SMA BIMA SAKTI
Begitulah yang tertulis di depan sekolah tempat Alia menuntut ilmu, sekolah swasta yang bertaraf internasional, sudah ribuah siswa yang lulus dari sekolah ini dan rata-rata berhasil masuk ke perguruan tinggi di luar negeri. Dengan alasan itu Alia masuk ke sekolah ini berharap ia bisa berkuliah di tanah kelahiran kakeknya. Alia tidak memiliki banyak sahabat, namun dia tetap terkenal dengan keramahannya dan sifatnya yang mudah bergaul. Sejak kecil hingga usianya 17 tahun ini Alia hanya memiliki dua sahabat Sheza dan Alham, mereka bertiga di pertemukan saat berada di taman kanak-kanak, dan bersahabat sampai sekarang. Bahkan orang tua merekapun menjalin persabatan juga, walau terbungkus dengan kata mitra bisnis.
Sheza Shafryya Ardani, putri bungsu dari keluarga Ardani. Dia memiliki satu abang yang saat ini sedang menjalin bisnis di Amerika. Menjadi putri orang kaya adalah impian banyak orang namun semua itu tidak berlaku oleh pikiran Sheza. Jika boleh meminta kepada tuhan, dia ingin terlahir di keluarga yang sederhana yang selalu ada waktu untu keluarga dan tentu saja penuh cinta.
Yang kedua Alham Khairan Azmi, Putra tunggal dari keluarga Azmi ini sejak kecil selalu di limpahi oleh kasih sayang dan harta yang berlimpah. Ayahnya memiliki usaha pariwisata sedangkan bundanya ibu rumah tangga yang memiliki bisnis online yang tersebar di seluruh dunia. Bahkan kami berdua suka di maja oleh bunda Kanaya, kami sudah di anggap anak sendiri saat berada di istana Alham.
Back to school.
“Za, entar pulang sekolah berenang yuk” ucap Alia memecah keheningan di antara mereka bertiga. Saat ini mereka bertiga sudah berada di kantin dengan semangkuk bakso di depan mereka.
“Entar gue di jemput”
“Tumben?” Alia memincingkan mata seolah tidak percaya. Walaupun mereka orang kaya, mereka tidak pernah membawa kendaraan pribadi ke sekolah. Mereka memilik naik angkutan umum kalau tidak taxsi.
“Abang gue pulang.”
“Serius. Bang El pulang?”
“Biasa aja kali.” Ucap Sheza dan Alman bersamaan saat melihat Alia begitu antusias.
Bukan menjadi rahasia umum lagi, Alia sudah menyukai bang El sejak dia berada di bangku SMP. Ia kira itu semua hanyalah cinta monyet saja, namun seiring berjalannya waktu rasa itu semakin lama semakin nyata. Puncaknya saat Alia berada di bangku kelas 8 dan bang El saat itu kelas 12.
“Sirik aja lu pada,”
“Sadar Al, bang El sudah ada yang punya.” Ucap Sheza membuyarkan lamunan Alia tentang bang El.
Wajah Alia yang ceria seketika berubah menjadi sedih, ia teringat tragedi enam bulan yang lalu saat dia berkunjung ke rumah Sheza. Waktu itu sore hari yang begitu cera, Sheza, Alia dan Alham di kejutkan dengan kedatangan mama Sasa ke kamar Sheza. Dan yang lebih mengejutkannya lagi mama Sasa sedang melakukan video call dengan bang El, dan mengenalkan tunangannya kepada mereka. Alia yang begit syok lalu pergi pulang tanpa berpamitan.
“Kenapa lu ingetin lagi sih.” Omel Alia dengan wajah yang tidak bersemangat. Bahkan bakso yang tinggal sedikit di mangkuknya ia tinggalkan begitu saja.
“Abang gue brengsek Al, gue nggak mau lu di kecewain sama dia.” Ucap Sheza begitu tulus.
“Tenang, Sebelum janur kuning melengkung, gue pasti dukung lu Al.” Alham menepuk pelan punggung Alia dan tersenyum lebar.
“Kompor-kompor.” Cibir Sheza menanggapi ucapan Alham
“Jangan dengarkan dia Al, dia adik ipar lucnut.” Alham nenuncuk Sheza dan menjulurkan lidah.
“Terus gue harus percaya siapa?”
