Hamil di Malam Pertama
Bab 9 : Peralihan Status
“Kak, aku numpang tidur di sini, ya? ‘Kan udah sah juga walau masih drama,” ujarku saat Kak Zaki membuka pintu kamarnya setelah gedoran heboh dariku beberapa saat yang lalu.
Mama dan Papa yang ternyata ikutan keluar dari kamar dan menatap aneh ke arah kami, tumben sekali mereka akur? Aku melengos kesal. Malam ini ‘kan malam pertamaku bersama Kak Zaki, walau kami masih masa penyesuaian pergantian status, dari saudara menjadi suami-istri. Lucu, bukan? Emang, aku aja geli menjadi pemeran utama dalam drama aneh ini.
Kak Zaki terlihat menghela napas panjang tapi menuntunku masuk juga dengan wajahnya yang letih. Nih suami emang nggak ada akhlak, masa dia tidur di kamarnya sendiri tanpa mengajakku tidur bersamanya. Aku ‘kan bosan kalau cuma main game sendirian di kamarku, kalau mabar mungkin akan semakin seru.
“Kak, sini ponselnya kudownlodkan game kesukaan aku! Biar kita
Hamil di Malam PertamaBab 10 : Mulai Menduga-duga“Janinnya sehat, ya, Bu, usianya 28 minggu. Panjangnya 40cm dengan berat satu kilo gram. Posisi kepala juga udah di bawah, udah bagus ini. HPLnya tanggal 10 Agustus, bisa maju dan bisa mundur,” jelas sang dokter yang kemungkinan besar adalah selingkuhan Mas Yuta itu.“Jenis kelaminnya, Dok?” tanya Kak Zaki dengan mata menatap layar monitor di sebelahku.“Hmm ... jenis kelaminnya perempun, Pak,” jawab Dokter itu lagi.“Alhamdulillah, anak kita perempuan nanti, Dek. Jadi kita mesti siapin yang serba pink ini.” Senyum Kak Zaki semakin mengembang saja.Aku hanya melengos kesal, apalagi saat melihat penampakanan bayi manusia di dalam layar monitor dengan metode USG 4 dimensi itu. Ternyata dia bukan anak setan yang tak berwujud, aku semakin sakit hati akan pemilik benih sialan ini. Agghh ... kutepis tangan dokter itu dan menatapnya berang.&ld
Hamil di Malam PertamaBab 11 : Mungkinkah?Dokter Yuta, Dokter Caroline, mungkinkah kedua manusia itu bersekongkol? Mungkinkah semua yang terjadi kepadaku adalah rencananya agar bisa menalakku tepat di malam pertama kami, dan membuat seolah aku yang bersalah. Padahal semua ini hanya akal-akalan dia agar tetap bisa bersama selingkuhannya.Sadis sekali dia kalau memang begitu skenarionya! Kalau dia memang tak mau dijodohkan denganku, lalu kenapa dia setuju dan kami juga sempat berpacaran setahun walau LDR. Katanya dia mencintai ketika pertama kali bertemu, tapi nyatanya apa ... semua itu hanya bulshit saja! Aku benci Yuta, dokter gila perawan itu!Air mata ini mulai membanjiri wajah, mengapa takdirku sepahit ini? Apa salah dan dosaku, Tuhan?! Kembali kupukuli perut ini, gara-gara bayi tak bertuan ini hidupku hancur.“Dek, kamu kenapa? Kok nggak tidur?” Kak Zaki yang langsung tertidur ketika kepalanya jatuh ke bantal tadi terlihat terkejut meliha
Hamil di Malam PertamaBab 12 : Bertemu Teman YutaJalanan lumayan ramai, aku jadi teringat game balap mobil yang baru kudownload tadi pagi. Sepertinya aku harus mencobanya di alam nyata, wuuss ... mobil putih milikku ini mulai melaju kencang dan menyalip kendaraan di depannya hingga banyak bunyi klakson dari arah depan juga belakang. Heran, manusia di bumi ini pada nyebelin. Apa aku harus pindah ke khayangan? Hahah ... menyenangkan sekali, berasa sedang terbang.Kupelankan laju mobil saat melewati taman kota yang di depannya terlihat jejeran aneka gerobak yang menjual jajanan. Ada cilok, cireng, siomay, bakso bakal, pentol kuah, aneka rujak dan aneka es. Wuuuhh ... air liur seakan mau menetes saja. Segera kuparkirkan mobil di dekat para gerobak pedagang itu, lalu menghampiri aneka cemilan yang mendadak membuatku lapar ini.“Bang, bungkus semuanya yang ada itu, satu jenis satu kantong!” ujarku.“Baik, Non!” jawab si ma
