Share

Bab 4

Author: Jingga Amelia
last update Last Updated: 2021-07-26 21:55:04

Hancur Karena Notifikasi M-banking

Part 4

**

"Oh, iya. Bagaimana sama popok dan susunya? Udah beli juga? Katanya kemarin ATM Arfan hilang sampai kamu nggak bisa beli susu dan popok?" ungkapku semakin menjadi.

Wajah Linda tampak pias, sedangkan Arfan terlihat lebih heran dengan perkataanku. Mas Bayu menyenggol lenganku agar aku dian dan tidak mengatakan semuanya.

"Ini ada apa, sih? Tolong jelaskan," tanya Arfan sembari menatap kami satu persatu.

"Loh, kamu nggak tau, Fan?" tanyaku dengan di sertai gelengan kepala oleh adik kandung suamiku ini.

"Kan kemarin Linda minje ...."

"Kemarin aku nitip beli susu sama popok Rio ke Mas Bayu, kan tempat kerjanya deket sama swalayan, Mas, aku juga minta tolong pakai uangnya dulu. Tapi ternyata nggak ada. Iya 'kan, Mas?" kilah Linda sembari menatap Mas Bayu.

Apa sih maunya anak ini? Alasan macam apalagi ini? Kenapa dia pandai sekali berkilah di depan suaminya.

"Kok gitu, sih, Lin. Kan ceritanya nggak gitu?" kataku membela, sungguh aku tidak rela jika Mas Bayu harus terus menerus membela benalu seperti dia.

"Udah lah, Dek. Jangan di perpanjang lagi. Udah nggak papa, nggak usah di bahas lagi. Yang penting Rio bisa tetep minum susu sama kebutuhan popoknya tercukupi,"

Aku memutar bola mata malas. Mas Bayu juga bikin aku naik darah. Apa sebenarnya maunya?

Bukan perkara uangnya, toh kemarin juga sudah kembalikan oleh Linda. Tapi bagaimana caranya Linda itu membohongi kami semua, terlebih suaminya. Apalagi dia membawa nama suamiku. Apa jangan-jangan mereka ada main di belakangku?

Jika memang iya, Mas Bayu benar-benar keterlaluan. Tega-teganya main api dengan iparnya sendiri.

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari arah pintu. Kami semua serentak menjawab salamnya dengan melihat ke arah sumber suara.

Ternyata dua mertuaku juga sedang berkunjung ke rumah Arfan. Sebenarnya rumah kami saling berdekatan. Semenjak menikah para anak lelakinya di minta untuk hidup mandiri dengan istri-istrinya. Sedangkan Bapak dan Ibu sekarang tinggal bersama Sekar, adik bungsu Mas Bayu yang masih kuliah.

"Wah, ada Bayu sama Nurma juga. Kebetulan kita bisa kumpul di sini," kata Ibu setelah kami bersalaman satu persatu.

"Iya, Bu. Mumpung Mas Bayu libur, main sekalian nengokin Rio," ucapku pada Ibu yang telah menggendong cucunya.

Wajar, kami semua sangat sayang pada Rio, karena Rio merupakan satu-satunya bayi di keluarga Pradipta. Karena sampai hari ini aku belum bisa memberikan keturunan untuk Mas Bayu. Dokter bilang kami sehat, tapi entah kenapa Tuhan belum mempercayakan keturunan pada kami.

"Kamu buruan nyusul Linda, Nurma. Pernikahan kamu sama Bayu udah lima tahun, masa kalah sama yang baru dua tahun," ungkap Ibu, membuat hatiku tersentil.

"Bu ...." Bapak menegur istrinya, mungkin Bapak pun tahu kalau kata-kata Ibu menyakiti hatiku.

Tapi tak apa, memang kenyataannya seperti ini. Aku belum bisa memberikan keturunan untuk keluarga Pradipta.

"Bukan karena aku tidak mau atau gimana, Bu. Tapi kalau Tuhan belum memberikannya pada kami lalu kami bisa apa? Dokter bilang aku sama Mas Bayu sehat, kok. Ibu sama Bapak doakan saja yang terbaik, ya," terangku seraya meminta Rio dari gendongan Ibu.

Kami pun akhirnya melupakan pembahasan itu dan mulai mengobrol hangat. Sedangkan Linda sibuk di dapur menyiapkan jamuan untuk kami semua. Kebetulan sudah masuk jam makan siang, jadi kami memutuskan untuk makan siang sekalian di rumah Arfan.

"Aku bantu Linda dulu, ya, Nur. Kamu jagain Rio," ucap Ibu sembari meninggalkanku yang masih menggendong Rio.

Aku hanya mengangguk, lalu mengajak Rio keluar rumah untuk mencari angin segar. Sedangkan para bapak-bapak mengobrol di teras.

