HAPPY READING***Willi tersenyum, ia mengubah posisi tubuhnya menyamping menatap Anja, “Waktu kecil, saya dan dia tidak ada yang special. Jadi biasa aja, setidaknya saya sudah kenal dia siapa. Dulu tubuhnya kecil menemani saya main game. Lalu bertemu lagi dan dia sudah menjadi wanita dewasa, kira-kira seumuran kamu, lebih muda dia sih satu atau dua tahun dari kamu.”“Ngobrolnya gimana? Nyambung?”“Lumayan.”“Kencan beberapa kali lagi, kamu pasti akan klik sama dia,” gumam Anja.Willi tertawa, ia menangkup wajah cantik itu, “Kamu nyuruh saya berkencan dengan dia lagi?”“Iya, buat mastiin kamu klik atau nggak sama dia.”“Dan kamu?”“Saya tetap jadi FWB kamu Willi, saya tidak akan marah walau kamu sudah menikah sekalipun dengan Livy. Namanya Livy kan?”“Iya, namanya Livy.”“Aku nggak masalah.”“Menurut kamu bagaimana?” Tanya Willi.“Ajak dia kencan sekali lagi, why not? Tapi kamu suka atau nggak sama dia?”“First impression, dia oke menurut saya.”Anja tersenyum ia menyentuh dada Willi,
HAPPY READING***“Enggak sama sekali,” ucap Anja terkekeh.“Dasar ya mesum.”“Terus lo gimana nanti?”Anja mengedikan bahu, “Tau deh, yaudah jalanin aja.”“Terus William?”“William masih jalan, tadi malam aja masih ke kostan.”“Richad dan William, oke mana?” Tanya Juliet penasaran, ia menghentikan mobilnya di coffee shop.“Sama aja sih, tipe bos maha segalanya, dialah sang pemilik semesta alam.”Juliet mendengar itu lalu tertawa geli, “Si Richad itu kayak pak Emmanuel nggak sifatnya? Atasan lo yang dulu.”“Enggak tau, kan dia baru sama gue.”“Kalau pak Emmanuel gimana?”“Pak Emmanuel selama gue kerja sama dia, lumayan keras kepala, kalau ada kerjaan lama banget selesainya, padahal gue kan time table banget. Vendor dan klien itu udah nungguin, tapi nggak peduli, dan harusnya si vendor dan klien nungguin dia. Dia suka marah-marah kalau kerjaan pihak ketiga lama. Tapi kalau udah selesai marah dia suka traktir gitu.”“Kurang lebih si Richad kayak gitu, kayak buah jatuh nggak jauh dari p
HAPPY READINGBeberapa saat kemudian Richad sudah tiba di office, ia melewati koridor. Tatapannya teralihkan pada sosok Anjani yang berada di meja kerjanya. Wanita itu menyadari kehadirannya, dan mereka saling berpandangan satu sama lain. Jujur masih membekas dalam ingatannya tentang ciuman mereka tadi malam. Ia melangkah tanpa senyum dan melewati Anjani, lalu masuk ke dalam ruangannya.Ia masuk, menatap sekretaris mantan ayahnya masih bekerja di sana. Sebenarnya pekerjaan wanita itu sudah cukup baik, namun sudah saatnya dia berkembang dengan posisi lain. Ia tidak akan membiarkan sekretarisnya itu selalu berada di zona ini dan dia memiliki potensial untuk jabatan lain. Ia akan memindahkan dia ke staff ahli dan ternyata sekretarisnnya mau. Saat ini HR, sedang hire sekretaris baru untuknya.“Ini pak berkas-berkas yang perlu bapak tanda tangani.”“Terima kasih,” ucap Richad, ia memandang ke arah map yang berisi beberapa laporan.“Oiya, kamu tolong panggil Anjani ya, suruh ke ruangan say
HAPPY READINGSeperti biasa, makan siang kali ini ia menemani Richad luch, yang sepertinya ini akan menjadi rutinitasnya sehari-hari. Namun apa daya pria itu selalu menghampirinya di kubikel. Ia menjadi pusat perhatian oleh seluruh karyawan yang berada di sana. Ia sampai bingung bagaimana menjelaskan kepada pak Richad kalau yang dia lakukan itu membuatnya tidak enak oleh karyawan lain, bahkan ada beberapa karyawan yang biasanya biasa-biasa kepadanya, kini terlihat segan, karena statusnya saat ini dekat dengan pak Richad. Jika seperti ini ia menjadi kurang leluasa, dengan predikat dekat dengan pak Richad.Anja meneguk sparkling water, ia menatap pak Richad. Ia berharap pria itu tidak membahas tentang ciuman mereka tadi malam. Masalah ciuman di umur segini, bukan menjadi persoalan besar untuknya. Ia sudah 30 tahun, dan itu bukan pertama kalinya ia lakukan dengan seorang pria. Mereka bukan anak ABG lagi, ia yakin Richad juga sudah pernah melakukan hal lebih dari itu. Tadi malam ia sudah
