“Apa yang terjadi, kenapa kamu ninggalin acara? Kamu tahu nggak sih Mas, kamu buat semua orang khawatir,” Tatap Adinda pada Kairo yang selalu saja tenang dalam hal apapun.
Kairo dengan santainya menyeringai lebar memunguti beberapa pakaiannya di ranjang untuk dirapikan. “Khawatir? Kamu khawatirin saya, bukanya kamu lupa dengan saya ya? Seharian pergi, seharian juga tidak memberi kabar atau b**a-basi minimal tanya saya dimana.”
Adinda berkerut dahi, bukankah mereka tadi bertengkar saling mengancam lalu dia pun pergi, aneh sekali bukan bagaimana bisa dia berbasa-basi.
“Saya tanya kamu kenapa pergi dari tempat acara. Apa yang terjadi, jangan bahas lain deh! Gimana saya mau hubungi kamu, kamu saja marah-marah mulu.”
“Untuk apa juga saya lama-lama disana, seperti boneka pameran. Kita pulang besok terserah mereka mau pulang
Adinda terbangun oleh suara-suara aktivitas diluar kamar, samar-samar dari trolley beberapa room service hotel yang mungkin sedang beraktivitas. Satu tangan mengusap pada mulutnya yang terbuka, Adinda merasa heran seperti ada yang berbeda.Saat ini dia sedang berselimut memakai sebuah bantal dikepala dan masih di atas sofa, “Mas?” Adinda tidak mendapatkan Kairo bersamanya, semalam Adinda ingat dia ketakutan lalu berlari memeluk lelaki itu dan setelah itu tidak ada interaksi apapun, Adinda yang kelelahan mendapati posisi yang aman dan nyaman pun segera memejam tidur.“Mas kamu mandi?” Ulangi Adinda lagi segera mengedarkan pandangannya disekitar mencari Kairo, dia tidak tampak ada dikamar mandi, tidak ada suara aktivtas air menyala atau suara apapun disana. Segera Adinda bangkit dari sofa, mengambil ponselnya di meja lalu menyalakannya.
Orlin benar-benar membabi buta ia menghantam wajah Adinda hingga menjambakinya, beberapa menit terjadi baku hantam Orlin yang benar-benar seperti orang kesurupan sementara Adinda bersikap cool berusaha terus mengelak, Adinda bukan marah atau menangis mendapat hantaman tangan Orlin diwajahnya ia malah tertawa mengejek, padahal wajahnya nyaris memar dibagian sisi pipinya hingga bibirnya.“Bisa dilihat seperti apa kualitas diri, orang sekasar kamu pantasnya jadi kepala jambret bukan seorang pengusaha atau entrepreneur, hahah usahawan apa? Jual beli ekstasi atau kondom motif doraemon?”Orlin mencoba tertawa dia masih belum puas sudah menghantam wajah Adinda, “Omong kosong! Lawan aku? Tidak bisa melawan? Sudah siap mati, upss janganOrlin nanti gagal nikah….”Adinda menyeringai lebar, “Menikah dengan siapa, siapa yang
Di kediaman keluarga Kairo, ia membuat semua anggota keluargnya berkumpul. Hermita ibunya yang sedang ada acara diluar bahkan memutuskan pulang mendadak dikarenakan anaknya tersebut pulang. Bella begitu Jasmin pun ikut diminta datang entah apa yang ingin Kairo sampaikan semendadak ini.Hermita sudah bersikap was-was ia yakin anaknya akan mengabari sesuatuyang serius mungkin, segera ia turun dari mobil miliknya dan berjalan cepat masuk saat semua anak-anaknya sudah lebih dulu sampai disana.Diruangan keluarga Jasmin dan Kairo sudah berdebat. Benar firasat Kairo, Orlin tahu siapa Adinda.Semua bermula saat ibu Orlin memposting sebuah poto makan malam dan memperlihatkan ada Dinda disana, membuat semua orang shock namun berusaha diam sampai tiba dimana waktunya, Orlin mengeluhkan sikap Kairo yang berubah sejak berada di Bandung. Semuanya sudah jelas itu tida
