Share

Model Baru

"Keysa, ayo makan sayang."

Keysa yang baru turun dari kamarnya mengerjap mendengar perkataan itu, matanya menatap Ny. Mira di meja makan sedang menuangkan air mineral ke gelas.

"Kok, bengong? Ayo makan!"

Keysa tersadar dan mengangguk kecil, dengan ragu ia melangkah menuju meja makan dan duduk. Masih dengan wajah bingung melihat sepiring nasi goreng di hadapannya. Bunyi kursi yang bergeser menyadarkannya lagi.

"Ayo dimakan."

Keysa masih ragu, tetapi tetap menurut. Ia memegang sendok dan mulai menyuap ke dalam mulutnya.

"Enak?"

Keysa tersenyum dan mengangguk kecil.

"Itu mama yang bikin khusus buat putri semata wayang mama."

Keysa menelan ludahnya. Ia sedikit bergeser saat Ny. Mira mendekat padanya dan mengelus rambutnya.

"Bagaimana semalam?"

Keysa tak menjawab.

"Kayvi sangat membelamu, 'kan?"

Keysa mengangguk kecil.

"Kenapa kamu tidak menjawab?"

Keysa meringis, usapan yang awalnya sangat lembut berubah menjambak rambutnya. "I-iya, Ma."

"Bagus, kamu harus jadi anak yang baik dan penurut jika masih ingin melihat Kayvi."

Keysa mengangguk kecil, tetapi giginya menggertak kuat.

"Mama lihat kamu punya teman yang cantik."

"Iya, Ma." jawabnya singkat.

"Wah, kamu harus berterima kasih pada saya karena sudah mengizinkanmu sekolah."

"Makasih, Ma."

"Tidak, saya tidak ingin ucapan terima kasih."

Keysa diam dan menegang, ujung matanya melirik tangan yang mendarat di bahunya.

"Saya mau kamu bujuk teman perempuan kamu jadi model di perusahaan mama."

Keysa kembali menggertakkan giginya. "Mama mau rekrut model baru?"

"Ya, kamu sudah tidak bisa diandalkan, setiap hari kamu hanya membuat saya kehilangan uang. Kamu tau, karena kasus kamu klien saya hampir saja memutuskan kerjasama dengan perusahaan saya!" Ny. Mira tersenyum—menatap Keysa tajam sementara gadis itu hanya bisa dia dan menunduk.

"Tapi saya tidak akan menghukum kamu kalau kamu berhasil membujuk teman perempuan kamu menjadi model di perusahaan saya. Kamu mengerti?"

"Kalau Keysa berhasil, apa yang Keysa dapat?" Keysa balik bertanya dengan suara lirih.

Ny. Mira tertawa, mencengkram lengan Keysa dengan kuat. "Kamu masih membicarakan itu saat kamu hampir saja membuat saya mengalami kerugian besar?"

Keysa meringis lagi, sendoknya bahkan terlepas karena cengkraman terlalu kuat.

"Oke." Ny. Mira melepaskan cengkeramannya, menatap Keysa dengan tajam, "Jika itu mau kamu, saya akan membebaskan kamu dari jadwal hari ini jika kamu berhasil."

"Mama serius?" tanya Keysa akhirnya melihat Ny. Mira.

Ny. Mira mengangguk. "Lagipula kamu baru saja bebas dari kasus, orang-orang akan berpikir saya sangat kejam jika saya memaksa kamu bekerja."

Keysa merubah ekspresinya menjadi datar lagi. Matanya mengikuti bayang-bayang Ny. Mira berdiri dan pergi begitu saja. "Jika bukan karena Kayvi, pria dan wanita sialan itu pasti sudah mati sejak lama!"

***

Kayvi berdiri bersandar pada mobil, menatap rumah besar yang ada di hadapannya. Ia menggoyangkan kaki, sesekali menghela napas, tetapi sedetik kemudian senyumnya langsung mengembang melihat seorang yang ia tunggu sedari tadi sudah muncul dengan senyum manis pula dan terlihat sangat bersemangat.

"Keysa jangan lari-lari," tegur Kayvi tertawa melihat Keysa. 

Keysa membuka gerbang dan keluar. "Ayo kita sekolah!"

Kayvi terkekeh, membuka pintu mobil membiarkan Keysa masuk. Ia menutup gerbang rumah lalu segera menuju kemudi dan melajukan mobil.

"Kayvi."

"Iya Keysa?" Kayvi mengerutkan keningnya melihat Keysa yang menjulurkan tangan di depannya, "Apa?"

"Hadiah hari ketiga Keysa."

Kayvi mengangguk dan merogoh kantong seragamnya.

Keysa masih menunggu dengan senyum lebar. "Kantongnya dalam banget, ya?"

Kayvi tertawa, mengeluarkan tangannya yang membentuk finger love. "Love for Keysa," ucapnya dengan kekehan kecil.

Keysa tertawa, menampung dengan tangan dan memasukkannya ke dalam kantong. "Makasih," ucapnya dengan senyum lebar. 

Kayvi mengangguk, mengusap kepala Keysa yang semakin tersenyum. "Maaf ya, aku gak sempat beli hadiah semalam."

Keysa mengangguk dengan senyum manis. "Kayvi."

"Kenapa, Keysa?"

"Tadi mama ngomong sama Keysa," lirih Keysa mulai menunduk.

Kayvi langsung menghentikan mobil dan menatap Keysa.

TIT, TIT, TIT

"Jangan parkir sembarangan dong!"

"Nggak, mama gak pukul Keysa, kok. Kita jalan lagi, ya."

Kayvi bernafas lega dan kembali melajukan mobil. "Ny. Mira bilang apa sama kamu?"

"Mama cari model baru."

Kayvi langsung mengerutkan keningnya.

"Mama bilang, Keysa gak bisa diandalkan lagi," lirih Keysa lagi.

"Key—"

"Keysa gapapa, kok, Keysa ngerti maksud mama." Keysa tersenyum kecil melihat Kayvi yang menatapnya dengan sendu.

"Terus hubungannya Ny. Mira mau cari model baru sama Keysa apa?" tanya Kayvi.

"Mama mau Keysa bujuk Anetta sama Aletta yang jadi modelnya."

"Terus Keysa iya-in gitu aja?"

Keysa mengangguk. "Keysa gak bisa nolak."

"Key, kalau ada yang meminta sesuatu pada kita, kita berhak menerima dan menolak," geram Kayvi melihat gadis di sampingnya itu.

Keysa mengangguk kecil. "Tapi itu gak berlaku buat Keysa."

"Keysa!" Kayvi menggertakkan gigi menahan suaranya, ia menghela napasnya melihat Keysa mulai menunduk lagi. "Kenapa harus Anetta sama Aletta?"

Keysa menggeleng, "Bantu ngomong sama Anet, Alet, ya," pintanya menatap Kayvi lekat sementara laki-laki itu hanya bisa diam memalingkan wajahnya.

"Kayvi," mohon Keysa semakin menatap Kayvi.

Kayvi menghela napasnya lagi lalu mengangguk. Berbelok memasuki kawasan sekolah dan langsung turun membukakan pintu untuk Keysa.

"Keysa, kamu gapapa?"

"Key, kamu gapapa, 'kan? Polisi gak nyakitin kamu?"

"Keysa, kamu tenang saja abang akan selalu percaya sama kamu."

"Iya Key, kita semua percaya sama lo. Semangat ya."

Keysa tersenyum manis, ia sedikit membungkukkan badannya menerima paperbag yang di berikan warga sekolah yang mulai mengerumuninya.

"Maaf, tolong kasih jalan." Kayvi mengambil alih paperbag dan menarik Keysa pergi.

Keysa masih terus tersenyum dan berterima kasih setiap kali ada yang memberikannya ucapan semangat.

"Aku antar sampai kelas."

Rayhan menarik tangan Ester dan berjalan dengan langkah besar dan cepat, menaiki tangga khusus siswi. Sementara sang kekasih hanya bisa pasrah dan mengikut di belakang. Langkah terhenti karena Ester yang balik menahannya.

"Ray—"

"Aku antar sampai kelas." sela Rayhan lebih dulu, sudah bisa menebak apa yang dikatakan kekasihnya itu.

"Sampai di sini saja," lirih Ester.

"Ayo!"

