Untuk meyembuhkan dirinya sendiri Jared pergi meninggalkan Inggris dan berpetualang di tempat antah berantah di mana tidak ada satu orang pun yang mengenalinya. Tapi dapatkan Jared menyembuhkan dirinya? atau justru dia malah akan terlibat dengan masalah baru karena segala tempramennya yang tidak normal?
Jared belum sadar jika semua hal tidak normal dalam dirinya adalah sebuah keistimewaan yang suatu saat akan dia ketahui.
*****
Jared pergi tanpa berpamitan dengan siapapun. Jared pergi hanya dengan membawa ransel seperti biasanya ketika dia berangkat bekerja. Cuma ada beberapa lembar pakaian di dalam benda tersebut. Jared bukan tipe pria yang bakal mau repot mengurusi penampilan, baginya yang terpenting tubuhnya bersih, rambutnya pun selalu kelewat panjang untuk bercukur.
Sampai Jared pergi kemarin, paman serta bibinya juga tidak tahu jika dia sudah diusir dari bengkel Norton dan sedang jadi pengangguran. Meskipun kemarin Josephine mengatakan bahwa ayahnya ingin dia bekerja lagi, tapi Jared yakin itu juga cuma kerena Josephine yang memohon lagi kepada ayahnya. Jared kenal sifat Tuan Norton, mustahil dia mau menarik ucapannya kembali hanya untuk pemuda tak berguna seperti dirinya meskipun ia terbukti tidak bersalah.
Setelah mengumpulkan uang dari penjualan kuda dan sisa tabungannya Jared nekat pergi ke Amerika, menyebrangi benua besar untuk bersembunyi di tempat antah berantah yang juga tidak mengenalnya. Karena tidak memiliki keahlian lain selain mengotak atik mesin dan mengurus kuda, salah seorang teman lama Jared dari Bradford yang kemarin membeli kudanya menyarankannya pekerjaan sebagai pengurus istal. Tomas mengetahui peternakan keluarga Clark sedang membutuhkan pekerja karena kebetulan dia merupakan pelanggan kuda ras dari peternakan mereka. Termasuk kuda yang berada di istal keluarga Loghan sebagian juga Tomas datangkan dari tempat ini.
Hampir sama dengan daerah utara Yorkshire, negara bagian Kentucky juga masih memiliki padang rumput hijau yang sangat luas. Banyak terdapat peternakan kuda dan memang paling tersohor sebagai penghasil ras kuda thoroughbred terbaik untuk pacuan sebagaimana Kentucky juga terkenal dengan kejuaraan pacuan kuda teramai di negara bagian America.
Setelah setengah hari perjalanan dari kota Richmond ke utara negara bagian Kentucky, akhirnya Jared sampai di sebuah rumah peternakan milik salah seorang keluarga kaya dari Lexington. Keluarga Clark memiliki tanah peternakan kuda ras di kawasan Ford. Rumah peternakan mereka terletak sekitar dua mil dari sisi sungai Kentucky dan sangat terkenal sebagai salah satu peternakan penghasil kuda ras thoroughbred paling unggul di kawasan Ford. Di sinilah Jared sekarang, jauh dari manapun dan tidak mengenal siapapun. Tempat yang tepat untuk kembali menyehatkan isi kepalanya, dia tidak butuh kapsul, dia juga tidak butuh omong kosong para terapis. Dia hanya perlu kebebasan dan kuda-kuda, karena bukan kekayaan yang bisa membuatnya sehat. Jared sedang butuh pertolongan dan dia harus menolong dirinya sendiri.
"Selamat datang anak muda!" sambut Mato Bizil.
"Jared Landon." Jared menyambut uluran tangan pria Indian itu untuk ikut memperkenalkan diri.
Mato Bizil dalah kepala peternakan keluarga Clark, seorang pria berdarah Indian dengan rambut hitam keperakan karena bercampur uban, tapi kulit keriputnya tetap kemerahan layaknya ras Indian. Mata cekung Mato Bizil terlihat dingin ketika menyambut Jared di pintu pagar, namun sebenarnya dia pria yang ramah dan genggamannya mantap ketika mereka berjabat tangan.
"Kau masih muda, seperti gagak hitam!"
"Terima kasih untuk sambutannya, Paman."
"Mr.Clark juga senang mendengar pengalamanmu mengurus kuda di keluarga Loghan."
Tentu siapapun juga mengenal nama keluarga Loghan dan semua bisnisnya di Amerika. Keluarga Loghan memiliki semua pekerja terbaik di bidangnya. Mungkin Mr. Clark hanya tidak akan pernah menyangkan jika telah memperkerjakan pemilik dari kerajaan bisnis tersebut di istal kudanya.
"Aku akan mengenalkanmu pada para pekerja."
