Share

Sisi Lain

Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya.

"Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. 

"Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka.

"Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red.

Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini.

Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini.

Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung.

"Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius.

Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa.

Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kerajaan.

"Sekarang apa rencana kita?" tanya Red serius kaki tangan ketua yang mereka panggil Black.

"Mereka sudah mengetahui pergerakan kita, apa ada pengkhianat di sini?" tanya ketua menatap semua anggota yang ada di tempat ini.

Red melihat ke semuanya mereka menundukan kepalanya.

"Kita kumpulkan semua anggota malam ini kita."

Semua menganggukan kepalanya. Black pun segera pergi dari sana. Kekuatannya begitu besar karena ia juga seorang Serigala yang tak pernah diketahui siapapun.

"Kalian mendengarkan apa kata ketua?" tanya Red lagi.

Semua menganggukan kepalanya.

Black pun mulai melompat dari satu pohon ke pohon yang lain dengan sangat cepat. Di susul oleh Red yang mampu mengimbanginya.

"Anda tau siapa penghianatnya?" tanya Red.

"Entahlah," jawabnya karena ia tak menemukan bukti apa pun.

Black cukup terkejut dengan semua yang terjadi pada saat ini. Rasanya ia seperti kecolongan sampai membuat banyak korban yang tak bersalah mati sia-sia.

"Kita harus bergerak cepat ketua untuk mencegah hal seperti ini lagi?"

Black menganggukkan kepalanya dan mulai melompat lebih cepat dari Red sampai tak terlihat lagi di depannya.

"Aku penasaran siapa sebenarnya dia?" tanya Red sendiri mencoba mengikutinya tapi, jejaknya sudah tak ada.

"Lagi-lagi kalah cepat," gumamnya.

***

Sebuah busur panah pun masuk ke dalam kediaman Raja Aiden dengan kertas kecil yang melipat di busurnya ditangkap langsung olehnya.

"Maria sudah aman, ia berada di kota Oasis di kediaman keluarga Rebery."

Itu isi surat itu dan Raja Aiden pun tersenyum. "Akhirnya aku menemukanmu."

Raja Aiden pun segera ke kamar mandi dan melihat tangannya menghitam.

"Tak ada yang boleh melihatku seperti ini?" tanyanya sendiri.

Raja Aiden pun merendam tangan dengan air panas yang diberikan rempah-rempah sebagai penangkal racun.

Laki-laki itu pun mengigit bajunya sendiri agar ia tak berteriak. Ia merasakan sakit yang teramat sangat sampai membuatnya keringat dingin.

"Aku harus bertahan," gumamnya dalam hatinya.

Rempah-rempah yang sudah diberikan mantra-mantra itu pun mulai menyerap racun itu sampai air yang ada dalam bak mandi itu pun berubah menghitam.

Raja Aiden pun menarik tangannya dari genangan air itu.

"Benar-benar racun yang sangat kuat!"

"Aku tak boleh terkena racun ini lagi?"

Raja Aiden pun membuang genangan air itu dan menganti dengan air hangat yang baru. Ia merendam seluruh tubuhnya.

"Rasanya aku lelah sekali," gumamnya sendiri.

"Apakah kekuatan Maria benar-benar sebesar itu?"

"Ini sangat berbahaya jika kekuatan itu tak tak bisa dikendalikan?"

***

Maria di sambut hangat oleh Rubina, kepala keluarga dari Rebery. Wanita ini seorang janda yang mampu mengangkat keluarga menjadi seperti sekarang.

"Aku senang kamu selamat," ucapnya langsung merangkul Maria begitu sampai di rumahnya.

Maria tak mengatakan apa-apa hanya air mata saja yang terus mengalir tanpa henti.

"Aku turut berduka cita atas kematian orang tuamu," ucapnya lagi sembari mengelus-elus rambut Maria dengan lembut.

Rubina begitu hangat sampai Maria merindukan ibunya yang baru saja meninggal tanpa sebab.

Rubina pun melepaskan rangkulannya. "Kamu pasti lelah karena itu kamu istirahat di kamar yang sudah di sediakan," ucap Rubina sembari menoleh ke salah satu Maid yang ada di sana.

Maria menganggukan kepalanya dan para Maid pun mengantar Maria ke kamarnya.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Rubina terkejut dan juga panik melihat kondisi Monga. 

"Sepertinya ada pengkhianat diantara mereka," jawab Monga pelan.

"Pengkhianat?" tanyanya dan pandangannya tertuju pada Kriston yang baru saja masuk ke dalam.

"Tuan Kriston," panggil Rubina tersenyum masam sembari menoleh pada Monga.

"Aku kira, rumah ini bukan kediaman Nyonya Rubina ... aku merasa terhormat karena berada di sini," ucap Kriston sembari memberikan hormat pada Rubina.

"Tuan, Anda sangat berlebihan silahkan masuk dan ajak para pasukan yang lain untuk tinggal di sini untuk sementara," jawab Rubina masih menoleh pada Monga.

"Terima kasih, aku akan mengambil pasukan yang lain untuk masuk," pamit Kriston.

"Yah, aku akan menyiapkan jamuan makan untuk kalian."

"Sekali lagi terima kasih."

"Rada," panggil Rubina pada kepala Maid di kediamannya.

"Iya Nyonya," jawabnya.

"Siapkan jamuan makan yang lezat untuk para prajurit," perintahnya.

Rada menganggukan kepalanya dan meminta semua Maid yang lain untuk mempersiapkan perjamuan untuk para prajurit.

"Kenapa kamu tak mengatakan kalau Kriston ada di sini?" tanya Rubina berbisik pelan.

"Raja Aiden memerintahkannya untuk mengawal Maria karena itu aku tak bisa menolaknya."

"Bukan itu, kenapa kamu tak memberitahuku sebelumnya?"

"Aku selalu diawasi."

Rubina menghembus napas panjang. "Kalau begitu kamu ikut aku untuk aku obati lukamu."

Monga menganggukan kepalanya.

Maria sudah berada di kamarnya. Keluarga Rebery begitu kaya kamar tamu saja begitu mewah seperti ini. Sampai-sampai membuat Maria sangat terpukau.

"Kamar ini begitu luar biasa jauh lebih besar dari kamarku," gumamnya sendiri.

Entah bagaimana telinga Maria pun berdentum begitu keras sampai ia menutup telinganya sendiri.

"Apa ini?" tanyanya sendiri.

Begitu terdengar suara-suara aneh yang begitu terdengar. Entah apa itu sampai Maria pun menjerit-jerit ketakutan membuat semua orang berhamburan ke kamar Maria.

"Ada apa?" tanya Monga yang lebih dulu ke kamar Maria.

"Sakit, telingaku sakit," jawab Maria berteriak karena telinganya masih berdentum begitu keras.

"Maria, kamu bisa mendengarkan ku?" tanya Monga lagi.

Tak ada respon dari Maria karena gadis itu masih saja menjerit-jerit kesakitan sembari menutup telinganya.

Rubina masuk ke kamar Maria. "Apa yang terjadi pada Maria?" tanyanya melihat ke arah Maria.

Monga mengelengkan kepalanya karena ia sendiri tak tau apa yang terjadi pada Maria.

Maria terus saja menjerit-jerit sampai dari dalam telinganya keluar darah segar yang terus saja mengalir.

Melihat itu semua terkejut dan tak tau apa yang harus mereka lakukan karena Maria masih saja belum tenang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status