Share

Bab 3

Author: Coco An
Andre akhirnya tiba di jalan tempat dia menurunkanku siang tadi, ditemani Keisya dan anaknya.

Lampu jalan memancarkan cahaya kuning redup, dan angin membawa aroma lembap.

Aku sudah pergi, menyisakan jalanan kosong dan embusan angin laut.

Dia mengerutkan kening, perasaan gelisah samar-samar muncul di dadanya.

Tepat pada saat itu, ponselnya bergetar.

Pesan dariku muncul di layar ponselnya.

[Nggak usah jemput. Aku sudah pulang sendiri.]

Tanpa sadar, dia menghela napas lega.

Tapi, setelah napas itu meninggalkan bibirnya, dadanya terasa semakin kosong.

Aku sedang mengemas barang-barangku di rumah.

Aroma familier dalam kamar ini hampir membuatku tidak bisa bernapas.

Andre menelepon. Aku melihat nama itu menyala di layar tapi tidak menjawab.

Aku tidak tahu apakah harus kesal atau sedih.

Mungkin, aku harusnya tidak menaruh harapan apa pun sejak awal.

Aku ingat pertama kali bertemu Keisya.

Aku berusia sepuluh tahun, baru dibawa pulang ke rumah orang tuaku.

Kupikir, di sanalah impianku dimulai. Sebuah keluarga dan rumah, tempat yang hangat dan penuh tawa.

Tapi saat aku membuka pintu, mereka menggendong seorang gadis lain.

Dia memiliki rambut halus dan mengenakan gaun putih yang belum pernah aku miliki.

"Ini Keisya."

Dengan senyum lembut, ibuku menjelaskan, "Dia tinggal dengan kami selama kamu hilang."

Ayahku menambahkan, "Viona, Keisya lebih muda darimu. Jadi kamu harus pengertian dan menjaga adikmu."

Pada saat itu, saat mendengar kata "pengertian", hatiku seperti tertusuk.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Aku tahu."

Tapi Keisya hanya tersenyum tipis, sorot matanya tanpa kehangatan.

Kemudian aku tahu.

Dia tinggal di kamarku selama bertahun-tahun aku hilang.

Tidur di tempat tidurku.

Memanggil "Ayah" dan "Ibu" kepada orang tuaku.

Mereka benar-benar memperlakukannya seperti keluarga.

Mereka mengatakan dia adalah "anak yang tidak bersalah".

Akulah yang harus belajar untuk menjadi "perhatian".

Suatu kali, dia tidak sengaja memecahkan gelas di meja makan.

Aku baru saja berdiri untuk menolongnya ketika dia langsung menutup tangannya dan menangis.

"Kak, jangan marah. Aku yang salah."

Ibu dan ayah bergegas datang dan segera melindunginya.

Ibu mengerutkan kening. "Viona, nggak bisa lebih lembut sedikit? Dia masih kecil, jangan bikin dia takut."

Pada saat itu, untuk pertama kalinya aku mengerti.

Di rumah ini, setiap kali dia menangis, akulah yang bersalah.

Keisya kemudian disekolahkan ke luar negeri.

Orang tuaku berkata, "Biarkan dia keluar dan melihat dunia, jadi kalian berdua nggak bertengkar lagi."

Tapi sejak saat itu, pandangan mereka terhadapku berubah.

Campuran antara waspada, kecewa, dan tidak ingin mendekat.

Sejak saat itu, aku pun belajar untuk diam.

Di usia ketika semua orang menjauhiku, seseorang muncul. Itulah Andre.

Hari itu sepulang sekolah, aku duduk termenung di bangku dekat gerbang sekolah. Hujan turun deras.

Dia memberiku segelas coklat panas dan berkata, "Nggak usah tersenyum. Aku tahu kamu sedang sedih."

Aku menatapnya, merasa dipahami untuk pertama kalinya.

Setelah itu, dia selalu ada setiap aku habis dimarahi.

Suatu kali, aku menangis dan berkata, "Mereka nggak percaya aku."

Dia duduk di sampingku dan berbisik, "Aku percaya kamu, itu sudah cukup kan?"

Sejak saat itu, cahaya mulai menerangi duniaku.

Dialah orang pertama yang membuatku percaya bahwa "kelembutan" itu nyata.

Dialah satu-satunya penyelamat di masa mudaku.

Saat aku tersadar dari kenangan, pakaianku sudah basah oleh air mata.

Cahaya itu pernah menerangi seluruh duniaku.

Tapi kini, cahaya itu menerangi orang lain.

Bel pintu berbunyi, membuyarkan lamunanku.

Aku pergi untuk membukanya.

Andre bergegas masuk dan memelukku erat.

Dia membawa aroma angin malam dan asinnya laut.

"Maaf, Viona, aku nggak bermaksud meninggalkanmu sendirian."

Suaranya rendah, diwarnai rasa cemas.

"Aku cuma ... lupa waktu."

Sebelum aku bisa bicara, sebuah suara lembut terdengar dari tangga depan.

"Maaf, Viona. Aku yang salah."

Keisya berdiri di sana sambil menggendong anaknya.

Matanya agak merah, dan suaranya bergetar dengan sempurna.

"Salahkan aku, jangan salahkan Andre. Aku yang maksa pergi ke pantai lihat kembang api ...."

Sambil mengatakan itu, dia berjalan mendekat. Tatapannya sangat lembut hingga hampir tak tertahankan.

Andre mengulurkan tangan dan memegang pergelangan tangannya dengan lembut.

"Bukan salahmu, Keisya. Jangan salahkan dirimu sendiri, oke? Itu kelalaian aku."

Aku hanya menyaksikan.

Dia menghibur wanita lain dengan lembut.

Dan tiba-tiba aku mengerti.

Dia tidak menyakitiku dengan sengaja.

Dia hanya terbiasa perhatian kepada siapa pun yang tampak lemah.

Dia pikir itu adalah kewajibannya.

Tanpa menyadari bahwa "perhatian" itu perlahan menghancurkanku.

Udara terasa sunyi senyap.

Aku menonton mereka dan merasa sangat ironis.

Andre terus-menerus mengatakan aku tunangannya.

Tapi di hadapanku, dia melindungi tangan wanita lain.

Bibirku bergetar, tenggorokanku tercekat.

"Andre," bisikku.

"Kamu memang pintar menghibur orang."

Dia terhenti, tatapannya agak bingung.

Aku melanjutkan, "Tapi, kamu nggak menghibur orang yang tepat."

Dia membeku, seolah baru menyadari sesuatu.

Aku melihat ke atas, menatap lampu di langit-langit.

Cahayanya terlalu terang, sampai menusuk mataku.

"Kamu tanya apa aku masih marah?"

Aku menggeleng dengan senyum getir.

"Aku nggak marah lagi. Karena sekarang sudah nggak penting."

Dia mengulurkan tangan, ingin meraihku.

"Viona, aku cuma ..."

Aku mundur selangkah.

"Nggak usah kamu jelaskan. Aku sudah paham."

Suaraku begitu tenang hingga terasa asing bagiku sendiri.

Aku berbalik dan masuk ke kamar.

Saat pintu tertutup, aku mendengar suara hampa yang bergema dalam hatiku.

Bukan suara pecah atau ledakan, tapi hanya suatu keheningan.

Kekosongan itu bergemuruh lebih keras dari segala macam permintaan maaf.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hadiah Ulang Tahun untuk Wanita Lain   Bab 10

    Andre entah dari mana tahu bahwa aku akan menikah dan mulai menghubungiku lagi."Viona, kamu mau menikah?"Andre tampak sedih, matanya tampak putus asa."Viona, tolong beri aku satu kesempatan lagi.""Aku janji nggak akan membuat kesalahan yang sama."Aku menatapnya, tidak merasa tergerak sama sekali."Andre, kita nggak bisa balik lagi.""Aku sudah punya tunangan. Kita sudah nggak mungkin lagi."Andre membeku, menundukkan kepalanya. Suaranya pecah saat berbicara, "Kamu sebenci itu kepadaku?"Aku mendesah dan menggelengkan kepala."Aku nggak benci, aku cuma nggak mencintaimu lagi."Andre terdiam cukup lama sebelum perlahan mengangkat kepalanya."Oke, aku doakan yang terbaik untukmu."Dengan itu, dia berbalik dan pergi.Punggungnya yang menjauh tampak hancur dan kesepian.Setelah Andre pergi, berita bahwa pewaris Keluarga Devandra akan menggelar upacara pertunangan menyebar ke seluruh kalangan.Baru pada saat itulah semua orang menyadari bahwa aku akan menjadi Nyonya Devandra.Mereka yan

  • Hadiah Ulang Tahun untuk Wanita Lain   Bab 9

    Setelah meninggalkan rumah Andre, aku berpapasan dengan seseorang yang kukenal.Nino.Dia bukan anak manja seperti dulu lagi. Dia sudah jauh lebih dewasa dan tenang.Saat melihatku, dia sekilas tampak kaget, lalu dia tersenyum."Viona, kamu kembali.""Kamu tambah cantik, aku hampir nggak kenal."Aku tersenyum tipis. "Nino, kamu juga sudah berubah."Nino menggaruk kepalanya, tampak sedikit malu."Mungkin, kehidupan memaksaku belajar lebih dewasa."Dia melirikku dan tiba-tiba berkata, "Viona, mau ikut aku pulang?""Ayah dan Ibu kangen kamu."Aku sedikit terkejut, tapi tetap mengangguk."Oke."Aku memang sudah berencana untuk pergi ke rumah agar orang tuaku tahu bahwa aku aman.Saat kami tiba di rumah, kami mendapati keributan di depan pintu."Tante, tolong izinkan kami masuk.""Kami sudah sadar kesalahan kami, kami minta maaf."Itu suara Keisya dan anaknya.Mereka dilarang masuk, tapi mereka tetap menolak untuk pergi.Keisya melihatku, sekilas rasa kebencian terpancar di matanya."Viona,