Hamil di Malam PertamaBab 13 : Dia Dokternya“Gimana, Kak, Si Yuta ... udah diselidiki belum? Atau aku yang harus turun tangan untuk menyelidiki sendiri?” tanyaku saat Kak Zaki baru keluar dari kamar mandi, dia baru habis mandi tapi sudah langsung berpakaian saja. Belum pernah kulihat dia dengan handuk, dia selalu memasang pakaiannya di kamar mandi.“Kamu nggak perlu turun tangan, Kakak udah menyewa detektif swasta untuk membuntuti dia ke mana-mana dan menyelidiki kasus ini. Kamu tenang-tenang saja di rumah!” Dia meraih baju kokonya di lemari dan memakai sarung juga peci.“Kak Zaki mau sholat magrib dulu, kamu nggak mau ikutan sholat, Dek?” Dia membentang sajadah menghadap kiblat.“Nggak, titip doa saja, semoga pencuri itu cepat tertangkap!” jawabku sambil meraih ponsel Kak Zaki di atas nakas.Kak Zaki memulai sholatnya, sedangkan aku meminjam ponselnya untuk bermain game sebab ponselku lowbet
Hamil di Malam PertamaBab 14 : Isi Hati Yuta“Sialan sekali, pasiennya ternyata wanita murahan itu!” Dokter Yuta bergumam kesal saat keluar dari ruangan bersalin, di mana mantan istrinya berada.Dua perawat di belakang Dokter Yuta saling berbisik, namun tak berani menanyakan apa permasalahan sang dokter dan pasien itu.“Apa kalian bisik-bisik? Segera hubungi Dokter lainnya saja!” Dokter Yuta melangkah menuju ruangannya.Sedangkan dua perawat yang sama-sama memegangi dada karena kaget itu mengekor di belakangnya karena mereka bingung mau menghubungi dokter yang mana sebab malam ini memang jatah Dokter Yuta yang piket.“Ma—maaf ... Dokter, ka—kami harus menghubungi Dokter Caroline atau Dokter Willy? Kalau Dokter Emely ... lagi cuti.” Salah satu perawat itu memberanikan bertanya kepada Dokter Yuta yang memang terkenal galak itu.“Telepo
Hamil di Malam PertamaBab 15 : Princes“Kak, aku tetap tak mau dioperasi. Besok pasti lahit kok nin bayi,” ujar Vaulin memelas, karena ia masih bersikeras tak mau dioperasi. “Kali aja besok kepalanya bisa mutar ke bawah, dia ‘kan emang suka berputar-putar,” sambungnya sambil menangis.“Tapi Papa udah menanda tangani persetujuan untuk kamu dioperasi, Dek.” Zaki mengusap perut Vaulin, ia tak tega melihat istrinya itu menderita kesakitan. Andai ia bisa memindahkan rasa sakit itu ke tubuhnya saja, maka ia rela. Semua demi adik angkat yang memang sudah lama ia cintai itu. hatinya bagai teriris jika melihat Vaulin bersedih.“Pokoknya aku tetap nggak mau, Kak,” rengek Vaulin lagi.“Ya udah, tapi ... kalau besok posisi bayinya masih tetap nggak mutar juga, kamu harus setuju diopeasinya. Emang masih kuat nahan sakitnya? Kakak nggak tega lihat kamu kesakitan, Dek!” Zaki menghembuskan napas pa
Hamil di Malam PertamaBab 16 : Test DNA“Dek, udah, jangan nangis lagi!” Zaki menggenggam tangan Vaulin sambil mengusap dahinya, ia lega istrinya itu sudah berhasil melahirkan bayi itu secara normal dan sang bayi juga terlihat sehat.“Aku nggak mau melihat bayi itu, Kak! Aku benci dia .... “ Air mata Vaulin masih saja mengalir, setengah hati ia lega bayi tanpa ayah itu sudah enyah dari rahimnya tapi ia masih saja kesal akan permainan takdir yang sedang ia jalani.“Ya udah, kamu istirahat saja dulu. Sebentar lagi kayaknya kita bakalan pindah ke ruangan rawat. Jangan nangis lagi.” Zaki menghapus air mata di wajah Vaulin dan mendaratkan ciuman di dahinya.Taklama kemudian, Della dan Malik masuk ke ruangan bersalin Vaulin. Mereka lega bayi tanpa ayah itu terlahir dan akan segera melakukan test DNA untuk mencari pelakunya.“Vaulin, gimana keadaan kamu, Nak?” Della mendekati putri tunggalnya itu.
Hamil di Malam PertamaBab 17 : Teror MimpiBeberapa hari berlalu, Vaulin sudah kembali ke rumahnya walau hingga detik ini ia masih belum mau melihat bayi yang sudah ia lahirkan itu. Apalagi hasil test DNA telah membuktikan kalau bayi berkulit sawo matang itu bukannya anak Zaki atau juga Yuta.“Kak, bayimu nangis itu, berisik tahu, gak?!” teriak Vaulin karena bayi yang belum memiliki nama itu menangis di dalam boxnya.Dengan tergopoh-gopoh, Zaki keluar dari kamar mandi dan menghampiri bayi hitam manis dengan bola mata hitam pekat itu.“Dek, kok dibiarin nangis sih! Coba digendong,” ujar Zaki sambil mengeluarkan bayi mungil itu dari dalam boxnya dan membawanya mendekat ke arah Vaulin.“Kak, jangan bawa dia ke tempat tidur ini!” pekik Vaulin marah.Bayi yang sudah anteng itu mendadak menangis kencang lagi karena mendengar teriakan Vualin.“Dek, jangan teriak-teriak, kenapa? Makin na