Sekitar sepuluh menit setelah itu Rio tertidur. Aku hendak menidurkannya di dalam kamarnya, tapi sebelum itu lebih baik aku minta ijin dulu pada Linda. Tidak enak hati kalau masuk ke kamar orang lain tanpa ijin.

Namun, apa yang kudengar ketika tengah berdiri di ambang pintu dapur sungguh mengejutkan hatiku.

"Ya gitu, deh, Bu. Mas Bayu sering curhat ke Linda kalau Mbak Nurma itu boros, jarang masak, rumah tak selalu bersih,"

Degh.

Apa-apaan ini? Benarkan Mas Bayu sering cerita ke Linda perihal rumah tangga kami?

Aku bukan jarang masak karena malas, tapi memang pagi-pagi sekali kami harus berangkat kerja. Lagipula Mas Bayu selalu masak terlebih dahulu karena itu memang hobinya. Perihal rumah tak selalu bersih, akhir-akhir ini pekerjaanku sedang banyak, aku juga sudah menyewa asisten rumah tangga yang datang seminggu tiga kali untuk membersihkan rumah. Lalu, apa benar jika Mas Bayu mengatakan semua itu pada Linda?

"Ah ... Masa iya? Ckckck, kasihan Bayu, ya. Nurma cantik, punya kerjaan bagus, perhatian, sopan, tapi kenapa sekarang berubah seperti itu,"

"Bu, itu kan dulu. Sekarang mah Mbak Nurma males, Mas Bayu sering ngeluh ke Linda. Katanya juga udah nggak betah hidup sama Mbak Nurma," ungkap Linda panjang lebar, membuat hatiku tergores dalam.

Tanpa terasa buliran hangat keluar dari kedua mataku. Tak kusangka Linda begitu lihai meracuni pikiran Ibu. Untuk apa ia melakukan seperti itu? Kedudukan kami sama, sama-sama menantu, tidak seharusnya ia bisa berlaku seperti itu.

"Mbak, ngapain?" bentak Arfan mengagetkanku.

Seketika itu juga Ibu dan Linda menatapku yang masih menggendong Rio di ambang pintu dapur. Mereka tampak kaget dengan kehadiranku, tapi tidak dengan Arfan karena ia tak tahu semuanya dari awal.

Aku lantas berbalik, lalu menyerahkan Rio yang masih tertidur pulas kepada ayahnya.

"Fan, aku pulang dulu," ucapku sembari berlalu meninggalkan mereka.

Terdengar samar, Ibu meneriakiku dari dapur. Tapi aku memilih pergi meninggalkan mereka.

"Dek, ada apa?" tanya Mas Bayu ketika aku melewatinya dan Bapak yang ada di ruang tamu.

Awas saja kamu Linda, sudah apa yang akan aku perbuat padamu setelah ini. Rupanya kamu berani macam-macam denganku, padahal sedikitpun aku tak mengusik hidupmu.

Aku lantas masuk ke dalam mobil dengan geram. Dan rupanya Mas Bayu pun juga mengikutiku hingga ke dalam mobil. Ia terlihat cemas karena perubahan sikapku.

"Dek, ada apa?"

"Jalan, pulang sekarang juga,"

"Ada apa ini? Jelaskan?"

"Jangan banyak bicara, cepat jalankan mobilnya atau aku akan menghancurkan kaca mobil ini," ancamku seraya mengacungkan high hillsku ke kaca depan mobilnya.

Mau tak mau Mas Bayu menuruti permintaanku, Ibu tampak menangis dengan memanggil namaku. Namun, tak secuil pun rasa ingin kembali ke rumah itu untuk mendengarkan penjelasan Linda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 39

    Janda Terhormat (39)Extra Part.."Pakeettt ...."Kutajamkan indera pendengaranku. Sepertinya ada seorang kurir yang mengantarkan paket di depan sana.Aku lantas berdiri dan membukakan pintu depan. Rupanya Pak Amin, satpam di rumahku hendak membawakan paket itu ke dalam rumah."Maaf, Bu. Ada paket," katanya.Aku tersenyum, lalu mengambil bungkusan itu dari tangannya. "Terimakasih, Pak," kataku lalu kembali masuk ke dalam rumah dan hendak membuka paket itu.Aku sedikit heran, karena setahuku aku sama sekali tidak mempunyai paket atau barang yang kubeli melalui online. Shima masih sekolah hari ini, jadi aku hanya di rumah sendirian.Kubuka perlahan paket yang tak kutahu dari siapa itu. Ukurannya besar, tapi tak terlalu berat. Sebetulnya aku sedikit khawatir, takut jika ternyata ini adalah sesuatu yang membahayakanku ataupun keluargaku karena memang paket ini ditujukan untukku, tertera nama dan nomor ponselku. Besar kemungkinan, orang yang mengirimkan paket ini adalah orang yang tela

