Share

Siapa Kamu?

Rubina tersenyum pada Kriston.

"Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina.

"Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya.

"Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan.

Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?

Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu.

"Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum.

"Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya.

Raja Aiden tersenyum.

Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-laki ini tak memikirkan apa pun.

"Tak mungkin seorang manusia tak memikirkan apa pun dalam pikirannya?" tanya Rubina dalam hatinya sedikit cemas.

Raja Aiden tersenyum lagi. "Kamu tak akan pernah bisa membaca pikiranku," ucapnya dalam hatinya.

Rubina menoleh pada Monga masih terfokus pada Maria.

"Aku tak bisa menyentuhnya," gumam Monga dalam hatinya.

Monga hanya bisa berdiri dari jarak dua meter dari tempat Maria. Entah kenapa aura Maria begitu kuat tak bisa memaksakan untuk lebih dekat dari ini.

"Monga," panggil Rubina melalui telepati.

Monga pun menoleh pada Rubina.

"Ada yang aneh dengan Raja Aiden?"

Rubina mencoba mengajak berbicara Monga melalui telepati agar hanya mereka berdua saja yang bisa berkomunikasi tanpa diketahui siapapun.

"Rubina, kita tak perlu membahas yang tidak penting," jawab Monga dalam hatinya.

"Ini penting menurutku?"

"Tak ada yang lebih penting dari Maria."

"Monga, kamu harus mendengarkan aku?"

"Masalah Raja Aiden nanti saja, kita fokus pada Maria."

"Terserah lah, aku sudah memperingatkan mu!"

Rubina terlihat kesal karena jawaban Monga karena itu ia berpaling melihat ke sisi lainnya.

Sesekali Raja Aiden memperhatikan Rubina dan Monga akan tetapi, ia lebih memprioritaskan Maria.

"Aku harus tau apa yang terjadi pada Maria?" tanya Monga sendiri.

"Dengan aura Maria seperti ini, tubuhku akan hangus seperti Rubina!"

***

"Maria," panggil suara misterius itu lagi.

Seketika Maria pun bangun dan melihat sekitar.

"Di mana aku?" tanyanya sendiri melihat sekitar.

Maria tau kalau ia bukan berada di kamarnya. Sekarang ia berada di tempat asing entah di mana.

"Kamu harus memulihkan dirimu sendiri," ucap suara misterius itu lagi.

Lagi-lagi Maria melihat sekitar. Gadis ini berada dalam satu kamar yang begitu asing dengan desain mewah seperti berada dalam istana.

"Aku ada di mana?" tanyanya bingung karena ia merasa sendirian di sini.

"Kamu berada di alam bawah sadar mu," jawabnya.

"Aku tak mengerti!"

"Kamu berada dalam dirimu sendiri, berada di tempat yang tak pernah kamu sentuh ataupun kamu kunjungi."

"Aku tak suka tempat ini?"

Maria sangat benci di tempat sepi karena ia akan merasa sangat sedih meratapi semuanya.

"Kamu harus bisa mengendalikan kekuatanmu sendiri, Maria?"

"Kekuatan apa?"

"Aku tak mengerti ucapanmu?"

"Kamu siapa?"

"Kenapa kamu terus-menerus datang tanpa memperlihatkan wujud aslimu?"

Maria menundukan kepalanya air matanya keluar dengan sendirinya sangat sedih dengan semuanya karena jujur saja ia tak mengerti dengan semua yang terjadi padanya.

"Maria, kamu itu sangat istimewa karena itu kamu berbeda."

"Aku tak mau seperti ini."

"Maria, ini takdir yang harus kamu lalui karena itu kamu harus menerimanya."

"Aku hanya ingin hidup tenang layaknya manusia biasa."

"Tapi, kamu bukan manusia biasa?"

"Jika aku bukan manusia lalu aku itu apa?"

"Kamu akan tau, saat kamu mampu mengendalikan kekuatanmu."

"Aku mau pulang!"

"Kendalikan kekuatanmu."

"Aku tak mengerti ucapanmu, kekuatan apa yang kamu maksud?"