Ester ditarik lagi, masuk ke kelas membuat mereka menjadi pusat perhatian. Matanya bertemu sesaat dengan kekasihnya di sudut seberang, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dan duduk di kursinya.

"Aku akan menjemputmu nanti."

Ester hanya bisa mengangguk, sedikit menyunggingkan senyumnya saat Rayhan mengusap dan mencium puncak kepalanya lalu pergi. Mata kembali melirik ke samping, bertemu lagi dengan mata tajam yang masih menatapnya.

Sementara di seberang.

Kayvi mengepalkan tangannya, giginya beradu hingga mengeluarkan suara dan urat lehernya begitu terlihat jelas.

"Auw, Kayvi sakit."

Suara ringisan itu bahkan tak menyadarkannya dari amarah yang sudah menguasainya.

"Kayvi, sakit."

"Woy, Kay, Keysa kesakitan itu!"

Kayvi tersadar karena teriakan Albi dari belakang dan segera mengalihkan perhatiannya pada Keysa yang sudah meringis mengusap tangannya yang memerah. "Key, lo gapapa?"

Keysa tersenyum dan menggeleng kecil pada Albi.

"Key—"

"Tidak papa, Kayvi, sudah tidak sakit lagi," ucap Keysa dengan senyum.

"Maaf."

Keysa mengangguk. "Kayvi kalau cemburu, ngeri, ya."

"Siapa yang cemburu?"

Keysa tertawa melihat wajah Kayvi yang berusaha untuk tetap tenang.

"Keysa tahu Kayvi cemburu, 'kan, sama Rayhan."

"Nggak tuh, biasa aja." Kayvi memalingkan wajahnya, berusaha sibuk dengan dasinya yang sudah tersimpul rapi. Sedetik kemudian keningnya mengerut dan menatap Keysa. "Keysa kenal Rayhan?"

Keysa yang sudah sibuk dengan bukunya seketika terdiam dan wajahnya menegang.

"Keysa kenal Rayhan dari mana?"

Keysa menelan ludahnya, cepat-cepat ia menggeleng, "Nggak."

Kayvi memicingkan matanya curiga karena Keysa tak mau melihatnya. "Jangan bohong, Keysa kenal Rayhan?"

"Nggak, beneran. Keysa gak bohong."

"Terus tahu nama pacar Ester dari mana?"

Keysa langsung mengalihkan pandangannya pada Kayvi.

"Maksud Kayvi? Bukannya Kayvi sama Ester pacaran? Rayhan pacar Ester juga?" tanyanya beruntun.

Kayvi menggeleng. "Itu gak penting, kasih tau aku Keysa kenal Rayhan dari mana!"

"Kenal aja. Keysa, 'kan, sekolah di sini."

Kayvi masih memicingkan matanya curiga membuat Keysa gugup sendiri, menarik bukunya dan kembali fokus sementara bola matanya tak bisa tenang.

Teng Nong, Teng Nong.

Keysa bernapas lega mendengar bel berbunyi, melirik Kayvi yang kembali menatap Ester yang sedang membersihkan papan tulis. Matanya berubah tajam dan tangannya terkepal mencengkram kertas bukunya. "Sialan dia!"

"Keysa."

Keysa merubah ekspresinya dengan cepat, menatap Kayvi yang memasang wajah sendu.

"Ny. Mira beneran lagi cari model?"

Keysa mengangguk.

"Ester boleh, 'kan?"

"Huh?" Keysa menaikkan alisnya.

"Adiknya Ester ada di panti sosial, papanya juga sakit, Ester lagi cari kerjaan, bantuin, ya."

Keysa semakin terdiam mendengar suara memohon Kayvi. 

"Keysa bisa bicara sama Ny. Mira, 'kan? Ester benar-benar butuh pekerjaan."

Keysa semakin menatap wajah sendu itu, perlahan ia mulai mengangguk membuat Kayvi tersenyum senang.

"Makasih, Keysa."

***

Teng Nong, Teng Nong.

"Sekian pembelajaran hari ini, ingat bahan untuk kerja kelompok untuk besok segera di sediakan."

Semua penghuni kelas menyahut. Mereka sudah sibuk menyimpan alat belajar dan mulai keluar satu per satu dari kelas.

