Home / Romansa / HASRAT MEMBARA CEO PERKASA / BAB. 1 Kedatangan Mary

Share

HASRAT MEMBARA CEO PERKASA
HASRAT MEMBARA CEO PERKASA
Author: Zemira Fortunatus

BAB. 1 Kedatangan Mary

last update Last Updated: 2025-09-21 08:52:27

Pagi yang sungguh cerah di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Terminal kedatangan Internasional Bandara Soekarno-Hatta terlihat ramai oleh para pelancong yang baru saja tiba di Jakarta. Di tengah keramaian tersebut, seorang gadis muda bernama Mary Violet berjalan dengan langkah anggun, membawa koper besar berwarna merah marun. Rambut panjangnya yang tergerai rapi dan senyum di wajahnya membuat banyak mata memandang.

Di dekat pintu keluar, pasangan suami istri, Tuan Desmond dan Nyonya Intan, berdiri dengan penuh antusias. Mata keduanya berbinar-binar saat melihat putri semata wayang mereka, Mary, yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas ternama di London.

"Mary! Sayang!" seru Nyonya Intan, melambaikan tangan dengan penuh semangat.

Mary mendongak dan langsung mengenali orang tuanya. Wajahnya cerah saat berlari kecil menghampiri mereka.

"Mami! Papi!" serunya sambil membuka tangan lebar-lebar.

Keluarga itu berpelukan erat, mengabaikan keramaian di sekitar mereka. Ada rasa haru dan kebahagiaan yang terpancar dari masing-masing wajah mereka.

"Selamat datang di Jakarta, Mary," ucap Tuan Desmond dengan nada hangat.

"Papi sangat bangga padamu."

"Terima kasih, Pi. Aku juga kangen banget sama kalian," jawab Mary dengan senyum tulus.

“Mami, apa kabar? Kok tambah cantik saja, sih?” celetuk Mary menggoda perempuan yang telah melahirkannya itu.

“Mami baik-baik saja, dong! Tentu saja Mami semakin cantik, kan telah dicintai secara ugal-ugalan oleh Papimu,” jawab Nyonya Intan sambil memandang penuh cinta ke arah suaminya.

“Idih, Papi dan Mami selalu so sweet, deh!” sergah Mary sambil merangkul kedua orang tuanya.

“Papi Desmond dan Mami Intan gitu, lho!” sahut sang ayah.

“Ha-ha-ha!” Ketiganya pun tertawa bahagia.

Setelah melewati momen penuh kehangatan, Tuan Desmond melirik jam tangannya.

"Bagaimana kalau kita makan siang dulu? Papi sudah pesan tempat di salah satu restoran yang ada dekat sini. Kita bisa ngobrol santai sambil makan."

"Setuju, Pi!" sahut Mary sambil menggandeng lengan ayah dan ibunya.

Sangat kelihatan jika gadis itu sungguh merindukan kedua orang tuanya. Sifat manja Mary juga tidak pernah berubah, penuh kasih sayang kepada ayah dan ibunya.

Sambil berjalan, ketiganya terlihat bercengkrama penuh canda dan tawa saling melepas rindu satu sama lain. Tak berapa lama setelah itu mereka pun sampai di restoran pilihan Tuan Desmond.

Keluarga kecil itu memilih tempat duduk di dekat jendela yang menghadap ke landasan pacu. Pesawat-pesawat yang lepas landas dan mendarat menjadi pemandangan dan latar yang sungguh menarik hati.

"Jadi, bagaimana perjalanan panjangmu, Sayang?" tanya Nyonya Intan setelah pelayan mengantar menu ke meja mereka.

"Perjalanannya cukup nyaman, Mi," jawab Mary sambil minum air mineral untuk melepaskan dahaganya.

"Tapi aku mulai merasa sedikit jet lag karena perbedaan waktu."

"Itu wajar, Mary. Istirahat yang cukup nanti malam, ya," ujar Nyonya Intan dengan nada lembut.

“Iya, Mami. Pasti,” tutur Mary sambil tersenyum.

Setelah memesan makanan, suasana menjadi lebih santai. Tuan Desmond memulai percakapan yang sudah lama dipikirkan olehnya.

"Mary, sekarang kamu sudah kembali ke Jakarta, apa rencanamu selanjutnya, Sayang?" tanyanya serius sambil menatap putrinya.

Mary meletakkan sendok garpunya dan menatap ayahnya dalam-dalam.

"Aku ingin mencari pengalaman kerja di perusahaan lain dulu, Pi. Aku merasa itu akan memberikan pelajaran berharga sebelum aku membantu Papi dan Mami di perusahaan keluarga."

Ekspresi Tuan Desmond berubah saat mendengar keinginan putri kesayangannya. Alisnya mengerut tipis, menunjukkan ketidaksenangannya.

"Tapi, Mary, kenapa harus bekerja di tempat lain? Perusahaan kita sudah menunggumu. Papi bisa memberikan posisi yang bagus untukmu. Kamu tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan di luar sana."

Mary menghela napas. Gadis itu sudah menduga reaksi seperti ini dari ayahnya.

"Aku mengerti, Pi. Tapi aku ingin belajar mandiri dan menghadapi tantangan di luar lingkungan yang akan menawarkan rasa nyaman bagiku. Aku yakin itu akan membuatku lebih siap ketika nanti bergabung di perusahaan keluarga."

"Mary benar, Darling," sela Nyonya Intan dengan nada lembut namun tegas.

"Biarkan dia mencoba. Pengalaman di luar sana. Mungkin saja hal itu bisa menjadi modal penting untuk masa depannya."

"Tapi Intan Sayang, aku tidak ingin putri kita merasakan kesulitan atau bahkan gagal di tempat lain," balas Tuan Desmond, matanya beralih dari istrinya ke putrinya.

"Papi hanya ingin yang terbaik untukmu, Mary," serunya tegas.

Mary tersenyum lembut lembut, mencoba menenangkan ayahnya.

"Aku tahu, Pi. Tapi aku sudah dewasa, dan aku ingin membuktikan jika aku bisa berdiri sendiri. Bukankah itu juga sesuatu yang baik untuk masa depan ku?"

Tuan Desmond terdiam sejenak, dan mulai berpikir keras. Dia tahu jika putrinya memiliki tekad yang kuat, dan istrinya juga mendukung keputusan tersebut.

"Baiklah," ujar Tuan Desmond akhirnya, meski dengan nada enggan.

"Papi akan setuju dengan keinginanmu tapi dengan satu syarat. Jika kamu merasa kesulitan atau tidak cocok di perusahaan tempat kamu bekerja nanti, kamu harus berhenti dan langsung bergabung di perusahaan keluarga."

Mary mengangguk penuh keyakinan.

"Deal, Pi. Aku janji akan melakukan segalanya dengan sebaik mungkin."

Nyonya Intan tersenyum lega melihat suaminya akhirnya mengalah.

"Bagus sekali, Darling. Aku yakin Mary bisa melakukannya."

Setelah pembicaraan serius itu, suasana di meja makan menjadi lebih ringan. Makanan yang dipesan pun mulai diantar, dan aroma lezat memenuhi meja mereka.

"Ngomong-ngomong, Mary," ucap Nyonya Intan sambil memotong steaknya.

"Kamu akan tinggal di mana selama bekerja di Jakarta? Di rumah kita atau mau cari tempat baru?"

"Aku pikir aku akan tinggal di apartemen dulu, Mi," jawab Mary.

"Lebih praktis dan dekat dengan banyak tempat. Tapi aku akan menginap di rumah kita setiap akhir minggu," sahutnya lagi.

"Itu ide bagus," sahut Tuan Desmond sambil menyeruput jus jeruknya.

"Tapi jangan lupa, Papi bisa membantumu jika kamu butuh sesuatu."

Mary tersenyum hangat. "Terima kasih, Pi. Aku tahu aku selalu bisa mengandalkan Papi dan Mami."

Mereka bertiga pun melanjutkan makan dengan obrolan santai tentang kehidupan Mary di London, teman-temannya, dan rencana masa depannya. Meskipun ada sedikit perbedaan pendapat, cinta dan dukungan keluarga tetap menjadi prioritas utama.

Setelah selesai makan, Tuan Desmond membayar tagihan dan mereka bertiga meninggalkan restoran dengan perasaan yang lebih tenang. Mary merasa lega karena akhirnya ayahnya memberikan izin, meskipun dengan syarat. Sementara itu, Tuan Desmond mulai menyadari jika putrinya memang sudah dewasa dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri.

"Selamat datang di Jakarta, Mary," ucap Tuan Desmond lagi saat mereka berjalan menuju mobil yang akan membawa mereka pulang.

"Papi dan Mami akan selalu di sini untukmu."

Mary menggenggam tangan ayah dan ibunya dengan penuh kasih.

"Terima kasih, Pi, Mi. Aku akan melakukan yang terbaik."

Keluarga kecil itu pun memasuki mobil dengan hati yang penuh cinta dan harapan baru untuk masa depan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB.. 13 Pagi Yang Hangat

    Suasana pagi yang hangat menyelimuti Kota Jakarta. Sinar matahari menembus tirai putih di apartemen mewah milik Joseph, memberikan nuansa damai setelah malam yang begitu melelahkan bagi pasangan pengantin baru itu. Namun, di dalam kamar yang luas dan elegan, dua insan masih terlelap di bawah selimut putih lembut.Joseph membuka matanya perlahan. Seluruh tubuhnya masih terasa lelah, tapi ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya dibandingkan rasa kantuk yang masih tersisa yaitu wajah istrinya, Mary.Di bawah sinar matahari yang lembut, Mary terlihat begitu cantik. Rambut hitamnya terurai di atas bantal, napasnya teratur, dan bibirnya sedikit terbuka. Joseph tersenyum simpul. Dia masih sulit percaya jika gadis yang dirinya cintai sejak SMA tersebut kini telah menjadi istrinya, sah di mata Tuhan dan hukum.Perlahan, Joseph mengangkat tangannya dan menyentuh lembut pipi Mary."Ya Tuhan, dia begitu cantik," pikirnya. "Aku benar-benar beruntung telah menikah dengannya."Joseph memiringk

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 12 Hot Night

    Malam telah larut ketika Mary dan Joseph memasuki kamar mereka di dalam apartemen milik Joseph. Ruangan itu cukup luas dengan dekorasi minimalis yang elegan. Tempat tidur berukuran king size dengan seprai putih bersih mendominasi ruangan, sementara sebuah lampu tidur di nakas memberikan cahaya temaram yang lembut.Mary duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari pernikahannya, akan tetapi pernikahan itu terjadi begitu mendadak dan penuh kejutan. Mereka menikah di rumah sakit, di tengah kondisi yang tidak terduga. Dia belum sepenuhnya bisa mencerna kenyataan bahwa dirinya kini adalah istri Joseph.Joseph yang melihat kecanggungan Mary mencoba mencairkan suasana. Dengan santai, dia mulai membuka kancing kemejanya satu per satu hingga akhirnya melepaskan bajunya begitu saja.Mary yang melihat tindakan itu langsung membelalakkan mata, lalu buru-buru menundukkan kepalanya, wajahnya merona.“Kak Joseph! Kok malah buka baju sih?” serunya gugup.“Ha-ha-ha!”Jo

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 11 Ke Rumah Orang Tua Mary

    Oma Barbara terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah yang tampak lebih tenang dari sebelumnya. Senyuman bahagia menghiasi bibirnya saat melihat Joseph dan Mary berdiri di sampingnya, kini sudah resmi menjadi suami istri. Di sisi lain ranjang, Papi Efendi dan Mami Naura juga terlihat lega, meskipun kelelahan masih tergambar di wajah mereka setelah mengurus semua proses pernikahan yang dilakukan di rumah sakit."Oma sekarang bisa tenang," ujar Oma Barbara dengan suara yang lemah namun penuh kebahagiaan. "Oma akhirnya melihat cucu Oma satu-satunya menikah dengan wanita yang dicintainya," ujar sang nenek lagi.Joseph pun menggenggam tangan Mary erat, sementara gadis itu tersenyum lembut, matanya sedikit berkaca-kaca."Terima kasih, Oma," ucap Joseph dengan suara penuh emosi. "Kami sangat bersyukur Oma masih bisa menyaksikan hari bahagia ini."Mami Naura menepuk lembut bahu Mary. "Sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Mary. Selamat datang di keluarga besar Mikuel.

