Share

Bab 10: Melihatnya sekilas

“Mas, siapa yang duduk di kursi belakang Mas?” tanya Inda mengernyitkan dahi, karena tahu wanita itu bukanlah ibu mertuanya.

“Ketua pondok putri, dia ikut rekaman siang tadi,” katanya mengenalkan Naya.

“Ohh...,” jawabnya singkat tak peduli.

“Tadi mau bicara apa?” lanjutnya.

“Nanti saja kalau begitu, kalau sudah sampai rumah,” kilahnya.

Mentari senja mulai terbenam, menyisakan segaris jingga di langit kelam. Mengiringi Fortuner yang memasuki gerbang pesantren.

“Silahkan Pak Yai, saya sudah menyiapkan teh anget untuk Pak Yai,” sambut wanita ayu kala sang kyai telah memasuki rumah.

“Terimakasih Kana,” ucap Jiddan sambil berlalu.

‘Hah? beliau memanggil namaku tanpa sebutan Mbak? artinya Pak Yai sudah menganggapku seorang wanita yang berharga’ gumamnya bahagia.

***

“Festival music Nusantara dimajukan acaranya bulan September Mas,” ujarnya lirih.

“Lalu bagaimana kepulanganmu?” selidik Jiddan

“Aku bingung Mas, kalau pulang pasti tidak bisa lama di sana, awal November sudah harus balik ke sin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status