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 38

    Janda Terhormat (38).."Kenalkan, ini Adis, calon istriku," ucap Deva membuatku dan Adit terkejut.Secepat itu dia mendapatkan calon istri?Wanita itu mengulurkan tangannya padaku, lalu kusambut dengan senyuman lebar. Tak masalah bagiku Deva telah mendapatkan penggantiku, toh memang ini yang aku inginkan."Nurma ...." Dia tersenyum, manis sekali."Dia anak dari guru ngajiku, ayahnya memintaku untuk menikahinya. Jadi kuputuskan untuk menikah dua minggu lagi. Dan aku harap, kalian jadi anggota yang turut serta mengurus semua acaraku nanti, ya," tutur Deva menerangkan, bahwa ternyata wanita itu adalah anak dari seorang guru tempatnya belajar soal agama. Mungkin bisa jadi dia dan Adis bertaaruf, itulah sebabnya mereka langsung akan menikah."Tentu, kami akan menjadi orang pertama yang akan mengurus acara pernikahan kalian. Tenanf saja," terang Adit dengan gembira.Aku lantas menganggukkan kepala, setuju dengan kata-kata Adit bahwa kami akan membantu semua acara pernikahannya. Aku senang,

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 37

    Janda Terhormat (37)...Hari ini kami bertiga berencana pergi ke kebun binatang. Tak lain, itu semua untuk menyenangkan hati anak perempuan kami, Shima. Sedari pagi dia sudah sangat antusias dengan liburan kami kali ini.Sudah seminggu ini aku resmi tinggal di rumah Adit, menemani tumbuh kembang Shima sembari belajar menjadi istri yang baik dari sebelumnya. Jika kemarin aku gagal dalam pernikahan, tapi kali ini aku tidak boleh gagal lagi. Sebisa mungkin pernikahan ini harus menjadi yang terakhir di hidupku."Bundaaa ... Ayo berangkat," teriak Shima dari ruang tamu ketika aku tengah menyiapkan bekal.Ya, sejak aku resmi menjadi ibunya dia memanggilku dengan sebutan bunda. Bukan aku yang meminta, melainkan dia sendiri yang memanggilku seperti itu.Tak masalah, toh semua panggilan itu tetap bagus, terlebih jika ditujukan kepada orang tersayang. Adit pun juga setuju ketika Shima ingin memanggilku dengan sebutan bunda."Iya, sebentar, Sayang. Panggil papamu, sudah siap belum," jawabku dar

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 36

    Janda Terhormat (36)..Tiga bulan kemudian ...."Bagaimana para saksi? Sah?" ucap penghulu menggema di ruangan yang telah di dekor dengan nuansa warna pastel ini.Dadaku bergemuruh, ketika kutunggu jawaban dari para saksi yang duduk di samping penghulu. Kulihat butiran bening sebesar jagung juga memenuhi dahi Adit yang tengah duduk di sampingku dengan berjabat tangan dengan penghulu.Ya, hari ini adalah hari pernikahanku dan ayah mewakilkan kepada penghulu karena tak kuasa menikahkanku sendiri. Seketika tubuhku terasa ringan ketika para saksi mengatakan kata 'SAH' secara serempak. Adit mengulurkan tangannya, lalu kusambut dengan menciumnya penuh takzim. Hatiku sejuk, ketika bibirku menyentuh punggung tangan Adit yang kini telah menjadi suamiku.Akhirnya, kesendirianku selama ini terbayar sudah dengan acara hari ini. Kekosongan dalam hatiku beberapa tahun ini telah terisi dengan hadirnya sosok Adit di sampingku saat ini.Adit lantas mengambil kotak cincin, lalu memasangkannya di jari

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 35

    Janda Terhormat (35).."Hallo, Tante ...." sapa Shima begitu sampai di rumahku.Aku sengaja menunggunya di teras, selain tak ada pekerjaan juga karena memang aku sangat senang begitu Shima akan kemari. Meskipun dia tidak ada ikatan darah denganku, tapi rasa sayangku melebihi apapun padanya. Mungkin jika aku memiliki seorang anak, rasaku akan seperti ini juga."Hallo, Sayang," sapaku dengan mencium pipinya singkat.Adit berdiri di belakang Shima, lalu mengelus singkat puncak kepala anaknya itu. Tak kusangka, sebentar lagi Shima akan menjadi anakku. Semoga saja aku bisa menjadi seorang ibu yang baik untuknya."Kamu nggak sibuk, Nur?" tanya Adit begitu Shima telah melepaskan pelukannya dari tubuhku.Aku menggeleng singkat lalu menatapnya, "enggak, emangnya kenapa?""Kalau kamu sibuk, Shima nggak aku tinggalin."Mendengar penuturannya aku lantas mencebik. "Enggak lah. Kalau aku sibuk mana mungkin sekarang santai-santai di sini," jawabku dengan sedikit cemberut."Ya siapa tahu kamu sedang