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 10 Mendadak Menikah

    Suasana ruang tunggu ICU di Rumah Sakit Siloam masih dipenuhi ketegangan. Joseph dan Mary duduk berdampingan di kursi panjang, sementara kedua tangan mereka kembali saling bertaut. Wajah Joseph tetap tegang, sementara Mary tampak berusaha menenangkan dirinya sendiri. Di sudut ruangan, Tuan Efendi Mikuel dan Nyonya Naura Mikuel, kedua orang tuanya Joseph, sedang berdiri sambil sesekali melirik ke arah pintu."Petugas catatan sipil sudah dihubungi, kan, Asisten Andi?" tanya Tuan Efendi kepada asistennya."Sudah, Tuan. Mereka sedang dalam perjalanan dan harusnya tiba dalam beberapa menit lagi," jawab Asisten Andi dengan suara mantap.Joseph menghela napas berat. "Mami, Papi ... aku masih merasa ini terlalu cepat. Pernikahan itu bukan hal yang bisa diputuskan dalam hitungan jam," ucapnya lirih.Joseph memang ingin hubungannya lebih serius lagi dengan Mary dan tidak akan melepaskan gadis itu. Akan tetapi bukan dengan pernikahan yang terkesan sangat mendadak ini."Tapi ini adalah harapan te

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 9 Cinta Yang Tak Terduga di Ruang Tunggu ICU

    Langit Jakarta sore itu terlihat muram, seakan ikut merasakan ketegangan yang melingkupi ruang tunggu ICU di Rumah Sakit Siloam, Jakarta. Di sana, Joseph Mikuel, CEO muda dari JM Corp, duduk dengan wajah tegang dan penuh kekhawatiran. Di sampingnya, Mary, sekretaris setianya yang juga mantan kekasihnya di masa lalu duduk dengan ekspresi cemas. Tangan mereka saling bertaut erat, saling memberi kekuatan dalam diam."Kak Joseph, tetap tabah, ya," bisik Mary lembut. "Oma Barbara adalah perempuan yang kuat. Kita doakan saja dia segera pulih."Joseph mengangguk pelan, matanya menatap lurus ke arah pintu ICU yang tertutup rapat. Di dalam ruangan itu, nenek tercintanya tengah berjuang antara hidup dan mati. Oma Barbara adalah sosok yang selalu mendukungnya dalam setiap langkah hidupnya. Dan kini, sang nenek sedang tak berdaya."Mary," suara Joseph bergetar, "Aku sangat takut kehilangan Oma."Mary menatap wajah pria itu dengan penuh empati. "Kamu nggak sendirian, Kak Joseph. Aku di sini ber

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 8 Kabar Darurat Dari Rumah Sakit

    Masih di Kantor JM CorpPagi semakin menyinari, ruangan di lantai tertinggi JM Corp terasa berbeda. Suasana yang biasanya penuh kesibukan dan diskusi bisnis kini diwarnai dengan kehadiran Mary Violet, sekretaris baru sekaligus cinta lama Tuan Muda Joseph Mikuel. Di ruangan besar dengan jendela kaca raksasa itu, keduanya duduk berhadapan di meja CEO.Joseph, dengan setelan jas hitam dan kemeja putih bersih, menatap Mary dengan sorot mata penuh kerinduan. Namun, dia berusaha keras menjaga profesionalismenya. Pria itu lalu menarik napas dalam-dalam dan memusatkan perhatian pada lembaran kerja di tangannya.“Jadi, Mary,” ujar Joseph memulai diskusi, suaranya tegas meski sesekali terdengar lembut. “Sebagai sekretaris pribadiku, tugasmu tidak hanya mengatur jadwal rapat atau menerima tamu. Lebih dari itu, kamu juga harus memahami proyek-proyek yang sedang berjalan dan menyiapkan dokumen penting sebelum rapat dimulai.”Mary mengangguk sambil mencatat di buku kecilnya. “Baik, Bos Joseph. Jad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status