Share

Mencari Kesempatan

Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu.

"Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana.

Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya.

"Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria.

"Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black.

Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu.

Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya.

"Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black.

Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana.

"Black, kamu jangan becanda denganku?"

Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun buru-buru bersembunyi sebelum ada yang melihatnya.

Seseorang pun masuk ke kamar Maria secara diam-diam.

Secara perlahan seseorang meletakan tangannya ke kening Maria akan tetapi, seseorang itu justru terpental jauh.

"Kurang ajar," gerutunya.

Red masih memperhatikan laki-laki itu beranjak bangun beberapa kali mencoba menyentuh Maria tapi, lagi-lagi terpental.

Laki-laki itu pun pergi dari sana dengan perasaan kesal dan juga marah karena aura Maria begitu kuat.

"Apa benar, Maria titisan serigala hitam?" tanya Red saat mendekati Maria.

Tiba-tiba saja Red pun ambruk. "Aku harus segera pergi dari sini aura Maria begitu besar aku tak bisa jika terus ada di sini."

***

Monga menghampiri Rubina dengan perasaan kesal dan marah.

"Habis dari mana kamu?" tanya Rubina.

"Kamar Maria," jawabnya kesal.

"Kamu masih belum bisa menguasainya?" tanyanya lagi  dengan nada meledek.

Monga menoleh ke arah Rubina dengan tatapan kesal.

"Bagaimana kalau kita coba secara bersama-sama," saran Rubina.

Monga menoleh ke arah Rubina baru terpikir dengan saran Rubina.

"Kita harus mencobanya," ajak Monga sumringah.

"Selama ini kita mencoba sendiri-sendiri karena itu lebih baik kita coba bersama."

"Kita akan tentukan waktunya."

"Besok saja?"

"Bagaimana kalau ketahuan?"

"Tenang, aku punya cara!"

Monga menoleh pada Rubina.

"Kita, campur makanan semua orang dengan obat tidur," bisik Rubina sambil tersenyum.

Monga pun tersenyum menyetujui saran dari Rubina.

Keesokan harinya semuanya makan bersama saat makan malam.

Raja Aiden pun mulai makan tapi, saat akan memasukan sendok ke mulutnya. Laki-laki itu memcium bau asing dalam makanan tersebut.

"Ada apa dengan makanannya?" tanyanya sendiri.

Raja Aiden pun pura-pura menyunyah makanan itu tapi, tak ia telan.

Semua orang menikmati makanan itu kecuali Monga dan Rubina.

"Apa yang mereka rencanakan?" tanya Raja Aiden.

Raja Aiden masih bersikap wajar karena ia sendiri sedang menyelidiki Monga dan Rubina secara diam-diam.

Setelah makan malam, semua masuk kamar masing-masing begitu juga Raja Aiden.

"Apa semuanya sudah tertidur?" tanya Monga dengan suara yang begitu pelan.

"Sepertinya sudah tapi, ..." jawab Rubina sedikit ragu.

"Tapi, kenapa?"

"Aku melihat Raja Aiden tak memakan makanannya dengan benar!"

"Kamu yakin?"

"Entahlah!"

"Kita cek saja."

Secara perlahan Monga pun masuk ke kamar Raja Aiden. Semua penjaga di luar tertidur pulas.

Raja Aiden pun pura-pura tidur untuk mengelabuhi Monga dan Rubina.

"Kamu lihat sendiri kan Raja Aiden tidur!" seru Monga setelah memastikan kalau Raja Aiden sudah tertidur pulas.

Rubina menghembus napas panjang. Ia menoleh pada Raja Aiden, wanita ini tak pernah mempercayai Raja Aiden karena itu sikapnya selalu ketus.

"Yah, sudah kita keluar dari sini kita harus ke kamar Maria!"

"Baiklah."

Monga dan Rubina pun keluar dari kamar Raja Aiden segera ke kamar Maria.

"Apa yang mereka rencanakan pada Maria?" tanya Raja Aiden sendiri setelah Monga dan Rubina keluar dari kamarnya.

Raja Aiden pun bangun dari tempat tidur. Laki-laki ini ingin mengetahui apa yang ingin Monga dan Rubina lakukan di kamar Maria.

Monga dan Rubina pun terjatuh ke lantai.

"Apa yang sebenarnya terjadi di kamar Maria?" tanya Raja Aiden sedikit mengintip dibalik pintu.

Monga dan Rubina beranjak bangun.

"Aku harus mendapatkan kekuatan itu!" seru Rubina menggebu-gebu.

"Tahan Rubina, kita harus bekerja sama," tahan Monga setelah berusaha menyentuh Maria.

Rubina menganggukan kepalanya walau sebenarnya ia sudah terbawa emosi karena tak bisa menguasai tubuh Maria.

Pasangan itu pun berusaha mendekati Maria dengan cara apa pun akan tetapi tubuh mereka selalu saja terpental.

"Tubuh Maria dilindungi sesuatu, apa kamu bisa melihatnya Monga?" tanya Rubina merasa sangat kekalahan.

Monga pun terdiam sejenak dan mulai fokus untuk melihat tubuh Maria mengunakan mata batinnya.

"Astaga," gumam Monga terkejut setengah mati.

"Ada apa?" tanya Rubina penasaran.

"Kamu tak akan percaya jika tak melihatnya secara langsung," jawab Monga masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Rubina pun mulai memfokuskan diri untuk melihat apa yang Monga lihat.

Rubina tak bisa berkata-kata dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Tidak mungkin," gumamnya pelan.

"Kamu percayakan?" tanya Monga serius.

Rubina menganggukan kepalanya.

"Kita keluar dari sini," ajak Rubina.

Wanita itu sudah menyerah untuk bisa menguasai kekuatan Maria karena itu ia merasa sia-sia melakukan semua ini.

Monga pun menganggukan kepalanya karena semuanya sia-sia.

"Dari mana Maria mendapatkan kekuatan sebesar ini?" tanya Rubina penasaran.

Monga tak mengatakan apa-apa karena ia sendiri tak tau.

"Bagaimanapun caranya kita harus melepas semua itu dari tubuh Maria?" balik tanya Monga serius.

Rubina menganggukan kepalanya karena ia sendiri tak tau bagaimana caranya.

Monga menghembus napas panjang. "Kenapa sulit sekali menyentuh Maria?" tanyanya sendiri.

"Aku semakin ingin memiliki kekuatan Maria," gumam Rubina berapi-api.

"Dari mana kekuatan itu?" tanya Rubina semakin penasaran dengan semua yang ada dalam tubuh Maria.

"Apa karena kebangkitan Maria saat ini, mempengaruhi kekuatannya yang ada dalam tubuhnya?"

"Bisa saja seperti itu."

Semuanya dilihat oleh Raja Aiden apa pun yang dilakukan Monga dan Rubina pada Maria.

"Jadi ini tujuan kalian?" tanya Raja Aiden sendiri.

Raja Aiden sudah mempunyai bukti akan tetapi, bukti yang ia punya masih belum cukup. Karena itu raja muda itu pun masih memperhatikan Monga dan Rubina.

"Aku tak bisa menunggu Maria sampai Maria sadar sepenuhnya," gumam Rubina.

"Yah, kamu benar, kita tak bisa diam saja tanpa melakukan apa-apa?"

Monga terdiam sesaat, ia benar-benar tak menyadari ada yang memperhatikan sedari tadi melihat semua yang Monga dan Rubina lakukan.

"Rubina," panggil Monga.

Wanita itu pun menghampiri Monga dan tanpa basa-basi mereka melakukan hubungan suami-istri tanpa rasa malu di ruangan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status