  • Hadiah Ulang Tahun untuk Wanita Lain   Bab 8

    Andre meninggalkan rumah keluargaku dalam keadaan bingung dan sedih, sambil memegangi gaun pengantin.Tempat itu kembali tenang seperti semula setelah kepergiannya.Tapi aku tetap tidak kembali dan tidak pula memperhatikan urusan mereka.Aku kembali ke kota kecil tempat aku tinggal semasa kecil, tempat yang dulu memberiku penderitaan tiada akhir, tapi juga tempat yang sangat kukenal.Sekarang, aku sudah dewasa dan bukan anak kurus yang kelaparan itu.Orang-orang di sini telah lama melupakan gadis kecil yang diculik dan dijual ke sini bertahun-tahun yang lalu.Aku menggunakan tabunganku untuk membeli rumah kecil.Aku sudah lolos sertifikasi guru dan menjadi guru di sekolah dasar terdekat.Orang-orang di sini sederhana dan ramah. Senyum anak-anaknya polos dan murni.Bersama mereka setiap hari, aku perlahan melupakan rasa sakit masa laluku.Seminggu kemudian, aku melihat ponselku dan melihat Andre telah mengirimi lebih dari seratus pesan.[Viona, kamu di mana?][Viona, kumohon kembalilah.

  • Hadiah Ulang Tahun untuk Wanita Lain   Bab 7

    Andre datang ke kamarku sambil membawa gaun pengantin yang rusak itu.Dia membuka pintu dan tertegun oleh pemandangan di hadapannya.Kamarku telah diubah menjadi studio tari anak-anak.Dindingnya dipenuhi foto-foto Kirana yang sedang menari. Sepatu menari serta mainan Kirana berserakan di karpet berwarna merah muda.Barang-barangku telah lama hilang tanpa jejak.Andre menatap dengan mata terbelalak, tidak percaya pada apa yang dilihatnya.Dia memegangi dadanya, rasa nyeri berdenyut ke jantungnya.Ternyata, Viona di rumah ini tidak begitu diperhatikan.Dia tiba-tiba mengerti betapa putus asa dan hancurnya Viona saat ditinggalkan sendirian.Andre memeluk gaun itu dan perlahan keluar dari ruangan.Saat melewati ruang tamu, Nino melihatnya dan berhenti.Andre menatapnya dengan dingin dan berkata dengan suara rendah, "Nino, apa Viona benar-benar keluarga kandungmu?"Mendengar ini, wajah Nino langsung menjadi gelap.Dia kemudian teringat bahwa kamar Viona telah diubah menjadi studio tari.Wa

  • Hadiah Ulang Tahun untuk Wanita Lain   Bab 6

    Setelah gagal meyakinkan orang tuanya sendiri, Andre datang memohon kepada orang tuaku.Begitu dia melangkah masuk, Kirana berlari menghampiri dan mengulurkan tangan untuk meminta gendong."Kak Andre, akhirnya kamu datang! Kirana kangen kamu!"Tapi, pikiran dan mata Andre sepenuhnya terfokus padaku. Dia tidak sempat memperhatikan Kirana.Dia langsung masuk ke ruang tamu. Melihat keadaan ruangan yang berantakan, raut wajahnya langsung kelam."Om, Tante."Orang tuaku meliriknya, tapi tidak berkata apa-apa.Andre tidak peduli. Dia melihat sekeliling dan tiba-tiba melihat selimutnya di sudut ruang tamu yang berantakan.Itu adalah selimut yang aku rajut sendiri untuknya, dan dia sangat menghargainya.Tapi kini, selimut itu tergeletak kotor di sudut ruang tamu.Dia melotot ke arah pelayan, suaranya tajam."Siapa suruh kamu sentuh barang-barangku?!"Kirana ketakutan melihat sikapnya dan menangis.Nino mendengar keributan dan berlari menghampiri.Dia menatap Andre dengan tajam, suaranya kesal.

  • Hadiah Ulang Tahun untuk Wanita Lain   Bab 5

    Hingga waktu makan malam tiba, aku masih belum pulang.Ibu terdengar sedikit kesal. "Kenapa Viona belum pulang-pulang?"Nino yang sedang asyik bermain game menjawab tanpa mengalihkan pandangannya."Dia pasti sengaja, biar makan kita nggak enak.""Bu, biarkan saja dia. Sebentar lagi juga pasti pulang."Ayahku mengerutkan kening dan meletakkan sendoknya."Pergi ke mana sih? Kenapa belum pulang?""Bukannya sudah disusul Andre? Kenapa belum pulang juga?"Ibuku membalas dengan kesal."Siapa yang tahu? Mungkin sudah disusul Andre, lalu dia sengaja ngulur-ngulur waktu.""Sudah dewasa, masih saja cari-cari perhatian.""Andre juga, kenapa dia belum pulang lagi?"Mereka sama sekali tidak mengkhawatirkanku. Mereka malah mengkhawatirkan Andre.Pada saat itu, Andre sedang menyisir seluruh kota untuk mencariku.Untuk menghiburku, dia pergi ke lelang dan membelikan aku kalung rubi mahal.Dia mencoba meneleponku, tapi nomorku tidak aktif.Dia pergi ke tempat-tempat yang sering aku kunjungi, tapi tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status