Jared sedang berjalan di trotoar setelah dia keluar dari toko suku cadang bekas di sisi jembatan River Wood ketika tiba-tiba dia mendengar suara seorang wanita memanggilnya.
"Jared!" suaranya kecil melengking cocok dengan leher tinggi dan tulang hidungnya yang runcing.
Jared melihat Josephine Norton sedang berlari kecil ke arahnya, wanita tinggi kurus itu baru keluar dari mobil merah yang juga baru berhenti di pinggir jalan. Entah perkara apa yang membuat wanita itu begitu antusias menghampirinya. Mereka memang pernah berkencan tapi dulu sekali ketika Jared baru bekerja di bengkel ayahnya, sampai lama-lama mungkin dia bosan sendiri berkencan dengan pemuda miskin yang juga susah dinasehati.
"Kau kemana saja? bahkan ayahku tidak bisa menghubungi ponselmu."
"Sudah kujual untuk membeli suku cadang." Jared sengaja mengankat bungkusan onderdil bekas di tangan kirinya.
"Mustahil kau sampai semiskin itu!" tolak Josephine mendengar Jared sampai menjual ponsel untuk mebeli suku cadang bekas.
"Kenapa? apa dia menyuruhmu memberiku pesangon?" sarkas Jared.
"Kenapa dengan dirimu?" Josephine heran kenapa Jared masih saja keras kepala. "Kau memang tidak pernah berubah!"
Jared tidak terlalu menghiraukan, dia tetap berjalan ke arah mobilnya mengabaikan Josephine.
"Ayahku ingin kau kembali bekerja." Josephine mengejar.
"Dia sudah memecatku!" acuh Jared.
"Kemarin pemilik mobil itu datang lagi dan memberi tahu jika ponselnya diambil oleh anak laki-lakinya sendiri."
Benar-benar hal sepele yang sudah tidak perlu disampaikan, kemarin Jared sudah diusir dan dihina di depan mata semua orang, tentu semua momen berharga itu sudah tidak bisa di'replay' lagi. Terlalu berharga bagi pengalaman hidup Jared dan dia juga tidak akan mau menghapusnya dari ingatan.
"Katakan saja aku keluar! dan ayahmu juga tidak perlu memberiku pesangon!"
Jared mengabaikan Josephine yang tetap berusaha mengejarnya tapi dia tetap tidak menghiraukan dan masuk ke dalam mobil tuanya.
"Dengarkan aku!" Josephine tetap bersikeras berpegangan pada bingkai jendela pintu mobil pick-up yang kacanya memang sudah tidak bisa ditutup lagi sejak terakhir pecah dan tidak pernah Jared ganti.
"Tidak mudah mencari pekerjaan akhir-akhir ini," bujuk Josephine yang masih menjulurkan kepalanya di jendela. Waktu itu juga Josephine yang memaksa ayahnya untuk mempekerjakan Jared di bengkel mereka walapun Jared tidak memiliki bekal pendidikan apa-apa.
"Aku bisa pergi ke manapun kau tidak perlu khawatir, aku pria yang bebas!" sindir Jared sengaja menatap Josephine Norton dengan tegas ketika mengatakan kalimat terakhirnya itu.
"Kau benar-benar keras kepala dan tidak pernah mau berubah!"
"Cari saja pria yang bisa kau jadikan orang lain demi menyenangkanmu!"
Jared segera menghidupkan mesin mobilnya yang sempat terbatuk-batuk tiga kali tapi untungnya benda rongsokan itu tidak ikut menghinanya dengan tiba-tiba mogok di saat adegan seperti ini.
Pikap merah kusam yang Jared beri nama Cerry itu memang sedang suka merajuk akhir-akhir ini, padahal Jared ingin menggunakannya untuk perjalanan ke Bradford. Sepertinya mobil tua itu sengaja ingin menguras isi dompet Jared yang semakin menipis untuk memanjakannya. Atau mungkin dia sudah tahu jika akan ditinggalkan kekasihnya. Belum apa-apa Jared sudah merasa seperti pengkhianat.
"Tenang saja aku akan menyimpanmu di gudang paman, aku tidak akan membuangmu di tempat barang rongsokan." Jared bicara pada mobilnya yang tidak punya telinga ataupun mulut tapi dia beri nama Cerry yang artinya tetap akan perawan baginya meskipun sudah tua renta dan bekas banyak orang.
Jared baru memasuki halaman rumah bibinya ketika melihat mobil mahal mengkilat yang tidak cocok berada di halaman berdebu mereka.
