"Han! Handa!" Handa terjingkat kaget saat dia mendengar suara Bu Najwa yang cukup keras memanggil namanya.Panggilan Bu Najwa akhirnya berhasil menyadarkan Handa dari lamunannya. Beberapa kali Handa menarik nafas panjang untuk mengembalikan kesadarannya. Dipandanginya sang suami yang kini berdiri tepat di samping Pak Alim. Beruntung semua hanyalah lamunan belaka, bagaiman seandainya Handa benar-benar mencium Satria di depan banyak orang, terutama tepat di depan mata Pak Alim dan Bu Najwa, tentu saja Handa akan merasa sangat malu dan mungkin akan memilih untuk tidak pernah datang ke kampus lagi.Ternyata panggilan Bu Najwa bukan hanya menyadarkan Handa dari lamunannya, tetapi juga berhasil mengalihkan perhatian Satria dan Pak Alim yang telah melangkah menuju ruang yayasan. Satria dan Pak Alim menghentikan langkah mereka. Dua pria itu akhirnya mengalihkan perhatiannya pada Handa yang sedari tadi masih bergeming di depan ruang yang biasa Pak Alim tempati.Pak Alim merasa bersalah, karena
Seperti biasanya, di saat hatinya bersedih, di saat hatinya sedang kacau, Handa akan menyibukkan dirinya dengan berbagai pekerjaan. Seperti hari ini, setelah dia melihat Satria di kampus, dan sikap suaminya yang seolah-olah tidak mengenalinya, Handa berusaha untuk segera melupakannya dengan melakukan semua pekerjaan rumah yang bisa dia lakukan. Gunawan, Laksmi dan juga Damar sudah sangat hafal dengan kebiasan Handa tersebut. Mereka akan membiarkan Handa yang tiba-tiba tenaganya akan berlipat ganda saat sedang galau, mungkin ini waktunya bagi mereka sedikit istirahat. Nanti akan ada waktunya Handa bercerita dan meminta pendapat pada mereka yang sudah Handa anggap sebagai orang tua dan kakaknya. Setelah motor yang ditumpangi Gunawan berhenti di depan rumah, Handa bergegas mengambil barang-barang belanjaan di dalam karung yang diikat dengan karet ban di jok belakang. Tampak pontang-panting Handa membawa masuk barang-barang belanjaan Gunawan tersebut. "Han! Yang itu biar Pakdhe yang ba
Rumah Gunawan sudah rapi, barang-barang belanjaannya sudah dimasukkan ke dalam kulkas. Gunawan akan libur jualan besok, tidak sopan rasanya saat ada tamu yang datang dia dan keluarganya sibuk sendiri membuat dagangan dan mengabaikan sang tamu."Apa dia akan membawa Handa pergi dari rumah ini?" tanya Laksmi pada Gunawan di sela-sela waktu dia membersihkan rumahnya. Tampak ada rasa kehilangan di sorot mata Laksmi. Bagi istri Gunawan itu, Handa sudah seperti anaknya sendiri. Dia tidak pernah membeda-bedakan Handa dengan anak-anaknya, bahkan mungkin Laksmi lebih dekat dengan Handa, karena mereka sering menghabiskan waktu bersama di warung dan juga saat memasak. Handa menjadi tempat Laksmi berkeluh kesah tentang kenakalan kedua anak lelakinya dan juga atas sikap Gunawan yang kadang-kadang menyebalkan. Untuk urusan pekerjaan rumah, Handa sangat cekatan, tanpa disuruh gadis itu sudah tahu apa yang harus dia lakukan, sehingga keberadaan Handa di rumahnya selama ini sangat membantu Laksmi."D
"Astagfirullah!" seru Handa saat dia melihat ponselnya sudah berada dibawah kakinya, Handa yang memasuki kamar dengan terburu-buru menginjak ponsel yang berada di dekat kasurnya. Dia segera memungut ponselnya yang nyaris hancur, Handa tampak lemas tak berdaya saat menjatuhkan bobot tubuhnya di tepian kasur. Segala rasa campur aduk di hati Handa, karena selain menjadi satu-satunya alat komunikasi andalannya, di ponsel itu ada menyimpan banyak data-data penting. "Ada apa, Han?" Satria segera bangun dari kasur yang biasanya digunakan oleh Handa untuk istirahat, dengan apiknya dia pura-pura baru bangun dari tidur dan terkejut melihat keadaan ponsel sang istri yang sudah hampir hancur. "Bagaimana bisa sampai sehancur itu?" tanya Satria dengan naifnya. Handa hanya terdiam sambil memperhatikan ponselnya, dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Seingatnya ponselnya dia letakkan di atas meja, bagaimana bisa berpindah ke bawah hingga akhirnya terinjak olehnya. Handa menga
