#Hamil_Anak_UlarBab 34 : Pilih Siapa?Lucky kembali ke rumah dengan tampang masam, sambil melempar beberapa map yang dibawanya tadi pagi. Endah keluar dari kamar dan menghampiri sang suami yang sudah duduk di ruang tamu dengan ekspresi frustasi.“Mas, kamu udah pulang?” sapa Endah sembari menghampiri sang suami, lalu mengerutkan dahi melihat map berserakan di lantai.Lucky hanya diam dengan mata terpejam. Endah mendekat, lalu memunguti map itu kemudian meletakannya di atas meja. Ia duduk di samping Lucky lalu mengusap dahi ayah dari calon anak keduanya itu.“Mas, udah makan belum?” tanya Endah lembut, ia tahu suaminya itu pasti tidak mendapatkan pekerjaan karena keadaanya yang kacau sekali.“Ah, ya belumlah, seharian keluar masuk kantor dan hanya dapat hinaan.” Lucky mengan
#Hamil_Anak_UlarBab 35 : Keputusan EndahAnjani mengajak Rully dan Radji untuk menemaninya mencari alamat rumah sang mama. Kini mereka mulai memasuki area perumahan tempat kontrakan Endah dan Lucky berada, ia begitu bimbang dengan keadaan wanita yang telah melahirkannya itu. Ia tak mau si benalu itu memperbudak mamanya.“Stop, Rul! Kayaknya ini deh rumahnya, blok G no.15a.” Anjani mengamati isi chat dengan mamanya tadi siang.“Nggak salah, Jan? Kok kecil amat rumahnya!” ujar Radji tak percaya.“Kita turun aja dulu deh!” jawab Anjani sambil membuka pintu mobil.Ketiganya turun dari mobil, lalu memasukin perkarangan rumah yang terlihat gersang itu.“Assalammualaikum .... “ teriak Rully dari depan pintu.&ld
Hamil_Anak_UlarBab 36 : MiripAnjani meringis ngeri dan tak mau menerima uluran tangan dari pria berwajah ala oppa Korea di hadapannya. Matanya menyipit mengamati Pak Huda yang wajahnya amat mirip dengan Si Raja Kobra, siluman ular yang telah menodainya hingga hamil anak ular.Anjani melangkah ke kursinya, lalu duduk. Ia harus tenang dan meredam debaran keras di dada, sembari mengelap keringat di dahi.Pak Arya terlihat menghela napas melihat tingkah jutek dari Anjani. Ia menjadi tak enak hati melihat wajah Pak Huda yang memerah karena uluran tangannya diacuhkan.“Nona Anjani, Pak Huda ini yang menggantikan jabatan direktur sementara menunggu kesiapan Nona Anjani memimpin perusahaan nanti. Sebelumnya, beliau ini adalah direktur di perusahaan cabang yang kami tarik ke sini. Prestasi beliau juga bagus dan bisa diandalkan. Hal ini jug
#Hamil_Anak_UlarBab 37 : Apa dia Chiko?Anjani keluar dari ruangannya, lalu melangkah menuruni anak tangga. Ini hari pertamanya di kantor yang lumayan membuat kepala kliyengan. Ia memang tak berbakat untuk bekerja di kantoran, tapi kalau bukan dia yang melanjutkan usaha papanya ini, mau siapa lagi. Masa mau diserahkan ke Benalu Lucky, ia tak rela.Kaki wanita dengan setelah blezer dan celana hitam itu telah menginjak halaman parkiran kantor, segera didekatinya mobil sport berwarna merah keluar terbaru itu. Akan tetapi, belum sempat ia masuk ke mobil, matanya malah menangkap sosok yang tak asing.Seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan pakaian ala supir berdiri di depan mobil hitam. Ia terlihat sedang bermain ponsel, lalu cepat-cepat membuka membuka pintu mobil saat melihat Maratul Huda melangkah mendekat.Anjani semakin men
#Hamil_Anak_Ular Bab 38 : Pilihan Anjani “Ibu, kamu ke mana saja? Kami merindukanmu.” Tiga orang anak memeluk Anjani bersamaan. Anjani menautkan alis, ia tak pernah melihat tiga bocah ini sebelumnya, tapi ia tak kuasa untuk mendorong mereka menjauh darinya. “Hey, kalian siapa? Mengapa memanggilku dengan sebutan ibu?” Anjani duduk di tempat tidur dan menatap tiga bocah berumur kurang lebih empat tahun itu. “Ibu, kami anak-anakmu. Aku Aries, dia Aruka, dan dia Artha,” ujar bocah laki-laki yang dengan kaos warna hijau. Anjani kembali mengerutkan dahi, apalagi kini tiga bocah satu laki-laki dan dua perempuan itu kini berebutan untuk duduk di pangkuannya. “Hey, jangan berebutan minta dipangku begini!” ujar Anjani yang memang kurang suka dengan anak kecil. Akan tetapi, tiga bocah itu tak mau mendengarkan perkataannya. Kini mereka malah menarik-narik tangan Anjani. “Hey, apa ya
Season 2 (Melahirkan Anak Ular) Bab 1 “Mas, kenapa bayi kita seperti ini?!” teriak Endah histeris sambil menggeleng dan memberi isyarat dengan tangannya agar sang bidan menjauhkan bayi bersisik itu untuk menjauh darinya. “Endah, tenang ah! Jangan teriak-teriak begini, nanti para tetangga pada datang semua ke sini, bakal lebih malu lagi kita,” ujar Lucky, sang suami yang usianya lebih muda sepuluh tahun darinya itu. Endah mengusap kepalanya. Rasa sakit sehabis melahirkan masih terasa nyeri di bagian vitalnya, tapi tak sesakit rasa sesak di dadanya. Anak keduanya malah terlahir dengan menyerupai seekor ular, hewan melata yang paling ia takuti. “Mas, ini gara-gara kamu melanggar mitos! Coba aja kamu mau mendengarkan ucapanku, mungkin anak kita tidak akan terlahir dengan bersisik seperti ular!” ujar Endah dengan mengusap matanya yang mulai mengeluarkan cairan bening. “Endah, kok malah nyalahin aku sih? Kalian itu mungkin keturunan ular, bu
#Melahirkan_Anak_UlarBab 2Bidan Meisya pulang ke rumahnya, dengan pikiran masih terbayang-bayang proses persalinan teraneh yang pernah ia temui selama sepuluh tahun karirnya sebagai penolong persalinan. Endah adalah tetangga satu kompleks perumahan yang sama dengannya. Ia meringis ngeri mengingat sisik-sisik ular di tubuh bayi tak berdosa itu. Dalam istilah medis, yang dialami bayinya Endah disebut Lamellar ichthyosis, kelainan genetik langka pada kulit. Menurut info yang pernah dibacanya, penyakit kulit itu tidak bisa disembuh.“Mei, kamu baru pulang?” tanya sang ibu mertua yang bernama Bu Yeni, mertuanya Meisya.“Iya, Bu, baru pulang.” Bidan Meisya segera bangkit dari sofa ruang tamu, lamunannya langsung buyar.“Eh, kami habis membantu persalinan Bu Endah ‘kan? Yang suaminya pawang ular itu, gimana kondisi anaknya?” Bu Yeni yang hoby ngerumpi dengan ibu-ibu sebayanya itu mulai mencari topik buat o
#Melahirkan_Anak_UlarPart 3[Ma, apakabar? Udah lahiran belum? Anjani belum sempat main ke rumah Mama, masih sibuk terus di kantor.] Endah membaca pesan dari putri tertuanya yang kini sudah menikah itu. Sekarang ia tak bimbang dan khawatir lagi dengan keadaan Anjani, sebab sudah ada pria yang bisa diandalkan yang mendampingi putrinya yang tomboy itu.[Mama baik-baik saja. Iya, tidak apa-apa.] Endah membalas pesan Anjani, ia belum mau kalau Anjani tahu, kalau adiknya terlahir bersisik seperti ular.[Kalau Anjani ke sana, mama mau minta bawakan apa?] Anjani mengirimkan balasan lagi.[Nggak usah bawa apa-apa, Nak. Mama udah senang jika kamu main ke sini.] Balas Endah lagi.[Oke deh, Ma. Udah dulu, Jani mau lanjut kerja lagi.][Iya, Jani.] Endah menyimpan ponselnya ke bawah bantal.Endah kembali melirik bayinya yang kini ada di dalam box. Ia merasa bersalah karena belum bisa mengurus sang bayi itu dengan baik. Walau bagaiman