Share

BAB 8. THE WEDDING.

Hari bahagia yang  ditunggu  Flora tibalah. Flora  memandang gaun pengantin yang berwarna putih , polos,  dia  membayangkan jika  sewaktu  bergerak maju ke depan altar,  gaun pengantinnya  akan  menjulur menyapu karpet merah di gereja.

Perias pengantin mulai merias wajah Flora   selanjutnya membuat sanggul mungil yang tergantung anggun di belakang kepalanya. Terakhir gaun pengantin . Flora  memperhatikan penampilannya dari balik cermin, gaun pengantin dan makeup tipis membuatnya  terlihat berbeda.

“Cantik dan anggun.”  bisik mbak Selina , perias pengantin yang juga merias mbak Maya waktu menikah.

Mama memasang kerudung pengantin,  wedding Veil   dari bahan tile halus dipadukan dengan rangkaian bunga mungil dari satin yang akan menghias di atas kepalanya . Mama memandang Flora penuh kasih

“ Anakku  cantik sekali, tersenyumlah di hari bahagiamu sayangku.” katanya sambil menggenggam tangan Flora  erat-erat.

Terakhir mama mengalungkan kalung mutiara pemberian Reno terlihat begitu menawan di leher Flora yang jenjang. Pintu kamar diketuk halus, Liza dan Ami masuk dan memandang Flora dengan kagum.

“ Dad, gave this to you Miss Flora. You wear with the wedding dress,” kata mereka sambil mengulurkan kotak merah.

Nampak kalung platina dengan liontin dengan huruf  RF berhiaskan berlian, kilauannya terpancar terkena sinar matahari yang masuk melalui celah-celah gorden tipis.

Mama mengeluarkan kalung mutiara  memasang  kalung liontin RF  di leher Flora. Semua mata yang ada di kamar memandang Flora dengan  takjub.

Apakah karena aku terlihat cantik , ataukah karena kalung dengan liontin berlian yang membuat mereka takjub?  batinnya.

“ Mbak Flora cantik, anggun dan elegan.” Puji Valerie.

“ Mbak , nanti pada acara resepsi jacket brokatnya dibuka, nanti saya akan bantu membukanya, biar mbak Flora terlihat seksi pada acara resepsi. “ katanya lagi.

“Nah, kita ke kapel, Reno  pasti sudah gelisah menunggu pengantinnya .” kata mama.

 Dengan hati berdebar penuh kebahagiaan  Flora memasuki kapel , sinar matahari pagi yang lembut menembus kaca jendela kapel dan menyinari  para undangan yang sumringah memandang kecantikan Flora . Flora  menggamit lengan paman Jhon, adik papa yang menggantikan papa yang telah meninggal lima  tahun yang lalu. Reno  menunggu  di altar, diapit Liza dan Ami.  Koor dengan diiringi saxophone ,  mengalun syahdu menyanyikan lagu The Prayer mengiringi pengantin perempuan menuju ke  altar. 

Reno  terlihat tampan , dibalut jas putih dilengkapi  tuxedo  membuatnya semakin tampan.  Ia menebar senyum bahagia, menampakkan kedua lesung  di pipinya. Oh.   Tuhan, terima kasih , Engkau memberiku lelaki yang tampan , baik hati  dan penyayang. Aku akan menjadi isteri dan ibu yang baik, di bawah perlindunganMu , batin Flora.

Pada saat mengucapkan janji perkawinan,  Flora  berjanji akan menjadi isteri dan ibu yang baik bagi kedua anak  Reno. Reno memagut tangan Flora  erat - erat , meneteskan airmatanya, akhirnya Reno terisak-isak. Dengan lembut Flora menenangkannya , “Sssh ….,”  bisiknya , mengambil tisu yang diberikan pengiring pengantin , menyeka air mata Reno.

Setelah upacara sakral di kapel,  pengantin dan seluruh undangan menuju ke taman yang telah disiapkan event organizer. Tempat pestanya  adalah  taman yang luas, dihiasi bunga mawar putih, hijau kesukaan  Reno  dan kain-kain putih bercorak Bali melingkar di setiap pohon.  Flora terpesona memandang pemandangan indah di bawah , debur ombak ditingkahi hembusan angin laut membuat suasana begitu romatis  ditambah suara saxophone yang mengalunkan lagu  The Moment ketika pengantin baru memasuki arena pesta. Selama pesta tak putus-putusnya suara saxophone mengalun romantis  membuat  seluruh undangan hanyut dalam kebahagiaan.

Dengan berbisik Flora mengatakan pada  Reno  , pestanya sangat indah terutama saxophonenya membuat suasana menjadi sangat romantis.

“I’m very glad you like it.”  katanya sambil mencium Flora.

Suasana pesta penuh kekerabatan, makanan dan minuman tak henti hentinya mengalir di antara tamu undangan.  Sampailah pada acara puncak yaitu potong kue pengantin , ciuman pengantin  dan lemparan bunga pengantin pasti dinantikan oleh para  lajang, terutama lajang wanita.

“Ladies and gentlemen, tibalah saat yang akan dikenang oleh kita semua yang hadir, khususnya  kedua pengantin. Acara puncak, pemotongan kue pengantin,  hmm …. Ciuman pengantin dan bunga yang akan dilemparkan pengantin akan segera dimulai.”kata Master Ceremony.

 Tepuk tangan membahana diiringi saxophone, mengalunkan lagu “The Moment “ mengiringi  Reno dan Flora memotong kue , saling meyuap , membagikan kue kepada orang yang dihormati, dimulai dari Mama dan tante  Reno  yang datang dari London. Tibalah moment yang sangat dinantikan adalah ciuman pengantin,  Reno memeluk Flora  dan kedua tangan Flora  dipundak Reno. Dengan penuh cinta mereka saling mencium dan mengulum.

Para undangan tertawa bahagia melihat cinta mereka  kemudian semua gadis dan jejaka mendekat untuk menangkap bunga yang akan dilempar Flora .Sambil menutup mata ,  Flora  melempar bunga ke belakang dan terdengar pekikan gembira. Mirna, sahabat Flora yang tinggal di Semarang  memegang bunga pengantin  dengan tersenyum bahagia.

Setelah acara yang sangat melelahkan  Reno  dan Flora memutuskan segera kembali ke hotel. Tamu - tamu protes mengapa  mereka cepat meninggalkan acara  resepsi. Pengantin harus membuka  acara dansa diikuti oleh para undangan.  Reno  menggamit Flora  , mengajaknya ke tengah taman yang dibuat indah sekali untuk  arena  dansa . Setelah  dua putaran diam - diam mereka  meninggalkan arena dansa, langsung  menuju  kamar  hotel khusus  buat pengantin.  

Reno membuka pintu kamar hotel dan menggendong Flora ala bridal, “ Saya sudah tidak sabar… ingin memilikimu,” gumamnya.

Mereka  duduk di tempat tidur sambil menatap mesra , dari jauh terdengar saxophone mengalunkan lagu  ‘The power of love ‘ membelai telinga mereka.   Reno  suka sekali memberi surprise buat orang yang dicintainya.  Sejak berkenalan dengan Flora,  sampai saat  mereka menikah sudah tak terhitung hadiah dan surprise  yang diberikan kepada  Flora.  Mereka baru sadar bahwa mereka  duduk  di tengah  taburan mawar  merah. Reno  tak puas - puasnya menatap , mengelus, meraba dan mengecup Flora .  Flora  menikmati moment  yang diimpikan selama   ini.

Selama  lima belas menit  mereka duduk dengan saling meraba, mengelus dan mengulum, Reno mengecup leher Flora , kemudian beralih ke telinga Flora.

“Aku sangat ingin memilikimu, apakah kamu  siap ?” bisik Reno.

Mendengar bisikan Reno, Flora  tersenyum , dengan malu-malu dia berkata,“Ada penghalang di antara kita.” Kata Flora menahan senyum

“Apa ? penghalang? Siapa menghalangi?” tanya Reno dengan tatapan marah dan kecewa.