Jared segera keluar dari mobil dan itu adalah kali pertama dirinya bertemu langsung dengan Tobias Harlot meskipun kemarin sudah pernah berkomunikasi melalui telepon. Tobias Harlot adala CEO dari induk perusahaan Loghan yang kali ini menjadi miliknya.
Jared mengajak Tobias Harlot masuk ke dalam rumah meskipun pria tampan bersetelan rapi itu juga terlihat sangat tidak cocok duduk di sofa kusam keluarganya.
"Kurasa Mr. Loghan sudah memberitahumu mengenai pengalihan semua aset dan saham perusahaan Loghan." Tobias mulai bicara.
Jared masih duduk tenang menyimak apa yang disampaikan Tobias Harlot mengenai semua perusahaan yang kali ini sudah resmi menjadi miliknya. Dia juga menjelaskan garis besar perannya di perusahaan jika memang tetap tidak mau terlibat langsung untuk mengurus semuanya sendiri. Lagi pula Jared juga tidak memiliki dasar pendididkan yang memadai untuk mengelola perusahaan.
"Kami tetap akan memerlukan kehadiranmu untuk beberapa hal penting." Tobias menatap Jared yang sepertinya memang masih tidak berminat sama sekali dengan harta warisannya. Persis seperti apa yang dijelaskan Jeremy Loghan kemarin. Jared tidak butuh warisan. Jeremy juga berpesan agar Tobias tidak menekan adik laki-lakinya.
Jeremy Loghan adalah kakak laki-laki Jared dari ayah yang sama, bedanya dia memiliki nama belakang seorang Loghan sementara Jared hanya anak haram yang lahir dari seorang pelayan. Tapi Jeremy tetap bersikeras memberikan hak Jared meskipun dia cuma anak haram yang selama ini tidak pernah diakui oleh keluarga Logha. Jeremy Loghan memang pria yang luar biasa. Karena kebaikan Jeremy pula Jared akhirnya luluh untuk mau menerima semua warisan dari keluarga Loghan. Jared hanya akan terus jijik karena diam-diam masih sering berfantasi kotor dengam istri kakak laki-lakinya.
"Intinya, kapanpun aku akan siap sedia membantumu." Tobias meninggalkan kartu namanya di atas meja. " Mungkin kau juga masih menyimpan nomor teleponku." Tobias berhenti sekali lagi untuk menatap Jared. "Terima kasih karena kau juga sudah sangat baik kepada sepupuku, aku tidak akan pernah melupakan itu."
Jared masih tidak bergeming, tapi dia tetap mengantarkan Tobias sampai di halaman dan mengucapkan terimakasih karena sudah jauh-jauh datang ke tempat tinggalnya.
Selepas Tobias Harlot pergi Jared langsung berjalan ke samping rumah menghampiri kandang kuda. Kuda jantannya langsung meringkik berputar-putar minta dikeluarkan. Memang kudanya bukan kuda ras unggulan tapi kuda jantan itu cukup besar dan tangguh, pasti masih memiliki harga jika dijual. Dengan uang penjualan kuda dan sisa uang di tabungannya dia bisa pergi sejauh mungkin.
Jared menyentuh kepala kudanya sampai mahluk bertubuh tinggi gagah itu mau diam dan menurutinya.
"Maafkan aku."
Jika tadi Jared bicara dengan mobil rongsoknya sekarang dia bicara pada seekor kuda. Jared tidak punya banyak keluarga apa lagi teman. Tidak akan ada yang terlalu kehilangan jikapun dirinya pergi. Tapi kuda dan mobil tuanya hanya punya Jared seorang, tidak akan ada yang mau merawat mereka jika nanti Jared pergi.
"Maafkan aku ..." ulang pemuda itu sebelum kemudian menguraikan tali kudanya dan membawa kuda tersebut ke luar dari istal.
Kuda itu masih meringkik seolah tahu jika akan dijual oleh tuanya. Jared memang sudah mengurus kuda jantannya sejak masih anakan dan hewan peliharaan kadang memang bisa jauh lebih dekat dan setia melebihi keluarga.
"Aku sudah tidak bisa mengurusmu, jadi jangan merepotkan di tempat barumu nanti. Tetap makan rumputmu meskipun aku belum pulang."
Kuda pun kadang juga bisa rewel, sering tidak mau menyentuh makanan jika sudah beberapa hari Jared tidak muncul menengoknya.
*****
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta