Share

BENALU

“Ya ampun, Yuk, ini kok banyak banget cucian? Terus ini cucian piring banyak banget, perasaan tadi Leo belum makan. Terus udah gitu kok piringnya numpuk gelas kotor juga numpuk. Terus ini cucian  baju siapa aja?” tanyaku kepada Ayukk Neneng.

Aku sangat terkejut, saat aku turun ke lantai bawah dan melihat Ayuk yang bekerja di rumahku sedang mencuci banyak sekali pakaian kotor. Dan juga di wastafel tempat cuci piring, menumpuk piring dan gelas.

Saat aku membuka kulkas dan hendak mengambil batu es, ternyata batu es nya habis dan cetakan batu esnya sama sekali belum diisi. Begitu juga dengan botol-botol air minum di kulkas semuanya kosong.

Sudah sebulan ini selalu saja begitu. Aku jadi merasa lebih lelah dari biasanya. Memang ini hanya masalah kecil. Tetapi, jika dibiarkan pasti akan menjadi kebiasaan.

“Itu kerjaannya si Beiby, dari kemarin juga kayak gitu. Kalau habis makan, cucian piringnya ditumpukin di situ. Terus ini juga baju-baju kotor punya dia,” kata Ayukk.

Aku menepuk dahiku dengan kesal. Sepertinya keputusan Romi untuk menampung Beiby di rumah kami itu sudah salah. Buktinya dia itu bukannya membantu tapi malah menambah pekerjaan.

Ya, sudah sebulan ini Beiby memang tinggal di rumahku. Dia akan pergi bekerja setiap pukul 09.00 malam, dan pulang jam 02.00 pagi saat club sudah tutup. Biasanya dia akan diantar oleh tukang ojek yang menjadi langganannya. Atau juga oleh tamunya.

Dia memang aku beri kunci cadangan supaya tidak menggangguku karena jam 02.00 itu kan aku pasti sudah tidur.

“Terus, sekarang anaknya ke mana?” tanya aku kepada Ayuk.

“Tadi pergi dijemput temannya, nggak tahu pergi ke mana.”

 Aku hanya bisa menghela napas, tadi memang aku sempat keluar karena harus membeli beberapa kebutuhan di rumah. Pada waktu aku pergi, dia masih tidur.

“Padahal tadi dia masih tidur waktu aku pergi,” kataku.

“Ayuk juga nggak tahu, tadi Vina pergi dia memang masih tidur . Tapi nggak lama ada telepon masuk, terus dia pergi nggak pakai mandi,” lapor Ayuk.

Ayuk memang hanya memanggil nama kepadaku dan Romi. Dulu, waktu almarhum mama mertua masih ada, di memang terbiasa memanggil nama saja. Aku sendiri tidak keberatan karena usia Ayuk itu sudah tua.

Aku hanya menghela napas panjang. Bukan sekali dua kali hal ini terjadi. Awal-awal tinggal di rumahku, Beiby memang sangat rajin membantu bersih-bersih dan lain sebagainya. Tetapi, setelah dua minggu tinggal di sini ada saja kejadian yang membuat aku kesal setengah mati.

Mulai dari sabun mandi yang boros, handbodyku yang dipakai, alat make up ... belum lagi pakaianku. Banyak dressku yang ia pinjam.

Dia tidur di kamar anakku, Leo. Dan kamar itu tidak pernah rapi dan bersih. Jika aku kasih tahu, dia hanya tertawa cengengesan dan berkata, ‘iya nanti apabila libur dibersihkan,’ tapi, buktinya jika ia libur dia malah pergi ke sana ke sini.

“Kayaknya, Romi salah nyuruh dia tinggal di sini. Tadinya, dia tinggal di sini itu kan untuk bantu-bantu buat nemenin aku kalau ada apa-apa. Eh, malah kayak begini keluhku,” kepada Ayuk Neneng.

“Anaknya males, terus kamarnya juga itu lihat aja berantakan banget belum pernah rapih. Kalau Ayuk rapihin nggak  langsung kotor lagi,” kata Ayuk mengadu.

Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Awalnya kami yang menyuruh dia untuk tinggal di sini, tidak mungkin kan sekarang mengusirnya begitu saja. Terkecuali, jika ia sendiri yang memutuskan untuk pindah dari rumah kami.

“Lagian ... Kenapa sih Vin, kok dibiarin tinggal di sini? Padahal anaknya jorok begitu,” kata Ayuk.

“Romi yang suruh, katanya kalau ada apa-apa ada yang bantuin, Yuk. Kan Ayuk cuman dari pagi sampai siang di sini. Maksudnya Romi kalau misalkan Ayuk udah pulang dia kan di sini sampai sore. Kalau ada apa-apa jadi aku bisa minta tolong dia. Tapi, bukan bisa minta tolong malah aku yang direpotin sama dia, mana lagi hamil gini,” kataku kesal.

Romi sudah sebulan ini kerja di Bayung lincir. Dia hanya pulang seminggu sekali. Di hari Sabtu dan Minggu dia ada di rumah. Tapi, dari mulai hari senin pagi sampai hari jumat malam dia bekerja di Bayung Lincir dan pulang di hari Jumat malam.

“Sepertinya, aku harus mengatakan hal ini kepada Romi. Dia nggak bisa seenaknya aja tinggal di sini terus udah gitu main berantak-berantakin sana-sini,” ujarku, “anak perempuan kok jorok begitu. Nggak diajarin apa sama orang tuanya?”

Daripada merasa kesal, aku memutuskan untuk membuat kue. Entah mengapa saat hamil anak yang kedua ini aku jadi suka membuat makanan-makanan. Baik itu kue atau masakan.

Kebetulan, kemarin aku baru saja belanja bahan. Rencananya, aku hendak membuat mille crepes Milo. Tetapi, alangkah kagetnya aku saat melihat Milo persediaanku sudah habis tinggal sedikit.

“Ayuk ini kok tinggal segini? Padahal baru kemarin loh beli Milo,” kataku kesal. Padahal aku mau membuat kue dan bahan utamanya malah hampir habis.

“Iya itu ... si Beiby ya ngabisin. Dia itu nggak diseduh tapi dimakanin gitu aja, disendokin dicemilin milonya, kata Ayuk. Aku hanya bisa menepuk dahi kesal. Dia memang memberikan uang sebesar lima ratus ribu setiap bulan. Tetapi, kalau caranya begini bukannya untung tapi malah tekor.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status