Share

Hamil Muda
Hamil Muda
Penulis: Choco Almond

BAB 1 (Drama di pagi hari)

Angin berhembus semakin kencang, langit mulai mengeluarkan aura mencekam seakan ingin mengeluarkan semua keluh kesahnya. Walau begitu hujan tidak kunjung turun membuat galau semua orang yang telah menanti.

Sevim Azalia Risqy, gadis cantik yang masih memiliki darah keturunan Jerman yang di turunkan dari kakeknya, ia mampu membuat siapa saja terpesona pada pandangan pertama. Alia kembali melirik jam yang berada di pergelangan tangannya, dia semakin memepercepat langkahnya ke kelas yang berada di lantai dua.

Gara-gara drakor pagi ini ia terlambat bangun dan membuatnya terlambat masuk sekolah. Menurutnya ini hal biasa karena dia sudah terbiasa terlambat seperti ini. Rambutnya yang berwarna pirang dia ikat menjadi satu seperti ekor kuda. Alia tidak terlalu suka rambut tergerai, yang akan membuatnya mudah berkeringat.

Alia tiba-tiba memelankan langkahnya dan akan berbelok arah saat rentena matanya tidak sengaja menangkap sosol laki-laki paruh baya yang memiliki tubuh gempal berjalan ke arah yang ia lewati. Alia berhasil menaiki tanga menuju kelasnya yang berada di lantai dua tanpa ketahuan Pak Bambang, guru tua yang selalu memberikan hukuman yang tidak kira-kira itu. Dengan mengendap-endap Alia masuk kedalam kelas yang terlihat begitu sunyi.

Tidak ada yang benar-benar fokus ke pelajaran, mereka semua hanya memilih diam daripada hari yang sudah suram ini akan berubah benar-benar suram. Di depan sana seorang guru muda yang begitu cantik namun memiliki hati seperti iblis sedang menulis materi yang akan di sampaikan di papan tulis.

“Al”

“Ssstt” Alia memberikan isyarak kepada Sheza dengan jarinya. Sebelum ketempat duduk Alia terlebih dahulu ke banguku guru yang berada di depan, masih dengan cara mengendap-endap Alia menarus tikus mainan yang baru dia beli dari toko online ke dalam tas guru tersebut.

“Cari mati lu” ucap Alham dengan bahasa isyarat, yang di tanggapi kekehan kecil dari Alia.  Bukan Alia namanya jika tidak melakuka hal konyol yag bisa menyesatkan teman-temannya. Namun begitu tidak ada yang berani melawan Alia, jika hal itu terjadi habis sudah nyawa mereka di sekolah ini.

Alia berhasil duduk di bangku kesayangannya yang berada di pojok. Setelah merasa nyaman dalam duduknya, Alia memberika cengiran bodoh. Membuat semua orang yang menatapnya tidak habis fikir dengan tingkahnya.

“Oke, hari ini kita akan membahas ......” semua orang terdiam termasuk Alia, namun Alia bukan diam karena memperhatikan, melainkan dia sedang asik membaca cerita yang berada di aplikasi kesayangannya.

Dua jam berlalu, saat guru cantik itu ingin mengambil ponsel dari tasnya, ia begitu terkejut saat tangannya menyentuh sesuatu di dalam tasnya. Ia menjerit ketakutan saat mengetahui ada tikus di dalam tasnya. Semua orang yang berada di dalam kelas mencoba menahan tawa meliahta reaksi guru itu. Bahkan Alia hampir menangis menahan tawa.

Karena begitu terkejut, bu Siska sampai naik ke atas kursi setelah melempar tikus itu sembarangan.Dia begitu geram dengan tikah anak didiknya ini, dia menatap tajam seluruh kelas. Semua murid yang awalnya menahan tawa kini merubah espresinya seolah tidak tahu apa-apa.

“Kerjaan siapa ini.” Bentak bu Siska dengan mata yang seakan ingin keluar. semua orang terdiam saat mendengar bentakan bu siska.

