Share

Dua

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-21 09:33:17

"Hancurkan mereka semua atau bom saja rumahnya. Aku tunggu kalian di basecamp,"ucapku di ponsel rahasia yang selalu aku simpan di tempat aman.

Aku yakin mereka mengerti perintahku. Suamiku tak tahu siapa aku sebenarnya.

Aku geram melihat keegoisannya. Tak memikirkan perasaan dan hati kami.

Enam tahun menikah, ia tak tahu apa-apa. Lelaki itu hanya tahu aku selalu berada di rumah sebagai ibu rumah tangga. Istri penurut yang selalu memuja suaminya.

Apapun yang dilakukan suami, aku akan mendukung kecuali menikah lagi. Melakukan semua yang selalu menyenangkan hatinya.

Dulu, kami adalah pasangan yang serasi bagaikan amplop dan perangko, ke mana-mana selalu menempel.

Mas Ilham yang masih setia selalu menyanjungku, istri tercintanya. Melakukan hal romantis.

Awal menikah sangat indah. Bayangan yang selalu terlihat jelas di kepala. Tapi, itu dulu kini semua sudah berubah begitu juga diriku.

Benar pepatah bilang. Semakin tinggi jabatan, semakin besar pula godaannya.

Menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Akal sehatku sedikit hilang karena cemburu yang sudah merasuki tubuh. Mungkin lebih tepatnya kali ini aku kesetanan.

Bom akan meledak menghancurkan mereka, bisa juga pecahan kaca atau pecahan lain melukai orang lain yang tidak bersalah. Sungguh jahat diriku sangat jahat.

Keluar dari mobil dengan mondar-mandir masuk kembali ke mobil. Dasar aku, emang bukan wanita jahat. Mana mungkin nekad membom rumah yang nampak megah itu. Aku memang tak pantas sebagai ter*ris atau m*fia.

Mengambil ponselku dan menghubungi anak buahku." Batalkan pemboman ! Kita susun rencana selanjutnya," perintahku pada mereka. Aku juga tak mau profesiku ketahuan mereka.

Otakku mulai berpikir, ide itu akhirnya terlintas juga. Mengetik pesan kepada mereka yang menunggu perintah bos besarnya.

Hanya butuh setengah jam, mereka sudah siap dan sampai di TKP. Melihat dari Ipadku yang selalu kusembunyikan di dalam mobil. Mereka mengunakan kamera tersembunyi yang biasa digunakan untuk menyelesaikan sebuah misi. Tak sia-sia memesan kamera canggih keluaran terbaru.

Lima orang datang dengan alat spryer gendong. Mereka adalah anak buahku datang bersama dua orang petugas dinas kesehatan. Mereka memakai APD suit lengkap dengan peralatan mereka.

Wajah mereka yang duduk di ruang tamu terlihat panik melihat kedatangan petugas dengan pakaiannya setelah bi Inem mempersilahkan mereka masuk.

"Selamat siang! Apa benar Anda Pak Ilham?"

"Benar, saya Ilham. Kalian siapa?" Aku tertawa mendengar ucapan mas Ilham. Suaranya bergetar, dahinya mengernyit heran. Ia terlihat takut begitu juga keluarga Rita.

"Kami petugas penyemprotan disinfektan akan melakukan disinfeksi terhadap rumah Anda."

"Tapi, kami tidak ada yang positif," tolak suamiku.

"Maaf Pak Ilham, salah satu tamu Anda yang baru saja datang ternyata positif. Jadi kami akan membersihkan semuanya dan melakukan tes kepada kalian yang berada di ruangan ini." Aku yakin mereka pasti percaya saja karena situasi kota yang sedang tak kondusif.

"Apa kalian yakin tak salah orang?"

"Kami yakin, karena sesuai dengan alamat Bapak."

Wajah mas Ilham memucat, ia menoleh ke arah Rita. Tak berapa lama lagi. Wanita tua yang berada di samping Rita pingsan dalam keadaan duduk.

"Mama!" Rita menahan tubuh mamanya.

Kakak dan adik Rita segera bangkit dan hendak keluar. Namun, anak buahku menahan tubuh mereka.

"Maaf, kalian harus isolasi mandiri. Dilarang keluar dari ruangan ini sebelum hasil tes keluar." Mereka saling berpandangan dan saling mencurigai.

"Tidak mungkin! Kami sehat dan tak ada tanda-tandanya."

"Mohon kalian ikut prosediur!"

"Tidak mau! Lepaskan!" Mas Ilham diam saja tak membantu perdebatan ipar-iparnya dengan petugas.

Aku hanya bisa tertawa menatap layar kaca dihadapanku. Panik' gak panik' lah masa enggak.

Akhirnya, mereka mengikuti permainanku.

Petugas sedang melakukan SWAB. Kakaknya Rita menolak untuk melakukannya. Ia memberontak ketika alat mulai di keluarkan dari tempat.