“Gaun pengantinku dan baju pengantinmu.”  Desah Flora  yang sudah tidak mampu menahan tawa dibarengi hasrat yang ingin dilampiaskan..

“Aku akan melucuti baju pengantinmu yang membuatmu sesak  sepanjang hari.”  Kata Reno  tertawa terbahak-bahak.

Diawali melepaskan veil dibantu Flora yang melepaskan bunga-bunga kecil, kemudian dengan mesra dan perlahan dibukanya gaun pengantin yang terdiri dari beberapa bagian.

“Pantas kamu kegerahan, tapi kamu terlihat cantik sekali sampai aku menelan ludah ketika kau memasuki kapel,”  kata Reno mengakuinya.

“Mendekatlah, saya akan membantumu melepaskan jas dan tuxedomu. “ kata Flora berbisik.

“Nyonya Reno, celananya sekalian, jangan setengah-setengah. “ canda Reno  tertawa menampakkan kedua lesung pipinya.

“Baik tuan Reno, sebagai isterimu ini tugas pertama yang kulakukan untuk suamiku tercinta,” kata Flora sambil tertawa.

Reno memandang Flora dengan takjub, pemandangan indah di depannya sungguh menggiurkan hatinya, tubuh molek dibalut bra dan panti warna putih suatu perbandingan yang sangat kontras dengan kulit Flora yang agak kecoklatan. Ditambah dengan ulah Flora yang tidak sengaja melepaskan sanggul kecil dan mengibaskan rambutnya yang panjang ke belakang .

Flora memandang tubuh di depannya, Reno hanya mengenakan boster yang terlihat tidak mampu menampung miliknya yang terlihat berkedut-kedut. Flora terpana , baru pertama dia bersama pria dalam satu kamar,  setengah telanjang.

Mereka saling menatap, mengagumi tubuh yang ada didepan mereka.   Reno sudah tidak sabar,  diciuminya leher Flora, ujung lidahnya menelusuri  kulit lembut sampai ke bawah telinga Flora.

“Kau membuat badanku panas dingin.” Bisik Reno.

“Apa? Suara Flora parau karena tangan Reno menekan tubuh Flora ke arah tubuh Reno. Digigitnya telinga Flora,”Kau menggemaskan !”

Flora mendesah ketika tangan Reno merayap ke perutnya yang datar, “Oh… Reno” desah Flora.

Reno mengangkat  lalu menggendong tubuh Flora , dengan lembut dan hati-hati diturunkannya Flora ke atas tempat tidur yang besar, membaringkan tubuhnya di samping Flora.

Reno menatap Flora yang menatapnya penuh hasrat, merapikan rambut Flora dari pipinya, mengecup kening Flora,”Flora aku menginginimu.” Bisiknya parau.

Flora menatapnya, dia tidak meminta ijin, permohonannya menunjukkan sikap ingin memilikiku, batin Flora.

Reno  mencium , mengulum bibir Flora  disambut oleh Flora. Mereka saling mengulum, mempermainkan lidah mereka, tangan Reno  melepaskan kaitan bra, terpesona dengan kedua bukit yang langsung terpampang di depannya, diciuminya, dibelai , kadang-kadang menggigit putting Flora yang berdiri tegak seolah -olah menantang Reno untuk mengigit dan menghisapnya.

Sebagai orang yang berpengalaman  Reno  tahu titik - titik mana yang membuat wanita  terangsang. Sensasi yang dibuatnya membuat Flora  kehilangan arah, bergerak tak menentu , berusaha memagut tubuh Reno  erat-erat seolah-olah  tak ingin melepaskannya. Hasrat yang bangkit dalam dirinya bagaikan pusaran angin yang langsung berkumpul di titik-titik sensitif Flora, menciptakan ledakan-ledakan kecil tak terkendali , membuat miliknya  berkedut, menuntut lebih dari sekedar remasan, belaian dan jilatan.

