"Astagfirullah!" seru Handa saat dia melihat ponselnya sudah berada dibawah kakinya, Handa yang memasuki kamar dengan terburu-buru menginjak ponsel yang berada di dekat kasurnya. Dia segera memungut ponselnya yang nyaris hancur, Handa tampak lemas tak berdaya saat menjatuhkan bobot tubuhnya di tepian kasur. Segala rasa campur aduk di hati Handa, karena selain menjadi satu-satunya alat komunikasi andalannya, di ponsel itu ada menyimpan banyak data-data penting. "Ada apa, Han?" Satria segera bangun dari kasur yang biasanya digunakan oleh Handa untuk istirahat, dengan apiknya dia pura-pura baru bangun dari tidur dan terkejut melihat keadaan ponsel sang istri yang sudah hampir hancur. "Bagaimana bisa sampai sehancur itu?" tanya Satria dengan naifnya. Handa hanya terdiam sambil memperhatikan ponselnya, dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Seingatnya ponselnya dia letakkan di atas meja, bagaimana bisa berpindah ke bawah hingga akhirnya terinjak olehnya. Handa menga
Handa dan Satria keluar dari gerai resmi ponsel ternama, tangan kiri Handa sudah menenteng tas berlogo sebuah merk ponsel ternama tersebut sedangkan tangan kanannya berada dalam genggaman Satria. Langkah Satria yang lebar membuat Handa setengah berlari untuk mengimbanginya, tampaknya dia sedang buru-buru atau mungkin sudah tidak sabar untuk menghabiskan waktu berdua dengan istrinya.Di dalam mobil, Handa mulai memasukkan kartu SIM ke dalam ponsel barunya. Setelah semua data sudah dipindahkan, Handa ingin menghubungi Pak Alim untuk kembali meminta ijin karena dia tidak bisa masuk kerja hari ini. Saat dilihatnya panggilan terakhir yang masuk ternyata dari Pak Alim, ada rasa takut yang tiba-tiba menyusup di dalam hatinya. Handa segera mengubah nama kontak yang semula "Dosen Ganteng" dia ganti dengan nama "Pak Alim" dalam hati dia berharap sang suami tidak pernah mengetahui atau membaca nama kontak yang dia berikan untuk dosen pembimbingnya tersebut."Mau menghubungi siapa?" tanya Satria
Di sebuah warung kaki lima yang menjual ayam goreng, kini Handa dan Satria duduk lesehan saling berhadapan. Ada dua porsi nasi dan ayam goreng yang terhidang di depan mereka dan dua gelas tangkai besar es jeruk minuman yang mereka pesan. Pewaris tunggal Arga Group yang terbiasa makan di restoran mewah itu harus rela makan di warung kaki lima hanya untuk memenuhi keinginan istrinya. Tetapi tak bisa dia pungkiri menu yang berada di warung pilihan Handa memang nikmat, terutama sambal terasinya yang membuatnya semakin berselera untuk menghabiskan makanan yang kini tersaji di hadapannya."Sambelnya mantap kan, Mas?" tanya Handa sambil menikmati makanan yang tersaji di hadapannya. Satria menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanda jika dia sependapat dengan istrinya tersebut. "Pedasnya pas, ada legit gula jawanya, dan aroma sedap jeruk sambal yang menggugah selera," sambung Handa, kembali dia mengambil potongan ayam dan mencocolkannya ke sambal terasi.Menu ayam goreng membuat pasangan sua
Satria mengerjapkan matanya, tangannya meraba-raba ke samping seperti sedang mencari sesuatu, tetapi sepertinya Satria tidak menemukan apa yang dicarinya. Satria membuka lebar matanya, pandangannya menyapu seisi ruangan, kelegaan tampak di raut wajah pewaris tungga Arga Group itu saat netranya menemukan Handa sedang berdiri di dekat jendela menatap keluar. Bukan lingerie, tapi tank top dan hot pants warna hitam yang melekat di tubuh sang istri tetap terlihat begitu menarik di mata Satria. Tak ingin mebuang-buang waktu, Satria bergegas bangkit lalu melangkah menuju dimana sang istri kini berada. Pagi hari yang cerah tetapi tak secerah hati Handa, rasa bersalah melingkupi hatinya. Sebuah moment yang sudah lama mereka nantikan harus berakhir berantakan karena dia salah memilih menu makan malam. Meskipun begitu mendambakan kebersamaan dengan sang suami, tetapi dalam hati Handa ada rasa takut untuk melakukannya. Takut jika dirinya tidak bisa memuaskan Satria, dan akhirnya sang suami aka