Tubuh mas Ilham terduduk lemas. Aku bisa melihatnya pasrah. Ia tak akan bisa ke mana-mana selain berada di dalam rumah. Pada saat itulah aku mulai beraksi masuk ke dalam perusahaannya.

Kelima anak buahku melakukan penyemprotan. Mereka telah meletakkan mini camera di tempat yang aku inginnya. Setidaknya dalam beberapa hari ini, melihat tontonan gratis dari rumah itu. Mungkin, akan ada petunjuk yang lain.

Tunggu saja, aku akan membuatmu tak berdaya. Diam saja di rumah. Jangan ke mana-mana biarkan aku yang bekerja. Selamat menikmati hari pernikahan kalian.

Apakah aku jahat, tentu tidak. Mereka yang membuat aku seperti ini. Welcome Newborn Intan.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
nggak JAHAT Mbak malahan MANTUL biar nyahoo tuh gila selangkangan eeeeeee Nikah siri tidak punya hak dong anak bernazab ke ibunya nggak mikir itu sama aja bohong
goodnovel comment avatar
Dapor Wiwit
bagusssss aku dk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Ektra Part

    Aku menatap langit begitu cerah, begitu juga suasana pagi ini. Wanita berkebaya putih dengan hijab senada duduk di samping pria yang akan menghalalkannya. Suara bayi menangis berada di sampingku. Bayi itu milik Lisa. Lisa telah melahirkan seorang anak perempuan. Bayi mungil berwajah mirip dengan ibunya. "Mungkin dia haus," ucapku mengusap kepala mungil bayi berusia dua bulan..Wanita yang dipercaya menjaga anak Lisa segera mengambil susu dalam botol. Susu itu bukan susu kaleng atau susu sapi. Tetapi, susu asli dari ibunya langsung yang diambil dan disimpan dalam lemari pendingin. Bayi mungil itu langsung menyedot ASI dalam botol dot dengan cepat. "Kasihan, haus ya." Gemas sekali melihat anak itu. Kuusap perut yang semakin membesar. Sebentar lagi anak ini juga lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Ijab kabul mulai di lontarkan. Mas Bro telah memenuhi keinginan Lisa. Ia telah belajar salat dan mengaji. Di hadapan Lisa melantunkan ayat suci Al-Quran. Lisa menerima Mas Bro se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Dua

    Bab 142 "Mas ngapain di situ?" Aku menoleh ke arah belakang, Rita datang menghampiriku. Ia duduk di samping sambil ikut menikmati keindahan malam. "Bagus pemandangannya." "Tadi acaranya meriah banget, ya. Pengantinnya juga cantik dan serasi.""Iya, Intan selalu cantik," pujiku tanpa menyadari perkataan yang terlontar. "Oh, pantesan dari tadi kamu itu lihatin Intan terus ternyata belum move on!" Rita bertolak pinggang. Ia menjewer telingaku hingga hampir terlepas. "Aduh! Aduh! Sakit Rita!" "Kamu tadi bilang cantik." "Intan perempuan pasti cantik masa aku bilang ganteng. Gak lucu kan?" Rita melepaskan tarikannya dari telingaku. Aku mengusap pelan telinga yang kini terlihat memerah. "Kamu itu cemburu aja. Kamu juga cantik, kok. Gak kalah sama Intan." "Apanya cantik. Boro-boro beli skincare, serum atau pelembab. Pakai bedak sama lipstik aja sudah bersyukur." "Kamu gak pakai bedak juga masih cantik." "Gombal! Mana ada?" "Ada, buktinya kamu." Aku mencolek dagu Rita. Bagaimanap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Satu

    Bab 141 Setelah aku menganti pakaian. Aku menghampiri putraku di dalam kamar. Jari mungil Bayu menari di atas buku gambar. Memberikan warna yang tepat dan sesuai. "Bayu sedang apa?" tanyaku lembut dan bersahabat. "Mewarnai," ucap anakku polos. Aku menatap hasil gambar anakku. Ia pandai menggambar dan melukis. Hobi baru saat ini. "Siapa yang mengajari kamu?" "Papa." Kuusap lembut surai anakku. Aroma shampo sejak dulu masih sama dan tak berubah. "Bayu, tadi dipanggil Om Rey kok begitu?" Aku mulai bertanya perlahan mungkin ada hubungannya dengan mimpi Bayu kala itu. Ia mengatakan kalau aku tak boleh menikah. "Om Rey akan ambil mama dari Bayu," ucap anakku polos. Tangannya tak berhenti mewarnai. Aku mengernyit heran, apakah ada orang yang berbicara hal tidak-tidak dengannya."Gak mungkin. Kamu anak Mama. Gak ada yang bisa memisahkan kita." Bayu duduk dan menyilangkan kaki. Tatapan polosnya membuatku semakin gemas. "Dulu Papa nikah lagi dan pergi meninggalkan Bayu. Ia memilih T

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh

    Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Delapan

    Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status