HAPPY READING***Anja menatap Richad, ia sekarang paham di balik sikap egoisnya pria itu bertanggung jawab. Ia tahu kalau pria yang bertanggung jawab akan senantiasa menepati janji yang dia buat. Tentu saja ia sebagai wanita ingin mendapatkan pasangan yang bertanggung jawab. Dan yang paling penting pria seperti Richad pasti pria yang mendambakan pernikahan dan keluarga yang utuh.Ia pernah membaca tweetan twitter pepatah mengatakan kalau menikahlah dengan pria yang mau menghubungi kembali setelah bertengkar. Menyelesaikan masalah dan kembali mengingatkan padanya bahwa betapapun sulitnya keadaan dia tidak akan meninggalkan. Dia enggan lari dari kenyataan dan bertanggung jawab atas perasaan. Dia akan menjadikan keluarga harmonis sebagai prioritas hidupnya. Itu sudah membentuk dogma dalam hidup pria itu.Ia akui kalau Richad dan William memiliki arah yang berbeda dalam pandangan sebuah hubungan. Namun jika boleh memilih tentu semua wanita menyukai pandangan Richad, dia bertanggung ja
HAPPY READING***Ia melihat papi, Tobias dan Felix sudah duduk di kursi, di hadapan mereka sudah tersusun rapi table manner. Ia lalu duduk si samping mas Felix. Ternyata mereka Mereka hanya perlu menunggu keluarga William hadir di sini, katanya sebentar lagi tiba. Livy melihat jam di tangannya menunjukkan pukul 18.50 menit.“How do you feel?" Tanya Felix kepada adiknya, karena ini merupakan keputusan yang tepat bahwa adik satu-satunya maju duluan untuk menikah. Memang kata orang kalau anak perempuan itu memang mudah diatur.“Fine, agak nervous sih.”“Bukannya kemarin udah ketemu?” Tanya Tobias kepada adiknya.“Udah, tapi kan ini beda, rame-rame. Mana ada orang tuanya juga.”“Semangat dong,” sahut Felix.“Ini nih gara-gara mas Tobi sama mas Felix, harusnya mas berdua nih yang nikah duluan.”Tobias dan Felix tertawa, “Kita berdua sibuk dek.”“Sibuk apaan.”“Sibuk kerja, ngurusin perusahaan.”“Dasar ya. Emang umur mas yang hampir kepala empat gini, emangnya nggak punya pacar.”“Punya ba
HAPPY READINGSementara di sisi lain, Anja memandang line dress berwarna hitam dengan potongan dada rendah, bagian atas menyempit dan bagian bawah melebar. Dress itu cantik dan anggun ketika ia coba tadi di fitting room. Dress itu dress keluaran terbaru yang mereka beli gerai DIOR, dengan harga $5.200 yang katanya pernah dikenakan oleh Jisoo dalam majalah. Untuk dirinya yang hanya seorang karyawan sangat menyayangkan uangnya hanya dipakai untuk beli dress ini. Jika ia ke gerai H&M atau Zara itu sudah dapat sekarung, bahkan ia bisa mengoleksi banyak dress. Mungkin bagi Richad uang segitu bukan apa-apa, tapi menurutnya itu sangat banyak untuk ukuran dress.Anja mendengar ponselnya bergetar, ia melihat nama “William Calling” pada layar ponsel, ia lalu menggeser tombol hijau pada layar, ia letekan ke telinga kirinya.“Iya, halo,” ucap Anja, ia melihat ke arah dinding menunjukan pukul 22.40 menit, ini sudah terlalu maalam, jika pria itu untuk mampir.“Kamu di mana?” Tanya William.“Sa
HAPPY READING***Anja mendekati Willi, pria itu lalu meraih jemarinya dan dia selipkan ke jemari-jemari tangannya,“Ini untuk keperluan kamu.”Anja memnatap Willi beberapa detik, ia memang sudah pantas menjadi sugar baby nya Willi jika seperti ini. Perasanya saat ini mixed feeling, ia tahu kalau Willi pria matang, ketika mendengar dari dia menceritakan tentang keluarganya saja itu menunjukan kalau dia berasal dari keluarga harmonis, ikatan keluarga sangat dekat, lingkungan yang baik, dia memiliki privilege, dan yang penting tahu bagaimana memperlakukan wanita agar nyaman dan tetap bersamanya dengan segala yang dia miliki. Sebenarnya ia sama saja dengan gadis biasa yang didekati Willi, bedanya hanya ia harus menjaga hati dan kuat mental, ketika dia bercerita tentang wanita yang dijodohkankan dengannya. Hubungan ini hanya sekedar relasi, dan tidak akan pernah berlanjut ke jenjang pernikahan.Willi memberinya finansial, dan ia juga mendapatkan mentorship yang baik. Fair enough, kalau di