Share

Delapan Puluh Enam

"Surprise!"

Seorang gadis berdiri depanku dengan merentangkan tangan ke atas. Wajah yang familiar bagi kami semua. Tentu saja karena ia salah satu saudara istriku.

"Lisa!"

"Hai, Mas Ilham. Apa kabar?"

"Lisa!" Rita berdiri di belakangku menyingkirkan tubuh yang menghalangi pintu masuk. Seandainya tak ada Rita sudah aku usir dari rumah ini. Tak ada Tante Vivi kini duplikatnya malah kembali.

Mereka berpelukan seakan saling merindu. Entah apa rindu benaran atau hanya bohongan. Akting Lisa begitu bagus maka aku tak boleh terkecoh. Mereka semua sama-sama licik dan bermuka dua.

Lisa mengibaskan tangan ke udara telihat tetesan air jatuh di pelipis hingga membasahi kemejanya.

"Gila, panas banget sih! Apa gak ada AC atau kipas angin. Panas banget."

"Iya panas kalau malam apalagi," timpal Rita melirik aku yang sibuk dengan ponsel padahal aku berpura-pura tak dengar.

"Lagian rumah kecil banget apa gak ada yang lain. Lebih besar dan adem. Ini cuma sekamar doang." Kedua mata Lisa nampak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status