Share

Keterkejutan Arkana

Nadia demam tinggi, hal itu membuat Risa khawatir. Hal ini terjadi apabila putri semata wayangnya itu kelelahan.

"Nadia, minum obat dulu, 'nak," ujarnya. Nadia bergeming, kedua matanya terpejam. Kali ini tak seperti demam yang sudah-sudah, karena panasnya begitu tinggi. Risa bisa tau walau hanya dengan menyentuh kening sang putri. "Kita ke dokter, sayang, ayo." Risa mengambil dompet, lalu menggendong Nadia di punggungnya. "Peluk Bunda, ya, sayang."

Risa memakai sandal jepit, lalu berjalan cepat melalui pintu samping salon dan spa. Jam menunjukan pukul delapan malam, ia menjadi objek orang-orang lalu lalang menatap ke arahnya, selain hari sudah malam juga awan mendung. Klinik yang dituju masih berjarak lima ratus meter lagi, tapi rintik hujan sudah mulai turun.

Ya ampun, jangan hujan dulu. ucapnya dalam hati.

Risa terus melangkah, tak peduli air dari langit sudah turun semakin deras. Beberapa kali ia membetulkan posisi Nadia digendongannya. Mendadak ia teringat Azil dan Bella, mereka l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status