Share

BAB 2 (Ketemu Bang El)

SMA BIMA SAKTI

Begitulah yang tertulis di depan sekolah tempat Alia menuntut ilmu, sekolah swasta yang bertaraf internasional, sudah ribuah siswa yang lulus dari sekolah ini dan rata-rata berhasil masuk ke perguruan tinggi di luar negeri. Dengan alasan itu Alia masuk ke sekolah ini berharap ia bisa berkuliah di tanah kelahiran kakeknya. Alia tidak memiliki banyak sahabat, namun dia tetap terkenal dengan keramahannya dan sifatnya yang mudah bergaul. Sejak kecil hingga usianya 17 tahun ini Alia hanya memiliki dua sahabat Sheza dan Alham, mereka bertiga di pertemukan saat berada di taman kanak-kanak, dan bersahabat sampai sekarang. Bahkan orang tua merekapun menjalin persabatan juga, walau terbungkus dengan kata mitra bisnis.

Sheza Shafryya Ardani, putri bungsu dari keluarga Ardani. Dia memiliki satu abang yang saat ini sedang menjalin bisnis di Amerika. Menjadi putri orang kaya adalah impian banyak orang namun semua itu tidak berlaku oleh pikiran Sheza. Jika boleh meminta kepada tuhan, dia ingin terlahir di keluarga yang sederhana yang selalu ada waktu untu keluarga dan tentu saja penuh cinta.

Yang kedua Alham Khairan Azmi, Putra tunggal dari keluarga Azmi ini sejak kecil selalu di limpahi oleh kasih sayang dan harta yang berlimpah. Ayahnya memiliki usaha pariwisata sedangkan bundanya ibu rumah tangga yang memiliki bisnis online yang tersebar di seluruh dunia. Bahkan kami berdua suka di maja oleh bunda Kanaya, kami sudah di anggap anak sendiri saat berada di istana Alham.

Back to school.

“Za, entar pulang sekolah berenang yuk” ucap Alia memecah keheningan di antara mereka bertiga. Saat ini mereka bertiga sudah berada di kantin dengan semangkuk bakso di depan mereka.

“Entar gue di jemput”

“Tumben?” Alia memincingkan mata seolah tidak percaya. Walaupun mereka orang kaya, mereka tidak pernah membawa kendaraan pribadi ke sekolah. Mereka memilik naik angkutan umum kalau tidak taxsi.

“Abang gue pulang.”

“Serius. Bang El pulang?”

“Biasa aja kali.” Ucap Sheza dan Alman bersamaan saat melihat Alia begitu antusias.

Bukan menjadi rahasia umum lagi, Alia sudah menyukai bang El sejak dia berada di bangku SMP. Ia kira itu semua hanyalah cinta monyet saja, namun seiring berjalannya waktu rasa itu semakin lama semakin nyata. Puncaknya saat Alia berada di bangku kelas 8 dan bang El saat itu kelas 12.

“Sirik aja lu pada,”

“Sadar Al, bang El sudah ada yang punya.” Ucap Sheza membuyarkan lamunan Alia tentang bang El.

Wajah Alia yang ceria seketika berubah menjadi sedih, ia teringat tragedi enam bulan yang lalu saat dia berkunjung ke rumah Sheza. Waktu itu sore hari yang begitu cera, Sheza, Alia dan Alham di kejutkan dengan kedatangan mama Sasa ke kamar Sheza. Dan yang lebih mengejutkannya lagi mama Sasa sedang melakukan video call dengan bang El, dan mengenalkan tunangannya kepada mereka. Alia yang begit syok lalu pergi pulang tanpa berpamitan.

“Kenapa lu ingetin lagi sih.” Omel Alia dengan wajah yang tidak bersemangat. Bahkan bakso yang tinggal sedikit di mangkuknya ia tinggalkan begitu saja.

“Abang gue brengsek Al, gue nggak mau lu di kecewain sama dia.” Ucap Sheza begitu tulus.

“Tenang, Sebelum janur kuning melengkung, gue pasti dukung lu Al.” Alham menepuk pelan punggung Alia dan tersenyum lebar.

“Kompor-kompor.” Cibir Sheza menanggapi ucapan Alham

“Jangan dengarkan dia Al, dia adik ipar lucnut.” Alham nenuncuk Sheza dan menjulurkan lidah.

“Terus gue harus percaya siapa?”

