Share

Part 3 Kehilangan Kasih Sayang Ayah

Empat Tahun Kemudian

Wati menyiapkan barang-barangnya dan anak-anak, termasuk barang Humaira. Hari ini mereka akan pergi ke Berau setelah Jaka resmi bercerai dengan Lintang istri pertamanya.

"Bunda, Humaira apa nanti akan pindah sekolah di sana?" Tanya Humaira pada Wati.

"Tentu sayang. Karena Humaira akan lebih lama bersama Ayah dan Bunda Wati. Kalau Ayah cuti baru Ayah pulang bawa Humaira ketemu bunda Lintang."

"Apa Ayah berantem sama bunda Lintang?"

"Tidak sayang. Ayah dan bunda Lintang baik-baik saja."

"Bunda Wati mau kan anggap Humaira seperti anak Bunda?"

"Tentu saja sayang." Wati mengecup kening Humaira.

"Sudah siap berangkat?" Tanya Jaka yang sedang menggendong Habibi.

"Sudah Bang." Jawab Wati.

Mereka pun diantar bang Rahman dan ibu ke bandara yang tidak jauh dari rumah bu Lastri.

Sementara itu, Lintang kedatangan Dito di rumah yang diberikan Jaka untuknya.

"Mau apa lagi Kamu kesini mas?" Tanya Lintang saat membukakan pintu pagar. Dito langsung menerobos masuk hingga ke dalam rumah.

"Aku dengar Jaka menghibahkan rumah ini untuk Kamu." Sinis Dito.

"Mas, cukup! Mas yang ingin mengakhiri hubungan kita waktu itu? Lalu untuk apa lagi Mas tiba-tiba muncul?" Kesal Lintang.

"Nenek tua itu masuk RS karena Kamu kan Lintang?" Dito mendekatkan wajahnya ke wajah Lintang. "Bukankah sudah Aku bilang, Aku bisa melakukan apa saja kalau Kamu tidak memenuhi keinginanku."

"Uang dan selalu uang yang Mas minta. Rumah tanggaku sedang berantakan, bagaimana mungkin Aku minta uang sebanyak yang Mas minta?"

"Isi rumah ini kan cukup mewah Lintang. Kenapa tidak Kamu jual-jual saja?"

"Sudah cukup Mas kamu memerasku. Aku mohon hentikan! Aku sudah dicerai oleh mas Jaka. Jadi Aku tidak mungkin lagi minta uang. Cuma rumah ini satu-satunya yang Aku miliki." Lintang menangis.

"Kenapa tidak Kamu jual saja rumah ini."

"Tidak bisa Mas. Apa kata Mas Jaka kalau Aku langsung menjualnya."

"Oke lah Lintang, Aku muak dengan berbagai alasanmu. Aku akan mengirim foto-foto kita ke Jaka." Ancam Dito.

"Aku mohon jangan Mas!" Lintang berlutut di hadapan Dito.

"Lalu, bagaimana reaksinya kalau tau, gadis kecil kesayangannya itu bukan darah dagingnya?" Dito semakin menjadi.

"Aku mohon, jangan libatkan Humaira! Dia tidak tau apa-apa Mas, Aku mohon! Silakan Mas ambil apa saja dari rumah ini, yang penting Mas tidak melakukan itu!"

"Lintang, sudah satu bulan Kamu mengabaikan permintaanku. Kamu tau? Aku dikejar-kejar debt collector. Nyawaku hampir hilang. Aku sudah terlalu lama memberi Kamu waktu untuk mencari uang seratus juta, tapi apa? Nikmat sekali hidupmu, tinggal di rumah mewah ini, dapat biaya bulanan dari Jaka. Sedangkan Aku? Harus sembunyi dari satu tempat ke tempat lainnya."

"Apa hubunganku dengan hutang-hutangmu Mas? Apa?" Tanya Lintang kesal.

"Aku tidak peduli, Aku hanya ingin bebas dari kejaran debt collector." Dito mengambil hape androidnya. Dia mengirimkan pesan WA ke Jaka.

"Kamu sedang apa Mas?" Tanya Lintang curiga?

"Mengirimkan pesan untuk mantan suamimu yang bego itu Lintang." Jawab Dito. Lintang langsung berusaha merebut handphone Dito, tapi dia kalah tinggi. Ada panggilan telpon dari Jaka. "Apa Aku perlu mengangkatnya Lintang? Dan Aku katakan sedang bersama Kamu?"

"Jangan gila mas Dito, Aku mohon!!!"

Dito kembali mengirimkan pesan WA, kali ini foto-fotonya bersama Lintang.

"Kamu jahat mas Dito. Kamu keterlaluan." Lintang duduk tersungkur dengan tangisan yang semakin kencang. Dito kembali mengirim pesan WA untuk Jaka.

"Dito, apa yang Kamu lakukan?" Tanya bu Gita yang baru datang.

"Bu, mas Dito mengirim foto-foto itu ke mas Jaka." Lintang menangis memeluk ibunya.

"Belum puas Kamu menghancurkan hidup anakku?" Marah bu Gita.

"Apa? Menghancurkan? Apa Aku salah dengar? Dia yang datang sendiri ke kontrakanku, minta bercinta denganku. Dia yang selalu mencari-cari kepuasan denganku. Aneh sekali. Hahahahaha... " Jawab Dito sinis.

"Cukup Dito, cukup!!!"

"Bersiaplah kalian diusir Jaka dari rumah mewah ini! Bersiaplah kalian jadi gelandangan!" Ucap Dito.

"Maksud Kamu apa Dito?" Tanya bu Gita kesal.

"Menurut kalian, setelah kebohongan kalian, apa Jaka akan tetap membiarkan kalian tinggal di rumah mewah yang dia bangun ini? Konyol sekali kalau sampai dia bisa mema'afkan pengkhianat seperti Lintang. Humaira pun sebentar lagi akan jadi anak yang terbuang."

"Kamu keterlaluan Dito. Bisa-bisanya Kamu libatkan cucuku?!"

"Aku sudah sebulan ini hidup tersiksa, sedangkan kalian hidup bermewah-mewah. Kalian juga harus merasakan bagaimana rasanya jadi gelandangan."

"Kamu tidak punya hati nurani Dito."

"Hati nurani? Hahahaha... Yang Aku perlukan hanya uang dan uang."

*****

Wati dan anak-anak beserta Humaira tiba di rumah bu Lastri. Jaka membatalkan penerbangan mereka. Jaka langsung pergi ke rumah yang dia berikan untuk Lintang.

"Bunda, kenapa ayah tadi menatap Humaira seperti itu?" Tanya Humaira bingung karena Jaka menatapnya begitu tajam. Tatapan kemarahan.

"Bunda tidak tau sayang. Mungkin ayah sedang ada masalah."

"Apa Humaira ada salah Bunda?"

"Tidak ada sayang." Jawab Wati sambil tersenyum. Wati mulai gusar.

Setelah mengobrol dengan bu Lastri ibunya, Wati memutuskan menyusul Jaka ke rumah Lintang. Ternyata yang dia khawatirkan terjadi.

Jaka tidak ingin menemui Humaira lagi. Dia tidak ingin melihat Humaira lagi.

"Kasihan Humaira harus kehilangan kasih sayang ayah." Batin Wati yang masih berada di samping Jaka. "Apa yang harus Aku katakan pada Humaira kalau dia menanyakan bang Jaka?"

*****

Mohon votenya ya readers

Mohon kritik dan sarannya

Terima kasih

Happy reading

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status