Keysa hampir membuka suara namun berhenti karena Kayvi sudah lebih dulu pergi menghampiri Ester. Ia menatap Kayvi yang berhenti di tengah jalan saat Ester tersenyum menghampiri seorang laki-laki di ambang pintu lalu mereka menghilang. "Rayhan benar-benar pacarnya Ester?"

Keysa mengepalkan tangannya melihat wajah Kayvi yang terlihat menahan amarah, laki-laki itu kembali ke tempatnya dan menendang meja. "Kay—"

"Rayhan sialan!" umpat Kayvi berdiri dan pergi, sementara Keysa hanya melongo di tempatnya.

"Sebenarnya yang pacar Ester siapa sih? Kayvi atau Rayhan?" Albi bertanya, berdiri di samping Keysa.

Keysa mengangkat bahunya mendengar pertanyaan itu, menyimpan buku dengan kasar ke dalam tasnya.

"Key, kantin?"

Tangan Keysa ditarik keluar dari kelas, bahunya dirangkul membuatnya terlonjak melihat siapa pelakunya. "Anet," lirihnya.

Keysa tersenyum kecil saat Anetta juga tersenyum padanya.

Keempatnya masuk ke kantin dan duduk di tempat yang biasa mereka duduki. Albi dan Aletta sudah lebih dulu lari mengejar antrian.

Anetta menatap Keysa lekat, gadis itu berulang kali menghembuskan napas panjang membuatnya kesal sendiri.

"Lo gak perlu sedih Kayvi lebih milih Ester, kita ada buat lo, Key."

Keysa tersenyum lagi. "Makasih, aku gak sedih karena Kayvi lebih milih Ester tapi aku gak suka aja kalau Ester cuma jadiin Kayvi selingkuhan, Kayvi orang baik."

"Makanan datang!"

Albi dan Aletta meletakkan piring di meja, berebutan duduk di samping Keysa yang hanya bisa tertawa sementara Anetta menatap keduanya dengan jengah dan pada akhirnya saudara angkatnya kali ini menang dari Aletta.

"Awas aja lo!" Aletta dengan kesal duduk di samping Anetta. Hampir melempar sendoknya melihat Albi yang mengejeknya.

"Btw Key, lo belum jawab pertanyaan gue tadi." Albi memulai percakapan, ia menatap Keysa yang malah mengerutkan keningnya.

"Menurut lo siapa yang bakal Ester pilih, Kayvi atau Rayhan?"

Keysa langsung memalingkan wajahnya dan memakan siomay.

"Kacang, kacang." Aletta menahan tawanya yang hampir pecah.

Albi mendelik melihat Aletta yang tertawa mengejeknya, berdiri mengetok kepala sang adik dan segera menjauh memeletkan lidahnya.

"Anet!"

"Ya, ya, pengadu!" kesal Albi melihat saudarinya itu mulai memayunkan bibir.

Anetta menggoyangkan tangannya memanggil Albi dan dengan cepat Aletta balas memukul kening laki-laki itu lalu tertawa keras. Sang kakak hanya bisa menghela napas melihat kedua saudaranya itu.

"Jadi, Key, apa jawaban lo?" tanya Albi mengabaikan Aletta yang masih tertawa.

Keysa mengedikkan bahunya.

"Lo nyebelin, ya." Albi mendengus, semakin kesal.

"Es-nya mas, mbak, yang panas boleh minum es-nya." Aletta menggoyangkan minumannya di depan Albi, meminumnya sambil bergoyang membuat Albi semakin kesal saja.

"Anet, Alet, kalian mau gak jadi model?"

Uhuk!

Albi dengan cepat meraih air mineral dan memberikannya pada Aletta.

"Pelan-pelan woy, nanti lo mati."

Aletta merampas botol itu dan menenggaknya.

"Lo serius, Key?"

Keysa mengangguk.

Anetta tertawa dan menyandar punggungnya, "Aneh lo."

"Aku serius, kalian mau jadi model gak? Nanti kalian digaji, kok," ucap Keysa dengan serius.

"Key—"

"Mau ya, please," mohon Keysa menatap ketiganya.

Anetta meletakkan sendoknya, menatap Keysa lekat.