Jared mengikuti Mato, mengekor di belakangnya dengan tubuh tinggi gagah paling mencolok dari kejauhan. Jared diajak berkeliling istal dan diperkenalkan pada para pekerja. Dari beberapa pekerja istal yang tadi Mato perkenalkan kepada Jared, sepertinya memang cuma Jared yang paling muda di tempat tersebut, karena anak muda sekarang sudah jarang yang mau bekerja di istal.
"Apa aku juga bisa bertemu Mr. Clark?" tanya Jared yang ingin sekedar mengucapkan terima kasih.
"Mr. Clark jarang tinggal di peternakan."
Keluarga Clark memang bermukim di kota Lexington, tapi mereka memiliki tanah yang sangat luas di bagian utara Kentucky sebagai warisan dari leluhurnya. Tanah tersebut sudah di jadikan tempat peternakan sejak kali pertama di beli keluarganya hingga sekarang.
"Mari kuantar ke pondokmu."
Jared kembali mengikuti Mato Bizil, terus berjalan di belakangnya sambil memperhatikan seluruh bangunan di peternakan tersebut. Sebagian besar masih rumah berbatu merah asli dari bangunan lama, sementara untuk istal kuda sudah merupakan bangunan baru dengan konstruksi baja. Ada lima istal besar bagi masing-masing jenis kuda ras unggul yang letaknya terpisah-pisah dengan lahan pekarangan masing-masing. Selain bangunan rumah utama yang cukup megah, di situ juga terdapat rumah-rumah khusus untuk tinggal para pekerja.
Tanah keluarga Clark memang sangat luas atau mungkin yang terluas jika dibanding peternakan-peternakan tetangganya. Tanah mereka dikelilingi perbukitan rendah dengan pepohonan yang masih rimbun serta terdapat beberapa danau yang airnya tidak mengering di sepanjang musim panas.
"Kau akan bekerja di istal untuk mengurus kuda dewasa, dan yang itu pondokmu!" Mato menunjuk pondok kecil di tepi danau.
"Bersihkan dulu, ada seprai bersih di lemari jika kau mau mengantinya."
Mato cuma mengantarkan Jared sampai di teras, Mato tidak ikut masuk karena harus pergi untuk memeriksa persediaan pakan kuda.
"Semoga kau betah di sini."
"Terima kasih Paman." Jared tidak lupa untuk berterima kasih.
Jared akan menempati pondoknya seorang diri, pondok yang terletak paling jauh dari rumah utama dan jauh dari tempat pekerja lainya. Jared pikir wajar jika pekerja baru mendapatkan bagian tersebut. Jared tidak akan mengeluh dia langsung masuk dan melemparkan ranselnya ke atas kursi rotan. Jared mengganti seprai dengan yang baru dia tarik dari dalam lemari seperti yang tadi juga disarankan oleh Mato Bizil.
Selesai mengganti seprai tempat tidurnya yang beraroma debu dan apek, Jared mengungkit daun jendela agar udara pengapnya bersirkulasi. Sepertinya kamar tersebut juga sudah lama tidak ditempati, daun jendelanya juga agak serat untuk dibuka. Pondok dengan satu kamar dan dapur kecil itu bersebelahan langsung dengan danau, airnya jernih dan tenang menggoda Jared untuk menceburkan diri dan menghapus kepenatannya setelah beberapa jam perjalanan.
Perjalanannya dari kota Richmond memang terasa lebih panjang karena jalan aspalnya semakin menyempit begitu mulai memasuki kawasan Ford. Tapi untung pemandangannya tidak membosankan. Kuda-kuda yang berlarian di savana benar-benar ikut memanjakan mata dan langsung memberinya suplai energi yang luar biasa. Jared langsung tahu jika dia akan sangat cocok dengan tempat ini.
Rumah kekasihnya adalah istal, Jared sudah tidak butuh wanita untuk diajak bercinta di atas ranjang jika sudah berada di atas punggung kuda yang membakar gairah serta nadinya. Tangannya kasar, darahnya panas, dia pria yang akan lepas seperti kuda-kuda jantan di savana. Liar, bebas bergelung dengan alam, tanah, dan hutan.
Jared melepas semua pakaiannya di tepi danau kemudian menceburkan diri untuk berenang. Pondoknya terletak di bagian paling ujung bersebelahan langsung dengan sisi perbukitan yang masih ditumbuhi tanama berpohon tinggi dan pasti akan rimbun di musim semi. Tidak akan ada yang perduli dan tidak akan ada yang bakal melihatnya meskipun Jared berenang sambil telanjang sampai tiba-tiba terdengar pekikan dari seorang wanita yang baru saja terjatuh dari punggung kuda.
Gadis muda itu jatuh terguling ke tanah bukan lantaran terlempar dari punggung kuda yang sedang berlari kencang. Namun dia sendiri yang tiba-tiba menyentak kekang kudanya berhenti karena terkejut.
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta