Satu jam berlalu, Dinda sudah selesai menikmati makanannya, tangannya terus ia letakkan dibawah meja ia tidak ingin mengundang pertanyaan Redy tentang yang melingkar ditangannya.
Dan nanti bisa membuat dia terpaksa menjawab dia memang punya pasangan, dia tidak ingin menjadi panjang jika mama Redy tahu lalu menceritakan pada sang mama.
“Gimana makanannya? Tempatnya, suasananya?”
Dinda mengulas senyuman terpaksa,“Hemm…lezat, nyaman hemmm— semuanya sangat perfect.” Lihat Dinda pada laki-laki diseberang mejanya.
“Setelah ini mau duduk di rooftop sambil menikmati cocktail terbaik disini atau keluar tempat lain?”
Dinda melirik pada waktunya, ia yakin Kairo sedang mencarinya saat ini. “Sepertinya lain kali aja deh Kak , sudah malam saya ada janji sama temen mau ambil tugas dirumahnya.”
“Sekarang?”
“Iya….” Dinda melihat pada Redy meyakinkan, “Maa
Kairo mengajak Dinda kekamar miliknya setelah merasakan angin diluar semakin kencang, Dinda pun melangkah ragu masuk ke kamar Kairo itu, sebuah kamar besar yang begitu rapi wangi, walau seorang pria kamar yang dimiliki Kairo sangatlah nyaman. Segala furniturenya tertata rapi, tidak ada satupun benda yang berantakan semuanya tersusun rapi ditempatnya, buku-bukunya, peralatan bekerjanya semuanya tersusun rapi disana, nuansa cream dan kayu-kayu mendominasi dikamar itu hingga walkin closet miliknya, terkesan simple tidak terlalu banyak barang namun cukup elegant dan mewah, sebuah sofa santai terletak satu disana menghadap pada televisi dan sebuah pot tumbuhan hias disana.“Ini kamar kita— kamar kamu, nanti kita pindahkan semua barang-kamu kesini, jika tidak suka kita bisa ubah, sesuait yang kamu mau.”Dinda mengedarkan pandangannya kesekitar dikamar besar itu, “Kamu tidur sendiri?”Kairo yang membuka pakaiannya berkerut dahi, “Mak
Kedatangan Kairo menemui Frans kakak ipar Dinda jelas saja membuat lelaki itu terkesiap, Frans membawa Kairo duduk diluar area kantor disebuah coffe shop lalu dia membuat Kairo menceritakan semua dari mulai awal hingga akhirnya. Frans dibuat terbelalak, adik iparnya si ceria, tertutup dan super manja itu mengalami pernikahan bersama Kairo lelaki dewasa dan seorang duda beranak 1. Frans dibuat shock bertubi-tubi yang mana Dinda juga berbohong pada keluarga Kairo tentang dia yang sebatang kara. Frans memaklumi itu, Dinda mungkin takut kejadiannya sama seperti mereka dulu, tapi dia menunda-nunda membuka kebenaran malah menumpuk masalah lain, Ya Dinda seperti yang juga Frans ketahui sudah akan dijodohkan dengan Redy anak dari teman sang Mama tapi apakah Kairo tahu ini? Sepertinya tidak. Wajah Kairo tampak gusar ia memijat pelipisnya melihat pada Frans, “Saya tidak tahu apakah dengan datang menemui, Orang tua Dinda, Mamanya bisa menerima ini, selain pernik
Nancy menjemput Dinda dan Edgar disebuah mall atas perintah Frans, dimana Redy pun tidak mengerti apa yang terjadi Dinda tiba-tiba menangis sejadi-jadinya disana, hingga akhirnya Redy pun harus pergi tanpa penjelasan.Semua begitu kacau Dinda tidak lagi bisa berkata-kata apapun selain menangis, dia merasa dirinya memalukan, jelas sekali dia salah, dia jahat, dia yang membuat hancur dan kacau, dia terus maju namun dalam langkahnya yang salah, dalam beberapa hal yang tidak cepat ia putuskan dan menjadi masalah lebih besar lain.Nancy merasa begitu iba atas yang terjadi pada adiknya namun dia tidak bisa turut campur jauh atas apa yang diputuskan Kairo selain meminta Dinda untuk meminta maaf sedalam-dalamnya pada Kairo, jika bisa diperbaiki maka perbaikilah, jika Kairo tidak bergerak atas putusannya, Ya... mungkin itu sudah jalannya.Edgar yang tidak mengerti sedari tadi berjongkok didepan Dinda, sedari awal kenal Dinda dia sudah menjadi orang yang begitu peka