Melihat teman-temannya yang hannya diam saja, Alia membuka suara, “Lah, mana kita tahu bu, itu kan tas ibu.” Diam merubah ekspresinya sepolos mungkin, agar guru itu tidak curiga.

“Ini pasti kerjaan kamu!” tuduh bu Siska menunjuk Alia.

“Apa salah saya bu, hingga ibu menuduh saya begitu.” Jawab Alia dengan wajah yang dia buat sesedih mungkin dan memegang dadanya.

“Siapa lagi yang suka iseng kalau bukan kamu.”

“Lah si Ucup kan juga suka iseng bu.” Mendengar jawaban Alia yang menuduh orang yang tidak ada di kelasnya membuat seisi kelas tertawa.

“Diam kalian !” bentak Bu Siska, saat kelas terdengar riuh oleh tawa.

“Ibu kog emosi, PMS ya ?” wajah bu Siska semakin memerah saat Alia meggodanya.

“Akan saya laporkan kamu ke BK”

“Yahhhh ..... bu, ibu kog baperan sih.” Teriak Alia saat bu Siska meninggalkan kelas.

Setelah bu Siska benar-benar pergi, suasana kelas menjadi ramai dengan gelak tawa. Mereka semua melepaskan tawa yang mereka tahan saat berhadapan macan pms.

“Mampus lu Al.” Ucap Alham dan kembali menertawakan ke tidak beruntungan Alia.

“Oyy diem dulu dah lu pada, dengerin gue,” Alia menyuruh mereka semua untuk diam. “Entar kalau si Bambang ke mari, kita pura-pura kagak tahu aja. Awas aja lu pada ember.” Lanjut Alia dengan nada ancaman hasnya.

Benar saja tidak lama setelah itu, bu Siska datang bersama pak Bambang ke kelas. Bu Siska mengadukan apa yang terjadi di dalam kelas ke pak Bambang, bahkan dia menuduh Alia sebagai tersangka utamannya. Alia yang dituduh seperti itu hanya bisa terdiam dan berekting sesedih mungkin.

“Benar ini kerjaan kamu Alia.” Tanya pak Bambang dengan nada tegas. Tangannya tidak berhenti memlitir kumisnya.

“Masak anak sebaik dan semanis Alia berani melakukan itu pak,” jawab Alia dengan mengeluarkan pupil eyes nya.

“Jujur saja Alia, nggak mempan kamu seperti itu ke bapak.”

“Lagian pak, mana buktinya kalau itu kerjaan Alia, itu kan tas bu Siska sendiri, siapa tahu keponakan atau nggak adik bu Siska yang tidak sengaja memasukan mainan itu ke dalam tasnya,” Omel Alia kepada pak Bambang. “Ibu dan bapak bisa saja saya laporin ke komnas ham, dengan tuduhan pencemaran nama baik anak di bawah umur.” Lanjutnya dengan wajah yang begitu sedih, bahkan ada air mata yang turun membasai pipi chubby nya.

“Benar kata Alia, bapak sama ibu nggak bisa menuduh Alia begitu saja tanpa bukti, kalian kan guru panutan kami.” Imbuh Alham dan memeluk Alia. Dan semua itu mendapat agukan setuju dari semua orang yang berada di dalam kelas.

Merasa kalah suara akhirnya pak Bambang dan bu Siska meminta maaf kepada Alia dan kelas berakhir begitu saja, padahal masih ada satu jam lagi mata pelajaran bu siska.

“Dasar ratu drama.” Komentar Sheza saat bu Siska dan pak Bambang pergi dari kelas mereka.

“Dosa nggak sih kita ngerjain guru kaya gitu.” Ucap seorang siswa yang duduk di pojok depan dekat pintu.

“Alah mereka berdua itu sesekali harus di kerjain seperti itu, Ya nggak Al.” Jawab Brian sang ketua kelas.

“Yoi, hampur mati gue rasanya, jantung gue berdetak,”

“Kalau kagak berdetak lu mati tulul.” Sheza menoyor kepala Alia, berharap otak dia kembali ke tempat semula. Dan mereka kembali tertawa melihat tingkah Alia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status