih dahulu.

“Sekarang, kau telah terperangkap gadis cantik.” batin Michael, memandangnya penuh hasrat.

“Sudah,” ucap Sahira, menatap Michael dengan mata indahnya.

“Bagus, kau bisa langsung bekerja mulai besok. Sekarang pergilah, persiapkan dirimu.”

Sahira mengangguk. Dia segera beranjak pergi bersama Haidar. Haidar hanya menurut saja, entah apa yang sedang Michael rencanakan dia tak perduli. Yang dia mau hanya uang dan uang. Setelah ini, dia akan meminta uangnya, lalu pergi.

“Tunggu!”

Baru sampai pintu, ucapan Michael menghentikan keduanya.

“Mulai besok, kau harus pakai rok mini,” sambungnya.

APAH?

Mata Sahira membulat sempurna.

Bersambung ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Enuy Alwi ALfaraabhi
star ... pantau dulu aah
goodnovel comment avatar
Emi Kajol Britz
hadir....pemula nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Pewaris sah Horisson Steel!

    Keesokan harinya.Di kantor pusat Horisson Steel Corporation dipenuhi oleh para wartawan, awak media, investor, dan jajaran direksi penting dari dalam dan luar negeri. Lampu-lampu kamera sudah menyala terang, mikrofon berbagai stasiun TV berjajar rapi di meja panjang tempat konferensi akan dimulai. Sorotan tertuju pada satu nama: Michael Nathaniel, CEO karismatik yang dikenal tegas, dingin, dan tak mudah tersentuh media. Namun hari ini, ia membuat pengumuman yang menggemparkan: ia akan memperkenalkan putra sulungnya.Detik demi detik terasa menegangkan.Pintu utama terbuka perlahan, dan muncullah Michael dengan setelan jas abu gelap yang elegan. Di sampingnya, seorang anak laki-laki berusia delapan tahun berjalan dengan langkah tenang namun penuh wibawa kecil. Dialah Marvel Nathaniel, bocah yang dulu dikenal sebagai Maxy si penjual tisu, kini berdiri tegak sebagai pewaris sah kerajaan bisnis baja raksasa itu.Para hadirin langsung berdiri. Kilatan kamera membanjiri ruangan. Bisik-bisi

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Tukang roti

    Satu bulan kemudian ...Sudah genap satu bulan sejak identitas Maxy dipindahkan secara resmi menjadi Marvel Nathaniel, putra kandung dari seorang pengusaha ternama, Michael Nathaniel.Selama sebulan itu pula, hidup Marvel berubah total.Ia tak lagi tidur beralaskan tikar tipis di ruangan pengap. Kini, ranjang empuk dengan selimut hangat menyambut tidurnya setiap malam. Tak ada lagi rasa lapar atau kecemasan esok akan makan apa. Semua kebutuhan hidupnya tercukupi. Bahkan, ia sudah terbiasa mengenakan seragam sekolah rapi dan sepatu mengkilap.Marvel kini resmi menjadi siswa di salah satu sekolah elit internasional. Sekolah yang hanya bisa dimasuki oleh anak-anak dari kalangan atas. Banyak anak pejabat, artis, bahkan diplomat luar negeri yang bersekolah di sana.Awalnya, semua terasa asing bagi Marvel.Guru-guru berbicara dalam dua bahasa, anak-anak berpenampilan glamor, bahkan menu makan siang di kantin pun seperti hidangan restoran mahal. Namun Marvel bukan anak biasa. Kecerdasannya s

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Dr. Felicia

    Michael menggenggam tangan Maxy erat saat mereka masuk ke ruang pemeriksaan. Sahira berada di sisi lain, membelai lembut rambut Maxy, sementara Belinda hanya berdiri di pintu, masih kikuk, tapi berusaha tenang. Dia tetap ingin mengawasi anak yang sudah dianggapnya dunia selama delapan tahun terakhir.Dokter anak bernama dr. Felicia wanita paruh baya berseragam putih, menyambut mereka dengan senyum hangat.“Halo. Ini Maxy, ya?” sapanya lembut.Maxy mengangguk malu-malu.“Ayo, Maxy. Kita cek dulu ya. Tidak sakit kok, santai saja.”Maxy duduk di atas tempat tidur pemeriksaan. Satu per satu prosedur pun dilakukan: dari mengukur tekanan darah, mengecek detak jantung, menyenter tenggorokan, hingga mengambil sampel darah kecil. Maxy sempat meringis saat jarum masuk ke kulitnya, tapi Sahira langsung menggenggam tangannya.“Mommy di sini, Sayang,” ucap Sahira lembut.Belinda yang berdiri agak jauh tampak menahan napas. Matanya tak lepas dari Maxy. Wajahnya cemas.Michael berdiri kaku di pojok

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Kau akan tetap menjadi ibunya!