"Kamu akan mencelakai manusia jika kamu tak bisa mengendalikan kekuatanmu."

Maria menangis tersedu-sedu benar-benar tak tau apa yang harus ia lakukan di tempat asing seperti ini.

"Tenangkan pikiranmu dan berkonsentrasi lah."

Maria masih menangis sampai ia pun mau mengikuti apa yang dikatakan suara misterius itu.

Maria pun duduk bersila meletakan kedua tangannya di dadanya.

"Aku tak tau apa yang aku lakukan ini benar atau tidak."

"Aku ingin keluar dari sini, keluarkan aku!"

Hati Maria masih saja campur aduk tak tenang untuk bisa mengendalikan kekuatannya sendiri.

"Maria, kamu harus berkonsentrasi!"

Maria masih berusaha untuk berkonsentrasi karena ia tak ingin terjebak di sini selamanya.

***

Kriston masih menjaga Maria di luar kamarnya. Beberapa kali ia menghembuskan napas panjang.

Raja Aiden pun menghampirinya.

"Hormat, Raja Aiden," ucapnya sembari membungkukkan badannya.

Raja Aiden pun menganggukan kepalanya. Sedangkan Kriston masih menundukan kepalanya.

"Angkat kepalamu Kriston," ucapnya.

Kriston pun menganggukan kepalanya dan menoleh ke arah Raja Aiden akan tetapi, laki-laki ini tak berani menatap langsung matanya.

"Di sini hanya kita berdua saja," ucap Raja Aiden.

Kriston menganggukan kepalanya.

"Karena itu berbicara santai saja bukankah saat kecil kita teman bermain!"

"Sekarang Anda pemimpin kerajaan ini, raja. Aku tak bisa bersikap tidak sopan," jawab Kriston sembari menundukan kepalanya.

"Kamu harus sopan jika banyak orang di sini!"

Kriston melihat sekitar tak ada siapapun selain mereka berdua.

"Aku tau kekhawatiranmu tentang Rubina?" tanya Raja Aiden pelan.

Kriston menganggukan kepalanya. Dari kecil Raja Aiden selalu paling mengerti apa yang Kriston rasakan dan selalu tau isi hatinya.

"Apa wanita itu bukan manusia?" tanyanya lagi.

"Kamu jangan berbicara sembarangan tentang pemilik rumah," jawab Raja Aiden.

Kriston menganggukan kepalanya.

"Siapapun Rubina kamu harus menghormatinya sebagai pemilik rumah?"

"Maafkan saya Raja, saya hanya tak habis pikir dan tak masuk akal atas apa yang terjadi pada Rubina."

"Ada beberapa hal yang seharusnya kamu tak tau karena keadaan ini bukan konsumsi publik."

"Baik, Raja Aiden ...."

"Aku tak akan mencampuri urusan mereka hanya penasaran saja, kenapa Rubina bisa seperti semula?"

"Aku mengerti rasa penasaran dalam hatimu Kriston, bahkan bertanya-tanya kenapa bisa seperti itu?"

Kriston pun menganggukan kepalanya.

"Karena itu lebih baik diam saja cukup simpan dalam hati rasa penasaranmu."

Kriston menganggukan kepalanya lagi. Walau sebenarnya ia ingin bertanya lebih lanjut mantra apa yang Rubina pakai untuk menyembuhkan dirinya.

Kriston pun menghembus napas panjang dan saat menoleh seseorang bersembunyi. Laki-laki itu pun beranjak bangun.

"Biarkan saja," tahan Raja Aiden.

Kriston pun menoleh pada Raja Aiden.

"Dia ingin mengetahui apa yang kita bicarakan," ucap Raja Aiden lagi.

"Harusnya kalau ingin tau tak perlu sembunyi-sembunyi seperti itu gabung saja bersama kita," lanjut Kriston lagi sembari tersenyum.

Seseorang masih bersembunyi dibalik tembok ia tak bisa keluar walaupun sudah ketahuan kalau ia menguping sedari tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status