“Percayalah kepada Tuhan, karena tanpa Tuhan lu kagak bakal ada di sini.” Ucap Alham dengan lantang dan penuh percaya diri. Dan semua itu membuat Alham mendapat timpukan tisyu dari Alia dan Sheza.
Waktu berlalu begit cepat, tinggal beberapa menit lagi bel pulang sekolah berbunyi. Sheza sudah sejak tadi mengemsi semua bukunya, sedangkan Alham, sejak di mulainya pelajaran ia sudah pergi ke alam mimpi. Bukan hanya Alham saja, hampir sebagian dari seisi kelas juga pergi ke alam mimpi. Sedangkan pak Krisna dengan santainya menjelaskan materi di depan tanpa memperhatikan murid-muridnya.
“Pak !” ucap Alia keras yang mengagetkan seisi kelas, merek yang tidur dengan sigap lalu menegak kan tubuhnya.
Alia yang kembali menjadi pusat perhatian hanya senyum-senyum tidak jelas dan melambaikan tangannya seolah tidak terjadi apa-apa.
“Ada apa Alia ?” tanya pak Krisna, dan melepas kacamata bacanya.
“Pulang pak, saya sudah lapar.” Jawab Alia polos dan tersenyum lebar. Sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepala termasuk pak Krisna.
“Masih ada 5 menit Alia.”
“Kan kita perlu beres-beres pak.”
“Yasudah, kalian boleh beres-beres.” Putus pak Krisna, beliau tidak ingin berdebat dengan anak ajaib seperti Alia. Dengan semangat 45 mereka lalu membereskan buku-buku mereka dan bersiap untuk pulang.
“Ham, bangun kebo, lu mau pulang kagak?” Alia lebih keras menggoyangkan tubuh Alham agar cepat bangun. Namun dasarnya Alham ini seperti kebo, susah sekali di bangunkan.
Alham baru bangun saat kelas sudah sepi, ia kira tinggal dia sendiri di kelas, namu ternyata masih ada Alia dan Sheza yang menungguinya.
“Udah tidurnya, Lu tidur apa mati suri sih.” Sheza menatap sinis Alham yang baru saja bangun. Alham yang di tatap seperti itu hanya tersenyum bodoh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Udah yuk pulang, laper gue.” Lerai Alia sebelum Sheza dan Alham bertengkar.
Denga wajah cemberut Sheza terlebih dahulu keluar dari kelas, dan di ikuti Alia dan Alham di belakangnya. Di luar masih terlihat ramai, rata-rata mereka menunggu jemputan dan mengikuti kelas tambahan. Alham berjalan dengan cool di samping Alia.
Sheza tiba-tiba berhenti saat melihat segrombolan laki-laki sedang berkumpul di pinggir tangga untuk turun. “Gue deg degan guys.” Ucap Sheza dengan memengang dadanya.
“Gaya lu nyet.” Tangan Alham begitu lancar menoyor kepala Sheza.
“Sirik aja lu anak unta, dasar jomblo”
“Pepet aja Za, lagian si Bima juga masih jomblo.”
“Lu gila Al, malu lah gue. Masak iya cewek yang gejar-ngejar cwok.”
“Emang lu punya malu ?”
“Lu kira, gue itu lu, yang suka malu-maluin” jawab Sheza sinis dan menendang kaki kiri Alham karena emosi dan kembali berjalan meninggalkan Alia dan Alham.
“Lah si ogeb, katanya malu eh tahunya ninggalin.”
“Ribut aja, ayok buruan, sebelum nenek sihir ngamuk lagi.” Alia lalu menarik tangan Alham agar segera ikut berjalan.
Bima dan gengnya sedikit menyingkir saat Sheza, Alia dan Alham lewat, mereka tidak igin mencari gara-gara dengan 3 orang itu jika masih ingin bersekolah dengan damai di sini.
Di luar gerbang seoramg pemuda tampan sudah berdiri gagah di depan mobil mewahnya. Siapa lagi kalau bukan Taqi Shakel Arandani, yang sering di sebut bang El. Laki-laki itu telah mencuri perhatian banyak sisawa yang keluar dari sekolah, tampangnya yang menawan dengan wajah yang terlihat seperti bule membuat banyak orang salah fokus. Mereka bertiga berlari kecil ke arah bang El yang sudah menunggu dengan wajah garangnya.
Di luar gerbang seoramg pemuda tampan sudah berdiri gagah di depan mobil mewahnya. Siapa lagi kalau bukan Taqi Shakel Arandani, yang seding di sebut bang El. Laki-laki itu telah mencuri perhatian banyak sisawa yang keluar dari sekolah. Tampangnya yang menawan dengan wajah yang terlihat seperti bule membuat banyak orang salah fokus. Mereka bertiga berlari kecil ke arah bang El yang sudah menunggu dengan wajah garangnya.“Eh ada bang El yang gantengnya ngalahn Manurio.” Sapa Alia dengan centilnya. Bahkan senyumnya tidak luntur sejak melihat bang El dari Aula sekolah.“Masuk.” Titah El dengan intonasi yang dingin dan mengabaikan sapaan Alia.“Bang ....” Sheza mengurungkan niat untuk berbicara saat melihat wajah bang El yang terlihat galak dengan mata melotot. Dengan patuh Sheza lalu masuk ke dalam mobil samping kemudi, dan bang El sediri yang mengemudi mobil itu. Dari dalam mobil Sheza melambaikan tangan untuk kedua temannya.
“Assalammualaikum” ucap Alia saat masuk ke dalam rumah.Alia menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tamu, ia kembali merasa sedih saat melihat kenyataan yang sedang dia hadapi. Menjadi anak tunggal bukanlah hal yang Alia inginkan, namun mau bagaimana lagi ini sudah menjadi takdir dari Tuhan.“Eh non Alia sudah pulang, maaf ya non Mbok nggak tahu kalau non sudah pulang.”Alia lalu merubah posisi duduknya menjadi lebih tegap dan tersenyum simpul “Nggak papa Mbok, Mbok lagi masak ya?”“Iya non, kata Ibu nanti malam akan ada tamu.”“Mami di rumah ?”“Loh udah puang sayang ?” sapa wanita paruh baya yang baru saja keluar dari dalam rumah.“Kog tumben mami di rumah ?” dengan sedikit memincingkan mata, Alia mendekati sang ibu.“Tumben sekali anak mami kepo ?” jawab sang ibu dengan kerlingan mata genitnya, lalu meninggalkan Alia.“
Tawaku hampir saja pecah saat melihat Sheza menganggukan kepala sebagai jawaban Alham. Sungguh lanknat sekali mereka ini. Kami kembali meneruskan membuat satai sayur sambil mengobrol, sedangkan para mama sibuk di dapur membuat beberapa cemilan.“Anak-anak bantuin bunda dong.” Panggil bunda Yasmin dari arah dapur.“Oke bun.” Teriakku dan berlari kecil ke arah dapur. Meninggalkan forum bergibahan dengan Sheza dan Alham, bisa nambah banyak doaku kalau terus bersama mereka.“Kasih ini ke El ya sayang.” Bunda Yasmin menyerahkan semangkuk bumbu yang sepertinya bumbu daging.“Laksanakan bun.” Ucapku tersenyum manis.Wajah Alia tidak berhenti tersenyum, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia sedang menagis, menangisi dirinya sendiri. Ia semakin di buat hancur saat ia melihat El tertawa lepas dengan seorang wanita, yang terlihat begitu cantik.Bahkan wanita itu juga bercanda dengan ayahnya, Alia semakin m
Tidak ada siapa-siapa dia sana, hanya ada Alia dan sebuah kotak di depannya. El langsung memeluk tubuh Alia saat melihat isi di dalam kotak. Papi Rizqi yang ikut melihat isi dalam kotak misterius itu lalu membuangya ke tempat sampah.“Sssttt,, tenang Al” ucap El lembut dan mengelus punggung Alia.“Minggir, ini pasti kerjaan lu kan.” Tuduh Alia dan mendorong tubuh El sampai jatuh.“Maksud lu apa Al.” Bentak El tidak terima di tuduh seperti itu. Papi Rizqi lalu memeluk Alia saat dia melihat Alia akan menyerang El.“Karena cuam lu yang benci sama gue.” Teriak Alia di dalam pelukan sang papi.“Alia, dengarkan mami.” Ucap mami Yuli memegang punda Alia dan memaksa tubuhnya agar menghadap ke tubuh mami Yuli. “Dengarkan mami sayang.” Lanjutnya saat Alia masih saja menangis histeris, dan menatap El tajam.“Tidak ada apa-apa sayang, itu hanya kotak kosong.” Mami Yuli k