“Ada apa Khai?”Keributan Kairo dan Adinda diteras rumah membuat Nancy sang kakak keluar, Adinda seperti biasa terlalu takut membuka sesuatu yang terjadi padanya dia tidak mau membuka penyebab kenapa dia terluka namun Kairo terus mendesak Adinda untuk terus jujur, “Makanya katakan kamu kenapa? Mana mungkin jatuh seperti itu.”“Mas— ih kamu jangan bikin keributan nanti semua tahu jadi panjang!” Adinda menggeram meremas lengan Kairo dihadapannya.“Adinda, ada apa?” Nancy pun akhirnya menghampiri keduanya.Segera Kairo menepiskan rambut panjang Dinda, “Lihat nih si Dinda, pipinya memar leherya juga banyak bekas cakaran, dia nggak mau bilang kenapa?”“Adin? Kenapa itu, apa yang terjadi?” Nancy pun terperangah melihat
Segala acara hari ini akhirnya pun selesai, Kairo tidak pernah berfikir ia akan kembali lagi bersama Adinda, ia fikir setelah pernikahan mereka semua akan selesai, mungkin Adinda akan menjalani kehidupan barunya bersama orang lain lalu melupakan dia, sementara dia akhirnya harus bersama Orlin yang dia tidak tahu kenapa sulit sekali menerima Orlin berbeda dengan Dinda, dan ia akan terus terperangkap selamanya dalam dunia hitam dan gelap yang entah sampai kapan akan berakhir.“Saya lega….”Kairo benar-benar menghelakan nafasnya menggandeng Adinda menuju ke salah satu kamar di hotel yang dipersiapakan Kairo dan Nancy sebagai kamar pengantin untuk adiknya itu.Adinda kemudian menguluas senyuman, membiarkan Kairo terus menggandengnya m biarkan gaunnya menjuntai begitu saja, sesungguhnya Adinda belum terlalu lega, masih ada
Kairo menemani Adinda kesebuah mini market, lelaki itu mengikuti Adinda yang berjalan memerhatikan sana kemari lalu mengambil beberapa barang disana seperti minyak angin dan biscuit, “Kamu mau apa mas?”“Mau apa? Kan kamu yang ma beli sesuatu bukan saya.”Adinda lantas tertawa, sebenarnya tidak ada apapun dia hanya iseng saja, “Beli ice cream enak kali ya? Ayo kesana mas!” Adinda berjalan menuju sebuah freezer dengan pasrah Kairo pun mengikuti, seklai lagi Adinda bertanya, “Kamu mau apa mas? Mau ice cream nggak?”“Saya nggak suka ice cream, itu pembalutnya disebelah sana, ayo buruan jangan lama-lama sudah mau hujan.”Adinda segera membawa beberapa bungkus ice creamnya lalu berjalan menuju kasir, Kairo dibelakang pasrah begitu saja mengikuti lalu membayar belanjaa
Kring…kring…Nada dari ponsel milik Kairo berdering cukup kuat, membuat Kairo cepat terjaga saat ia sudah terlelap selepas pergulatan panas dan menggairahkan dengan istrinya itu, sebuah panggilan dari nomor telepon dan kode telepon yang sepertinya adalah pulau Balimuncul di layar, dengan ragu dan belum sepenuhnya sadar Kairo pun mengangkatnya.“Hallo—““Papa…Hikss…hiksss…”Kairo yang masih bermalas-malasan segera bangkit saat mendapati suara penelepon adalah putranya, kepingan dirinya yang begitu ia rindukan, “Edgar? Edgar ini kamu nak? EDGAR?” Kairo begitu antusiasnya namun ia juga merasa sangat khawatir mendapati Edgar yang menangis, “Apa yang terjadi nakEdgar kenapa menangis ada apa?”
Setelah Adinda berhasil mengambil barang-barang milik Edgar secara paksa mereka pun segera pergi mencari penginapan, sebuah taksi sudah membawa ketiganya namun dalam keadaan yang bergitu histeris, Edgar menangis tidak berhenti ia begitu ketakutan terus meminta pada sang papa yang memeluknya agar mereka segera pulang ke Jakarta.Edgar merasa jika dia masih disana kemungkinan untuk kembali lagi bersama Renata cukup besar, “Papa Edgar mau pulang! Edagr mau pulang kerumah kita, Edgar nggak mahu kembali keLA! PAPA TOLONG!”Kairo menebak Renata pasti membuat Edgar tertekan hinga membuat dia seperti ini, “Tidak akan ada yang pernah bisa membawa Edgar dari papa, apa lagi mama Edgar.”Hiksss hiksss, “Edgar mau pulang…Edgar mahu pulang!”Adinda disebelah Kairo mencoba menena