Handa dan Satria keluar dari gerai resmi ponsel ternama, tangan kiri Handa sudah menenteng tas berlogo sebuah merk ponsel ternama tersebut sedangkan tangan kanannya berada dalam genggaman Satria. Langkah Satria yang lebar membuat Handa setengah berlari untuk mengimbanginya, tampaknya dia sedang buru-buru atau mungkin sudah tidak sabar untuk menghabiskan waktu berdua dengan istrinya.Di dalam mobil, Handa mulai memasukkan kartu SIM ke dalam ponsel barunya. Setelah semua data sudah dipindahkan, Handa ingin menghubungi Pak Alim untuk kembali meminta ijin karena dia tidak bisa masuk kerja hari ini. Saat dilihatnya panggilan terakhir yang masuk ternyata dari Pak Alim, ada rasa takut yang tiba-tiba menyusup di dalam hatinya. Handa segera mengubah nama kontak yang semula "Dosen Ganteng" dia ganti dengan nama "Pak Alim" dalam hati dia berharap sang suami tidak pernah mengetahui atau membaca nama kontak yang dia berikan untuk dosen pembimbingnya tersebut."Mau menghubungi siapa?" tanya Satria
Di sebuah warung kaki lima yang menjual ayam goreng, kini Handa dan Satria duduk lesehan saling berhadapan. Ada dua porsi nasi dan ayam goreng yang terhidang di depan mereka dan dua gelas tangkai besar es jeruk minuman yang mereka pesan. Pewaris tunggal Arga Group yang terbiasa makan di restoran mewah itu harus rela makan di warung kaki lima hanya untuk memenuhi keinginan istrinya. Tetapi tak bisa dia pungkiri menu yang berada di warung pilihan Handa memang nikmat, terutama sambal terasinya yang membuatnya semakin berselera untuk menghabiskan makanan yang kini tersaji di hadapannya."Sambelnya mantap kan, Mas?" tanya Handa sambil menikmati makanan yang tersaji di hadapannya. Satria menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanda jika dia sependapat dengan istrinya tersebut. "Pedasnya pas, ada legit gula jawanya, dan aroma sedap jeruk sambal yang menggugah selera," sambung Handa, kembali dia mengambil potongan ayam dan mencocolkannya ke sambal terasi.Menu ayam goreng membuat pasangan sua
Satria mengerjapkan matanya, tangannya meraba-raba ke samping seperti sedang mencari sesuatu, tetapi sepertinya Satria tidak menemukan apa yang dicarinya. Satria membuka lebar matanya, pandangannya menyapu seisi ruangan, kelegaan tampak di raut wajah pewaris tungga Arga Group itu saat netranya menemukan Handa sedang berdiri di dekat jendela menatap keluar. Bukan lingerie, tapi tank top dan hot pants warna hitam yang melekat di tubuh sang istri tetap terlihat begitu menarik di mata Satria. Tak ingin mebuang-buang waktu, Satria bergegas bangkit lalu melangkah menuju dimana sang istri kini berada. Pagi hari yang cerah tetapi tak secerah hati Handa, rasa bersalah melingkupi hatinya. Sebuah moment yang sudah lama mereka nantikan harus berakhir berantakan karena dia salah memilih menu makan malam. Meskipun begitu mendambakan kebersamaan dengan sang suami, tetapi dalam hati Handa ada rasa takut untuk melakukannya. Takut jika dirinya tidak bisa memuaskan Satria, dan akhirnya sang suami aka
“Doakan hari ini bisa acc, Mas!” Setelah sekian lama Pak Bayu disibukkan dengan istrinya yang sakit, kini sang dosen memberikan waktunya untuk para mahasiswanya untuk bimbingan. Tanpa berpikir panjang Pak Alim langsung menyampaikan kabar tersebut kepada Handa, agar mahasiswa yang selama ini menjadi incarannya bisa segera mendapat acc dari koleganya. “Kalau hari ini bisa acc, kapan kau akan diwisuda?” tanya Satria sambil melihat lalu lalang orang yang berada di luar mobil. “Kalau sidang lancar, mungkin akhir tahun.” “Kalau tahun ini kamu wisuda, nanti Mas akan memberi hadiah berupa bulan madu. Kau tinggal sebut saja tempatnya,” ucap Satria dengan wajah yang semakin mendekat ke arah Handa, lalu di menggigit bibir bawahnya. Handa tertawa terkikik, dilihatnya wajah tampan lelaki yang sepuluh tahun lebih tua darinya itu. “Ada hadiah lain selain bulan madu?” tanya Handa, tahu yang saat ini sedang suaminya itu pikirkan. Tanpa Handa sadari nada bicara dan gesture tubuhnya memberi kesan s