Dengan semangat Nadia menarik tangan El dan membawnya duduk di samping Alia. Alia sedikit membuang muka dan kembali melanjutkan makannya.“Ngomong-ngomong minggu depan kalian bertiga ujian kan ?” tanya mama Sasa memulai obrolan. Mereka bertiga mengangguk kompak sebagai jawaban untuk mama Sasa.“Kalian bertiga mulai nati malam tidur di rumah mama aja, buat mantau belajar kalian. Buat Alia jangan khawatir, biar mama yang bilang ke mami kamu nanti.” Keputusan sudah di ambil paksa sama mama Sasa, kami bertiga tidak akan berani protes sama sekali.Alia POVSebenarnya aku sedikit kurang setuju saat mama Sasa mengambil keputusan ini, tapi mau bagaimana lagi, menurut kami titah 3 mama sudah seperti titah ibu ratu yang harus kami patuhi.“Alia.” Aku sedikit tersentak saat mama memanggil ku. Entah sejak kapan aku mulai melamun dan tidak fokus seperti ini.“Ada apa sayang ?” lanjutnya
Tidak terasa satu minggu kami lalui di rumah ini, kami bertiga benar-benar di tuntut untuk belajar dengan giat. Semalam papi telpon dia bilang belum bisa pulang ke Indonesia, keadaan oma masih belum stabil. Dan mereka ingin aku tinggal lebih lama di rumah Keluarga Sheza, dengan senang hati mama menerima aku di keluarga ini.Dan selama satu minggu ini, aku jarang sekali melihat bang El, yang aku dengar dari mama di kantor ada sedikit masalah yang mengharuskan bang El lembur dan pulang larut malam dan berangkat pagi buta.Sedangkan papa Yahya, setelah tiga hari kami di rumah ini, dia pergi dinas ke Spanyol. Mengurus bisnis yang baru ia dirikan, sebenarnya dia sudah menyuruh bang El untuk mengantikannya. Namun saat itu perusahaan yang bang El pimpin sedang mengalami kendala. Jadi papa sendiri lah yang harus pergi kesana.Sudah dua hari ini kami libur sekolah, mereka memberika konpensasi untuk kelas tiga yang akan ujian besok hari senin. Kami menghabiskan libur kami
SHAKEL POVSeperti yang kalian kenal, namaku Taqi Shakel Ardani, keluarga dan orang-orang yang dekat denganku memanggilku El, sedangkan orang luar memanggilku Taqi. Semenjak aku pulang ke Indonesia, kehidupanku yang tenang seketika menghilang, beginilah koesekuensi yang akan aku dapatkan jika sudah mengambil keputusan untuk pulang.Hampir satu minggu ini rumah menjadi semakin ramai karena kehadiran dua makhluk yang sangat menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Alia dan Alham, menghadapai Sheza aja aku sudah pusing, ini di tambah dua curut yang kagak kalah usilnya.Malam ini aku harus kembali lembur di kantor, ada sedikit masalah di sana yang mengharuskanku bekerja lebih keras dari yang lain. Pukul satu dini hari aku baru sampai rumah, keadaan rumah sudah sangat sepi, lampu-lampu pun sudah di matikan. Kecuali lampu di ruang tengah, dan kenapa lampu di dapun juga masih hidup. Padahal biasanya lampu di sana yang pertama kali di matikan.Apa mama masih terjaga ?
Alham melirikku dan menatap Alia dengan curiga, beberapa kali dia memancing Alia agar mengatakan yang sejujurnya namun usahanya sia-sia, karena Alia pintar sekali mengalihkan topik“Assalammualaikum.”Kami semua menoleh ke arah pintu masuk dan menjawab salam bersamaan. Di sana Nadia sudah berdiri anggun dengan setelan olah raga.“Waalaikumsalam,”“Duh, maaf ya kalau Nadia mengganggu sarapan kalian semua.” Ucap Nadia sedikit tidak enak.Bunda lalu menyuruh Nadia untuk bergabun di meja makan “Nggak papa Nad, gabung aja yuk. Pasti kamu belum sarapan.” Dengan senyum manis, bunda menyiapkan tempat untuk Nadia“Tante tahu saja, tadinya Nadia mau ngajak El makan bubur yang waktu itu.” Jawab Nadia dengan malu-malu “Ternyata El nya sudah makan.” Lanjutnya dengan wajah yang dibuat sedih.aku menghebuskan nafas kasar, drama apalagi yang akan aku hadapi hari ini. Aku menatap