Dua setengah tahun kemudian.Pengadilan negri Bandung kelas 1 AIni sudah ketiga kalinya Dinda berada disini, bukan bekerja atau menjalani sidang sebuah kasus, melainkan mewakilkan atasannya untuk hadir dalam sidang permasalahan internal perusahaan, terkait dengan seorang staff yang melakukan sabotase demi keuntungan pribadi. Dia yang lulusan arsitek bukan menjadi seorang arsitek melainkan memilih bidang lain untuk ia jalani, Dinda bekerja disebuah perusahaan manufakture menjadi seorang staff disana.Dinda kembali lagi ke kota Bandung, ia rasa kota ini lebih baik, lebih nyaman untuknya yang juga masih punya tugas terbaik, menemani hari senja sang mama.Dinda sudah lama berhasil melewati kesedihan itu, bayangan itu, selepas Kairo memberikan mobil, uang juga rumah, Dinda sudah meminta sang kakak mengembalikannya. Namun sepertinya rumah itu benar tidak ditempati entah kemana pemiliknya.Kata Melana Kairo tidak pernah terlihat lagi disana, rumah
Kairo mendengkus,...“Bagaimana kamu dan dia?” Percakapan mereka berlajut, Kairo bersikap biasa saja melihat pada Dinda.“Dia?” Dinda kembali melihat pada Kairo. Sosok yang sungguh ia rindukkan namun mendadak semenyebalkan ini.“Ya... dia— pria yang dijodohkan Mama kamu, semuanya baik-baik saja ‘kan?”Dinda mengendikkan bahunya acuh, dia tahu Redy sekarang bahkan sudah menikah dan sudah akan mempunyai anak, tapi buat apa juga membahas ini, Kairo pasti hanya ingin tahu saja lalu ingin mengejeknya mungkin jika perjodohan itu gagal.“Kenapa? Haruskah saya menjelaskan?”Kairo terlihat menunggu jawaban itu masih bersikap angkuh, “Ya tidak, bukan urusan saya juga....” ia mencebikkan bibirnya seperti mencibir Dinda.Adinda pun tertawa, sejujurnya sakit hati dengan ucapan Kairo tapi buat apa dia sakit hati harusnya biasa saja mereka memang bukan siapa-siapa lagi.“Ya
Beberapa menit Dinda membiarkan lama tubuh mereka saling mendekap, bahkan Kairo menempelkan wajahnya miring pada dada Dinda merasakan nyaman seperti ini, Dinda pun memberi usapan lembut pada punggung lalaki itu lalu pada rambutnya mencoba memberikan ketenangan.Hingga Dinda pelan sekali berusaha memulai bertanya lagi, “Apa yang terjadi sama kamu, Mas, tidak bisakah saya mengetahuinya.”Kairo tidak meresepon, helaan nafasnya terdengar berat lelaki itu malah memejam tampak sangat merasa nyaman didada Dinda. Dinda menatap wajah itu lamat-lamat hidung yang tinggi, bulu mata lentik, rahang yang penuh rambut-rambut halus, sejenak Dinda diam hingga ia tidak bisa menolak dorongan dari dirinya mengecup pada puncak kepala lelaki itu.Dinda merasakan sesuatu yang berat tengah terjadi pada Kairo, “Kamu jangan seperti ini Mas, kamu bukan seperti kamu, ceritakan apa yang terjadi Mas...mungkin saya bisa bantu kamu.”Kairo menarik nafasnya lagi se
Berkali-kali rekan Dinda dikantor menghubungi sebab Dinda mendadak hilang dan Beny mencarinya, ponselnya sudah puluhan kali bergetar namun Dinda tidak mendengarnya hingga akhirnya benda pipih itu jatuh ke lantai membuat suara jatuh yang kuat dan membangunkan keduanya. Dinda terjaga dengan terkesiap, tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun masih memeluk nyaman Kairo yang sama polos dengan dia. “Oh Tuhan! Sudah pukul berapa? Kenapa ketiduran sih! Aduh Adinda.” Dinda segera turun dari ranjang memunguti semua pakaiannya yang tergeletak begitu sangat panik segera berlari masuk kedalam kamar mandi. Kairo pun demikian dia segera bangkit sang papa mungkin tengah mencarinya saat ini. Dan benar saja saat dia membuka ponselnya sudah banyak sekali sang papa menghubunginya, Kairo segera ikut bergegas ke kamar mandi ia mengetuk pintu. “Sebentaaaar! saya mandi!” Teriak Dinda. Kairo tidak ingin menunggu ia liat kunci kamar mandi tergantung a
“Mas— lepasin saya kamu jangan seperti ini, ini bahaya buat saya!.” Tatap Dinda sebal Kairo yang masih terus bersikeras menahan tangannya. “Kamu penentang bahaya, jangan pura-pura lupa.” Kairo semakin mempererat tangn Adinda. “Orlin…mba Orlin…” Lihat Dinda ke pintu masuk seolah panik. Kairo pun tertawa, “Tidak adakah yang lebih basi dari itu?” Sungguh Dinda pun mengumpat kesal, Kairo memang seperti ini sedari dulu dia susah untuk dikelabui sebab dialah ahlinya gombal dan mengelabui, sejurus kemudian Dinda yang sudah kehabisan akal pun menghitung detik waktu dan… ia pun menggigit. “ADINDA!” Pekik Kairo, segera Dinda berlari melepaskan diri, ia mengendikkan bahunya acuh melihat lagi kebelakang membiarkan Kairo mengaduh kesakitan. “Kamu sakit jiwa Mas…” Tidak lama Dinda kembali, Kairo yang digigit Dinda pun kembali nyatanya dia tidak melakukan apapun pada pakaiannya yang ternoda, Kairo hanya mengusap-usapnya membuatnya semakin mel