    Seorang wanita muda berdiri di sana dengan tubuh tegap namun anggun. Rambut panjangnya tersisir rapi dan wajahnya dilapisi riasan tipis namun mewah. Ia mengenakan gaun berwarna gading berkilau dengan sepatu hak tinggi yang pasti tak pernah menginjak lumpur. Belinda menelan ludah. Matanya langsung menyipit.“Anda siapa?” tanyanya dingin meski tubuhnya mulai bergetar.Sahira menatapnya tajam, lalu menghela napas dan tersenyum kaku. “Saya ... Sahira. Istri dari Michael Nathaniel. Saya datang ke sini … untuk melihat putra saya.”Deg!Kalimat itu menghantam dada Belinda seperti palu.Maxy memandang bingung ke arah dua wanita itu. Ia masih berdiri di antara mereka, tak mengerti apa yang sedang terjadi.“Putra Anda?” gumam Belinda.Sahira melangkah masuk tanpa izin, pandangannya menyapu seisi rumah—ruang sempit, dinding lapuk, dan atap bocor. Bau pengap menyengat hidungnya, tapi ia berusaha menahannya.“Tempat seperti ini …?” lirihnya.Belinda bergerak cepat dan berdiri menghadang. “Keluar

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Siapa yang datang?

    Michael turun dari mobilnya dengan langkah gontai. Hembusan angin menyapu rambutnya yang kusut, dan wajahnya menyiratkan kepenatan yang tak mampu disembunyikan. Bahunya merosot, matanya sayu. Tak ada lagi sorot tajam penuh percaya diri seperti biasanya. Lelaki itu bahkan tak menyadari ketika Sierra melambai dari teras depan dengan senyum ceria.“Daddy! Daddy sudah pulang! Ayo, main boneka bareng aku. Kita bangun rumah-rumahan lagi, seperti kemarin!”Michael hanya memaksa tersenyum. Langkahnya berat, seolah tubuhnya menanggung beban berton-ton. “Nanti ya, Sayang ...” suaranya lirih, nyaris tidak terdengar.Sahira yang tengah duduk di sofa membaca buku langsung menoleh curiga. Ia mengenal betul bahasa tubuh suaminya. Michael tidak sedang baik-baik saja.“Ada apa, Mike?” tanyanya pelan, sambil bangkit dan menghampiri.Michael tidak menjawab. Ia hanya menatap mata istrinya dalam-dalam, penuh luka yang tertahan.“Ayo bicara di dalam kamar,” ucap Sahira, kini mulai merasa gelisah.Ia berba

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Menemui Belinda

    Mobil hitam berkilap itu terparkir tak jauh dari pos ronda tua, mencolok di antara deretan rumah-rumah berdinding triplek dan atap seng berkarat.Michael turun pertama, diikuti oleh David. Langkah kaki mereka menyusuri lorong becek dengan genangan kecil yang memantulkan sisa cahaya senja. Michael menatap sekitar dengan tatapan nanar. Di sinilah ... anaknya tinggal selama ini? Di tempat sekotor ini? Di antara lalat, bau busuk, dan tembok penuh lumut?Ya Tuhan ...!Dadanya sesak. Setiap langkah terasa berat. Karena emosi yang menumpuk: marah, sedih, hancur, dan bersalah.Mereka sampai di depan pintu rumah. Sebuah pintu kayu kusam yang catnya sudah habis terkelupas. Michael menarik napas dalam-dalam lalu mengetuknya. Tok! Tok! Sekali. Tok! Tok!Dua kali. “Permisi ....”Tak ada jawaban.David menoleh. “Kosong?”Michael menggeleng, mengetuk lagi—lebih keras.Tok! Tok! Tok!Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka pelan dengan suara berderit panjang. Belinda muncul. Rambutnya digelung

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status