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 34

    Janda Terhormat (34).."Bagas gimana, Nur?" tanya Adit ketika aku telah berada di dalam mobilnya.Aku yang semula masih melamun lantas menoleh kearahnya. "Em ... Dia udah mendingan. Semoga saja dalam waktu dekat ini kondisinya semakin membaik."Kuhela nafas panjang, "sedih rasanya melihat ada orang yang sampai sedepresi itu hanya karena kegagalan cinta."Adit justru terkekeh, "untung aja kamu dulu enggak, ya?""Maksud kamu?""Ya, untung aja kamu nggak depresi setelah kegagalam cintamu yang berkali-kali itu. Kamu kan bucin parah sama suamimu dulu," ucapnya meledek.Aku hanya mencebik, lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela lagi. Memang benar kata Adit, dulu aku terlalu cinta dengan mantan suamiku. Hingga rasanya duniaku telah tertutup dengan semua sikap manisnya yang palsu.Tak hanya sekali, aku seakan terombang-ambing dalam dunia percintaan tak hanya sekali. Dengan Deva sekalipun. Saat itu hatiku sempat patah, rapuh dan seakan tak ingin membuka hati lagi sampai pada akhirnya soso

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 33

    Janda Terhormat (33)..Aku masih berdiri dengan seluruh tubuhku bergetar. Ya, sejujurnya saja aku juga takut kalau Bagas beralih menyerangku. Hanya saja aku tak punya pilihan lain ketika Della pun sedang ada di posisi sulit.Kuhembuskan nafasku panjang, berusaha menenangkan diriku untuk berusaha mendekati Bagas. Sebenarnya dia tidak jahat, hanya saja saat ini pikirannya sedang terguncang. Jadi wajar jika dia bersikap demikian."Bagas, tolong lepaskan pecahan vas itu dari tanganmu," kataku lembut.Entah kenapa Bagas bisa kambuh seperti ini. Aku belum sempat mencari tahu penyebabnya, yang penting sekarang adalah aku menyelamatkan Della terlebih dahulu.Bagas masih terdiam, memandangku tanpa menurunkan vas bunga dari hadapan Della. Aku maju selangkah demi selangkah mendekatinya.Meskipun Della memberi isyarat agar aku tak mendekat, tapi rasa kemanusiaanku tetap berjalan di depan. Terlebih, aku tahu bahwa sebe

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 32

    Janda Terhormat (32)..Hari ini mungkin bisa kukatakan adalah hari yang sangat bahagia untukku. Dimana hari ini, Adit menyatakan perasaannya langsung di depan kedua orang tuaku.Ya, setelah kemarin siang aku juga mengutarakan perasaanku bahwa aku pun juga memiliki rasa padanya. Malam ini dia datang dengan di temani Shima, anak perempuannya yang sebentar lagi akan menjadi anakku juga."Nak Adit. Terimakasih kamu sudah mau menerima kekurangan dan keburukan Nurma. Bapak dan Ibu tidak bisa berbuat banyak untuk kalian. Semua hal kami serahkan pada kalian," tutur ayahku menasehati.Aku dan Adit saling berpandangan, tapi kini aku sudah mulai membiasakan diri untuk tidak terlihat gugup di depannya. Padahal sebelum ini, aku sama sekali tidak canggung ataupun gugup jika sedang berada di dekatnya. Namun entah kenapa, sekarang justru seperti ini."Baik, Pak. Terimakasih juga, Bapak dan Ibu mau menerima saya. Semoga kedepannya kita bisa menjadi keluarga

  • Hancur Karena Notifikasi M-banking   Bab 31

    Janda Terhormat (31)..Dear Nurma ....Hai, semoga kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Maaf jika aku terkesan seperti pecundang yang tak berani menghampirimu secara langsung, atau mengatakan hal ini secara langsung padamu.Nurma, maaf jika kehadiranku selama ini selalu mengganggu harimu, membuat hidupmu seakan penuh dengan tekanan. Kini aku sadar, bahwa aku tidak bisa memaksakan apa yang kuinginkan. Aku salah ... Dan sangat berdosa.Tidak sepantasnya, aku memaksa cintaku pada Adit. Atau menginginkan agar Adit kembali lagi padaku. Sejujurnya, aku melakukan semua itu semata-mata bukan karena aku terlalu tergila-gila atau terobsesi pada Adit, melainkan semua itu hanya kujadikan pelarian atas kisah cintaku dengan Bang Dewa.Sekarang kamu tahu, bagaimana rusaknya hidupku, kan? Mengenai skandalku dengan Bang Dewa hingga akhirnya aku keguguran. Rasanya hidupku sangat hina, ketika aku telah menyia-nyiakan pria sebaik Adit. Bahkan kini kamu pu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status