"Anggap aja ini sebagai ucapan terima kasih karena kalian udah bela aku di kantor polisi," ucap Keysa dengan senyum kecil.

Anetta menatap Keysa dengan lekat, tangannya tanpa sadar mengepal melihat senyum gadis itu.

"Aku akan sangat berterima kasih jika kalian menerima tawaran ini. Aku akan menjamin jika kalian mendapat gaji yang banyak, kalian hanya perlu setuju dan tanda tangan kontrak dengan mama," lirih Keysa menundukkan kepalanya.

"Kami gak kekurangan uang, Key," ucap Anetta membuat Keysa semakin menunduk mendengar jawaban itu.

"Lo gak perlu berterima kasih, kita bantuin lo ikhlas," lanjut Anetta, masih menatap Keysa lebih lekat.

"Anetta, pikirkan lagi. Aku akan melakukan apapun untuk kalian asal kalian mau menjadi model di perusahaan mama," mohon Keysa menatap bola mata Anetta.

Anetta mengalihkan bola matanya melihat ke arah lain.

"Oke."

Anetta dan Albi melotot mendengar jawaban sang adik, sementara Keysa sudah tersenyum sangat lebar dengan mata yang berbinar.

"Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Kalau kita ajak lo main, lo harus mau," ucap Aletta dengan senyum melihat kedua saudaranya itu melotot padanya.

"Main ke mana?"

"Jawab dulu mau atau nggak?"

Keysa tanpa pikir mengangguk.

"Oke, gue sama Anetta setuju sama tawaran lo!"

"Let, kita perlu bicara." Anetta berdiri dan pergi, di belakangnya Aletta yang langsung mengikutinya, "Lo apaan, sih?"

"Apa? Gue cari kesempatan biar kita bisa hancurin Keysa"

"Terima tawaran Keysa akan menjadi masalah besar, Aletta!" geram Anetta.

"Net, lo tenang aja. Gue yang akan ngomong sama papa."

"Gue benar-benar gak ngerti sama jalan pikir lo." Anetta benar-benar kesal dan yang lebih membuatnya marah kenyataan jika ia tidak memukul adiknya itu.

"Net, lo tau dari dulu gue pengen jadi model, kan?"

"Ya dan lo terima tawaran Keysa dengan melibatkan masalah pribadi lo. Let, lo harus bisa bedain mana misi mana keinginan lo!"

"Gue punya lo."

Anetta melotot melihat sang adik yang malah tersenyum manis.

"Lo gak akan biarin gue jatuh sendirian."

***

"Keysa ke mobil duluan, ya."

Keysa langsung menatap Kayvi yang sudah menyandang tas dan keluar lebih dulu. Ia menghela napas, menyandang tasnya dan keluar sendiri. Tersenyum saat ada yang menyapanya. Ia menarik pintu mobil, tetapi tidak bisa terbuka.

"Key, kita duluan."

Keysa berbalik dan melambai pada Albi yang melintas dengan mobil di depannya lalu menyandarkan punggungnya ke pintu mobil. Ia melirik sekitarnya dengan helaan napas panjang, memilih duduk di pembatas pohon. Tak sengaja matanya menangkap sosok yang berjalan dengan wajah datar.

"Ray, tunggu gue woy."

Mata mereka bertemu, saling menatap dengan wajah datar sampai seorang dari belakang merangkul dan membuat kontak mata terputus.

"Hy, Keysa," sapa orang itu. 

Keysa tersenyum manis dan sedikit membungkuk.

"Gue Kevin."

Keysa menerima uluran tangan itu, tetapi matanya malah melihat Rayhan yang memalingkan wajah. "Senang bertemu denganmu, Kevin."

"Lo ngapain di sini, belum pulang?"

"Aku sedang menunggu Kayvi," jawab Keysa dengan senyum kecil.

Kevin mengangguk mengerti. "Key—"

"Bacot!" Rayhan langsung menarik Kevin pergi.

Keysa hanya bisa tersenyum melihat Kevin yang melambai padanya namun matanya melihat Rayhan yang memakai helm dan langsung melaju pergi. Ia terkekeh, tetapi matanya berubah tajam. "Senang bertemu denganmu lagi, Ray."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status