Flora  menggelinjang penuh gairah,  dilanda hasrat yang belum pernah dia rasakan  membuat Flora  terangsang , mencoba mengikuti irama permainan cinta Reno yang semakin liar dan panas. Reno  menanggalkan panties Flora dari kaki Flora yang panjang, berbisik memuji keindahan kaki Flora yang tidak pernah membayangkan  ketika Reno menjilat seluruh tungkai kaki terus menyelusuri ke atas pahanya. Reno berhenti sejenak melepaskan bosternya dengan kakinya kemudian mengkungkung Flora dengan tekanan kuat.

Reno menempatkan tubuhnya di atas tubuh Flora yang memejamkan matanya , ada perasaan malu ketika dia merasakan milik Reno mengeras di pahanya. Flora membuka matanya, betapa kagetnya melihat milik Reno. Wajahnya bersemu merah karena malu.

Reno tersenyum melihat ekspresi wajah Flora,”His name dick, he will satisfy you.” Bisik Reno bergerak dan menemukan yang dicarinya lalu mendorong perlahan masuk ke dalam milik Flora.Tangan Flora menekan paha Reno dan pinggulnya yang diangkat membuat Reno langsung menancapkan dengan hebat.

Flora meringis kesakitan, tapi hanya sebentar kemudian  rasa sakit menghilang. Flora tenggelam dalam pengalaman nikmat yang menggetarkan hatinya. Tubuh mereka bersatu, persatuan bukan hanya peleburan dua tubuh  melainkan  kesatuan cinta mereka. Selama tubuh mereka bersatu Reno tidak putus-putusnya mencumbunya, menghentak kuat dan keras membuat Flora merasakan dirinya tergelincir ke alam kenikmatan yang menggairahkan.

“ Reno! “ jeritnya.

 “ Honey, ya.. ya.. jangan ditahan, bergeraklah bersamaku.” Bisik Reno.

Flora sudah tidak malu-malu , nalurinya yang berbicara,  dia bergerak mengikuti irama Reno di atasnya, mendesah, mengerang , menjerit ketika tubuh mereka yang bersatu melayang, menggelepar dan berkelonjotan.

Malam pengantin yang panjang penuh gairah dengan suara erangan dan lenguhan panjang yang tiada henti memecah kesunyian kamar. Saat desakan itu menjadi kuat dan akhirnya meledak, menimbulkan kelegaan serta kepuasan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Reno menatap Flora yang malu-malu dalam dekapan Reno.

“ Masih perawan?  Aku menikah dengan perawan berumur tiga puluh tahun, suatu yang aneh dijaman sekarang.” Kata Reno menggeleng-gelengkan kepalanya , terkagum-kagum melihat isterinya yang menatapnya kebingungan.

“ Apakah baru pertama kali ini kamu mendapatkan perawan?” tanya Flora.

“ Hmm.. ketika menikah dengan Irene dia sudah tidak perawan.”

“ Kamu tidak mempermasalahkan ?” tanya Flora.

“ Perawan atau bukan, tidak masalah yang penting bisa memuaskan satu sama lain.”

“ Tapi aku sekarang tidak perawan.”

“ Aku yang membuat kamu tidak perawan.” Bisik Reno di telinga Flora, menggigitnya dengan gemas.

“ Honey, kamu puas?” tanya Reno.

Flora tidak menjawab, memasukkan kepalanya ke leher Reno.

“Kau pasti ingin mengulanginya setiap waktu, kita akan melakukannya setiap saat. Aku akan memberimu kepuasan, aku tidak ingin hanya aku yang puas tapi kau juga. Kita harus mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. ” Bisik Reno lalu tertidur lelap.

Tuhan, terima kasih, Engkau memberiku suami yang baik , yang tidak saja ingin dirinya terpuaskan tapi ia ingin aku juga terpuaskan, batin Flora memandang Reno yang tertidur lelap, penuh kebahagiaan.  Malam yang indah ini membuatku menjadi wanita sempurna, dicintai dan mencintai. Flora mengusap dada Reno yang bidang, berbisik “ Reno, I’am so happy.” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status