“Percayalah kepada Tuhan, karena tanpa Tuhan lu kagak bakal ada di sini.” Ucap Alham dengan lantang dan penuh percaya diri. Dan semua itu membuat Alham mendapat timpukan tisyu dari Alia dan Sheza.

Waktu berlalu begit cepat, tinggal beberapa menit lagi bel pulang sekolah berbunyi. Sheza sudah sejak tadi mengemsi semua bukunya, sedangkan Alham, sejak di mulainya pelajaran ia sudah pergi ke alam mimpi. Bukan hanya Alham saja, hampir sebagian dari seisi kelas juga pergi ke alam mimpi. Sedangkan pak Krisna dengan santainya menjelaskan materi di depan tanpa memperhatikan murid-muridnya.

“Pak !” ucap Alia keras yang mengagetkan seisi kelas, merek yang tidur dengan sigap lalu menegak kan tubuhnya.

Alia yang kembali menjadi pusat perhatian hanya senyum-senyum tidak jelas dan melambaikan tangannya seolah tidak terjadi apa-apa.

“Ada apa Alia ?” tanya pak Krisna, dan melepas kacamata bacanya.

“Pulang pak, saya sudah lapar.” Jawab Alia polos dan tersenyum lebar. Sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepala termasuk pak Krisna.

“Masih ada 5 menit Alia.”

“Kan kita perlu beres-beres pak.”

“Yasudah, kalian boleh beres-beres.” Putus pak Krisna, beliau tidak ingin berdebat dengan anak ajaib seperti Alia. Dengan semangat 45 mereka lalu membereskan buku-buku mereka dan bersiap untuk pulang.

“Ham, bangun kebo, lu mau pulang kagak?” Alia lebih keras menggoyangkan tubuh Alham agar cepat bangun. Namun dasarnya Alham ini seperti kebo, susah sekali di bangunkan.

Alham baru bangun saat kelas sudah sepi, ia kira tinggal dia sendiri di kelas, namu ternyata masih ada Alia dan Sheza yang menungguinya.

“Udah tidurnya, Lu tidur apa mati suri sih.” Sheza menatap sinis Alham yang baru saja bangun. Alham yang di tatap seperti itu hanya tersenyum bodoh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Udah yuk pulang, laper gue.” Lerai Alia sebelum Sheza dan Alham bertengkar.

Denga wajah cemberut Sheza terlebih dahulu keluar dari kelas, dan di ikuti Alia dan Alham di belakangnya. Di luar masih terlihat ramai, rata-rata mereka menunggu jemputan dan mengikuti kelas tambahan. Alham berjalan dengan cool di samping Alia.

Sheza tiba-tiba berhenti saat melihat segrombolan laki-laki sedang berkumpul di pinggir tangga untuk turun. “Gue deg degan guys.” Ucap Sheza dengan memengang dadanya.

“Gaya lu nyet.” Tangan Alham begitu lancar menoyor kepala Sheza.

“Sirik aja lu anak unta, dasar jomblo”

“Pepet aja Za, lagian si Bima juga masih jomblo.”

“Lu gila Al, malu lah gue. Masak iya cewek yang gejar-ngejar cwok.”

“Emang lu punya malu ?”

“Lu kira, gue itu lu, yang suka malu-maluin” jawab Sheza sinis dan menendang kaki kiri Alham karena emosi dan kembali berjalan meninggalkan Alia dan Alham.

“Lah si ogeb, katanya malu eh tahunya ninggalin.”

“Ribut aja, ayok buruan, sebelum nenek sihir ngamuk lagi.” Alia lalu menarik tangan Alham agar segera ikut berjalan.

Bima dan gengnya sedikit menyingkir saat Sheza, Alia dan Alham lewat, mereka tidak igin mencari gara-gara dengan 3 orang itu jika masih ingin bersekolah dengan damai di sini.

Di luar gerbang seoramg pemuda tampan sudah berdiri gagah di depan mobil mewahnya. Siapa lagi kalau bukan Taqi Shakel Arandani, yang sering di sebut bang El. Laki-laki itu telah mencuri perhatian banyak sisawa yang keluar dari sekolah, tampangnya yang menawan dengan wajah yang terlihat seperti bule membuat banyak orang salah fokus. Mereka bertiga berlari kecil ke arah bang El yang sudah menunggu dengan wajah garangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status