Hari Senin
Monday..Money Day..Jangan pernah malas di hari Senin..Jangan pernah membencinya..Karena kita tidak akan tau kejutan dan rejeki apa yang akan menghampiri kita di hari Senin..Siapa tau juga jodoh akan datang di hari itu..Keadaan Mazaya berangsur membaik, obat yang diresepkan oleh Daffa masih terus ia konsumsi. Kakinya juga sudah sembuh saat ia berada di Kota Tahu. Satu minggu tidak bekerja serasa satu tahun, banyak karyawan yang ia tidak kenal. Ya, mereka adalah hasil dari perekrutan saat itu. Ia telah mempercayakan tim nya untuk menerima yang menurut mereka layak."Bu Mazaya.." Rinda dan para tim lainnya berseru dengan suka cita saat mendapati Mazaya datang ke Ruangan mereka."Terima kasih atas kerja keras kalian." Mazaya memberikan Beberapa bingkisan untuk mereka, tidak lupa juga cemilan serta kopi."Ibu gak perlu repot - repot begini, kesembuhan Ibu sangat berarti buat kami." Kata Rendi."KeKediaman Burhan tidak pernah sepi, terutama saat weekend. Setelah kesembuhan Mazaya, Eran beserta sang Istri kembali ke Rumah miliknya. Tapi weekend kali ini mereka memilih untuk bersenang - senang dan berkumpul di Kediaman kedua orang tuanya guna melepas kepedihan. "Zaya tolong jemput Abi pulang ngaji bisa gak?" Kata Liam - Kakak Ipar."Pinjam dulu seratus." "Buat apaan seratus?" Liam merogoh saku celananya."Dih serius amat, jadi orang jangan kaku - kaku. Kek kanebo kering." Mazaya meninggalkan Kakak Iparnya yang sudah membawa uang seratus ribu."Lah katanya pinjam dulu seratus." "Itu candaan yang lagi viral di Sosial Media Liam." Kekeh Zafir."Oh kirain beneran mau pinjem seratus, lagian buat apa dia pinjem seratus. Bener - bener ya itu anak, sakit ngawatirin kalo gak sakit nyebelin." Perkataan Liam sontak membuat seisi ruangan tertawa.Sedangkan Mazaya tengah mengendarai kendaraan roda dua miliknya, motor
Masih berada di Yayasan, kedua pasangan tak halal yang baru mengungkapkan isi hati tengah berbincang - bincang agar keduanya saling mengenal satu sama lain. Maryam tidak sengaja lewat dan mendepati keduanya asik mengobrol serta sesekali melempar candaan. Kemudian ia melirik kearah Playground, ia tersenyum hangat dan menghampiri kedua orang dewasa itu."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikum salam." Jawabnya Kompak, Mazaya berdiri dan mencium tangan Maryam."Sudah lama Nak?""Sekitar tiga puluh menit Utadzah, Abi belum mau diajak pulang kalau Nizam belum dijemput.""Saya pun belum mendapatkan kabar lagi dari kedua orang tua Nizam. Mau maghrib juga.""Apa kita ajak Nizam pulang saja Umi?" Usul Daffa."Kita tunggu dua puluh menit lagi, coba kamu hubungi Papa nya Nizam Daf.""Baik Umi." Daffa mencoba menghubungi orang tua Nizam, sedangkan Mazaya dan Maryam menatap kearah playground."Abiyan anak yang penurut, tidak
"Sayangnya kamu benar Mazaya, saya ada janji sama Abi Umi buat makan malam di Restaurant itu.""Apa hubungan kalian berdua?""Abi berniat menjodohkan saya dengan Giana. Tapi seperti yang saya jelaskan tadi, Umi tidak suka dengan wanita itu.""Alasannya?""Karena dia memiliki obsesi besar, dan benar kata kamu. Bad attitude.""Terus sekarang?""Abi mengalah, karena Umi juga menentangnya. Umi mengatakan yang sebenarnya kalau Umi tidak suka dengan wanita itu. Lagi pula saya sekarang punya kamu.""Gak usah ngegombal. Emang kenapa sih harus dijodohin gitu?""Abi tidak suka hubungan yang tidak SAH dimata agama.""Kalau hubungan kita ditentang dan Mas dijodohin lagi gimana?""Hmm.. Kita jalani dulu saja." Daffa tidak ingin banyak berkomentar dan terkesan PHP, karena ia sendiri sangat hafal dengan sikap Ayahnya. ***Mazaya masih terngiang dengan perkataan Daffa waktu itu, Pria ya
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Mazaya dan penolakan yang dilakukan oleh wanita itu, Daffa memilih untuk tidak membahas lagi mengenai pernikahan didepan si wanita. Namun, saat ini ia tengah dihadapkan dengan sang Ayah. "Ayah kenalkan kamu dengan Giana namun ternyata kamu tidak sedikit pun meliriknya. Abi sudah tau dari Umi, Abi rasa memang Giana tidak masuk kriteria kami sebagai menantu idaman. Lebih tepatnya karena etikanya yang kurang baik." Daffa hanya mengangguk."Abi lihat - lihat sepertinya kamu terlibat sebuah hubungan dengan wanita. Benar begitu Daf?""Hmmm.. Masih pendekatan aja Abi.""Benar begitu?""Iya.""Kenapa kamu tidak menikahinya saja? Pendekatan bisa dilakukan saat sudah menikah.""Wanita itu belum siap dengan pernikahan.""Apa jangan - jangan itu wanita yang sama? Wanita yang dibicarakan oleh Umi kamu?" Daffa mengangguk, ia tidak mengatakan sepatah kata pun. "Kenapa harus
Hidup tidak akan seru jika lurus - lurus saja tanpa adanya masalah.Kalau kata orang - orang sih seperti sayur tanpa garam, hambar.Mazaya melangkahkan kaki kedalam Loby Kantor setelah memarkirkan mobilnya. Beberapa orang menyapa, namun beberapa karyawan baru menatapnya sinis. Ia hanya cuek dan masuk kedalam elevator, ternyata didalam kotak besi itu terdapat beberapa orang pula yang menyorotnya dengan sorotan tidak bersahabat. Bahkan ada yang berbisik, kemudian Rinda muncul mendekatinya dan menarik Mazaya untuk tidak masuk kedalam Elevator tersebut."Ada apa Rinda?""Ibu gak liat emang orang - orang disana udah kayak mau mangsa ibu hidup - hidup?""Sudah biarin aja, saya cuek kok.""Duh, kayaknya Ibu belum tau berita ya?""Berita mengenai apa?""Ini Bu." Rinda memperlihatkan tampilan ponselnya, didalam layar benda pipih itu terdapat obrolan grup mengenai dirinya.Mazaya mengerutkan keningnya, ia membaca foto
Berita mengenai dirinya semakin ramai diperbincangkan, sudah tiga hari lamanya berita palsu mengenai dirinya bergentayangan di Perusahaan tersebut. Tatapan hingga perkataan yang tidak mengenakan kerap kali ia rasakan dan dengar dari Karyawan baru. Bahkan hingga saat ini Karyawan baru tidak ada yang tau posisinya di Perusahaan itu."Kami tidak ada yang percaya dengan berita itu, tapi kenapa kamu tidak mengatakan apapun kepada kami Mazaya?" Kata Giono - Direktur Pemasaran.Ya, saat ini ia tengah berada disebuah Ruangan dengan meja oval untuk bertemu para petinggi di Perusahaan tersebut. Termasuk Irawan tidak luput dari pertemuan itu."Karena tidak ada yang perlu saya jelaskan.""Kami tau Mazaya, tapi kalau kamu diam seperti ini bukan kah justru memperkeruh suasana? Apalagi saya dengar kamu sengaja tidak memberitahu posisi kamu disini sama Karyawan Baru. Apa itu bentuk penyamaran kamu?" Tutik - Direktur Keuangan ikut membuka suaranya."Saya
Setelah mendapat ultimatum dari sang Ayah, Daffa tampak memikirkan suatu hal. Ya apalagi kalau bukan mengenai Mazaya. Pasalnya pria itu belum mendapat kalrifikasi atau jawaban dari sang Wanita mengenai rumor yang dikatakan oleh Giana saat itu. Salah dia sendiri karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan tidak ingin membahas hal itu saat berkomunikasi dengan Wanitanya. Saat ini ia tengah berada didalam Ruangan tempat ia bekerja di Rumah Sakit, pesan yang ia kirimkan untuk Mazaya belum juga mendapat balasan dari wanita itu. Bahkan panggilannya pun sempat dialihkan dan kemudian nomor ponsel wanita itu tidak aktif. Hingga akhirnya benda pipih diatas meja kerjanya bergetar dan menampilkan sebuah pesan teks. [Mazaya : Pulang kerja aja jemput aku, aku gak bawa mobil.] Lega rasanya membaca pesan itu, tidak bertemu saat jam istirahat tidak masalah. Yang penting hari ini ia bertemu dengan pujaan hati dan memperjelas rumor yang ia dengar tempo hari. **
Flashback.. “Kamu gak berat apa bawa – bawa raket begitu?” “Enggak, kan Zaya langsung naik ojol dari sini. Jadi gak perlu ikut Bunda ke Parkiran dulu, gak apa – apa kan? Efisien waktu Bunda.” Katanya sembari memilih wortel manis untuk persediaan di Rumah. “Yasudah iya, apa sih yang enggak buat si bungsu.” Disaat Farida dan Mbok Darmi tengah memilih sayur, ada kegaduhan didekat mereka. Sontak membuat Farida memutar tubuhnya untuk melihat apa yang terjadi, ia menatap seorang pria tengah berlari sembari membawa dompet wanita. Sontak membuatnya mengayunkan kaki kanan dan terjegal lah pria itu. Sedangkan Mazaya sendiri merasakan ada yang tidak beres dengan tindakan sang Ibu, ia ayunkan raket tenis yang sedari tadi ia gendong dipunggungnya kearah pria itu. Karena melihat aksi heroik Ibu dan Anak tersebut, para pedagang pria segera mengamankan pria yang diduga copet hingga petugas keamanan datang. “Nama saya Yunita Mahardika, saya pemilik