“Doakan hari ini bisa acc, Mas!” Setelah sekian lama Pak Bayu disibukkan dengan istrinya yang sakit, kini sang dosen memberikan waktunya untuk para mahasiswanya untuk bimbingan. Tanpa berpikir panjang Pak Alim langsung menyampaikan kabar tersebut kepada Handa, agar mahasiswa yang selama ini menjadi incarannya bisa segera mendapat acc dari koleganya. “Kalau hari ini bisa acc, kapan kau akan diwisuda?” tanya Satria sambil melihat lalu lalang orang yang berada di luar mobil. “Kalau sidang lancar, mungkin akhir tahun.” “Kalau tahun ini kamu wisuda, nanti Mas akan memberi hadiah berupa bulan madu. Kau tinggal sebut saja tempatnya,” ucap Satria dengan wajah yang semakin mendekat ke arah Handa, lalu di menggigit bibir bawahnya. Handa tertawa terkikik, dilihatnya wajah tampan lelaki yang sepuluh tahun lebih tua darinya itu. “Ada hadiah lain selain bulan madu?” tanya Handa, tahu yang saat ini sedang suaminya itu pikirkan. Tanpa Handa sadari nada bicara dan gesture tubuhnya memberi kesan s
Bukan bermaksud untuk pamer saat berulang kali Handa mengeluarkan ponsel barunya. Karena tidak memiliki jam tangan akhirnya Handa harus mengeluarkan ponsel pemberian Satria yang merupakan ponsel canggih keluaran terbaru hanya untuk melihat jam, hingga membuat beberapa teman kuliah memperhatikannya.Terdengar suara ponsel berdering, Handa bergegas mengangkat saat mengetahui Satria telah menghubunginya. Sambil berbincang Handa memperhatikan sekitarnya hingga dilihatnya mobil yang disewa Satria selama di Semarang.Kemana Handa melangkah tampaknya menjadi perhatian beberapa teman kuliahnya. Dan mereka pun hampir tidak percaya saat Handa memasuki sebuah yang bisa dibilang termasuk dalam golongan mobil mewah.Dari dalam mobil, Satria terus memperhatikan binar bahagia di wajah Handa, hingga saat wanita yang telah dia nikahi itu kini telah duduk di sampingnya, senyum itu tidaklah pudar justru terlihat semakin merekah.“Bahagia sekali habis bertemu dengan Pak Alim,” ujar Satria dengan wajah m
Handa terdiam saat melihat ranjang berukuran king size yang tertutup rapi oleh sprei berwarna putih. Dengan susah payah Handa meneguk ludahnya untuk membasahi tenggorokannya yang secara tiba-tiba terasa kering saat mendengar suara pintu ditutup. Dan tak lama kemudian sepasang lengan kekar sudah melingkar di pinggangnya.Yang kini terbayang di benak Handa adalah sesuatu yang sudah lama dia tunggu-tunggu, tetapi tidak bisa dipungkiri jika ada rasa takut yang masih menghantuinya. Takut karena dia belum pernah melakukan hal itu sebelumnya, takut jika dirinya tidak bisa memuaskan sang suami, dan hal yang paling menakutkan bagi Handa adalah jika ternyata hati Satria belum sepenuhnya untuk dirinya dan masih ada sang kakak di sudut hati sang suami.“Aku harap kau sudah siap hari ini,” bisik Satria tepat di telinga Handa. “Sudah lama kita menunggu … dan malam ini aku akan memberikan pelunasan atas nafkah yang tertunda,” lanjut Satria dengan suara serak tangan yang sudah mulai bergerilya.Debar
“Kenapa rambutnya dipotong, Mas?” tanya Handa yang terlihat sedikit kecewa. “Padahal kalau gondrong cakep lho,” sambung Handa dengan gaya bicara yang genit.“Memangnya sekarang tidak cakep?” tanya Satria, tangannya langsung merengkuh pinggang Handa hingga membentur tubuhnya, seakan tidak terima dengan statement yang baru saja Handa ucapkan.“Cakep sih, Mas! Cuma ….”Handa tidak melanjutkan kalimatnya karena tidak berani untuk jujur mengatakan alasan yang sebenarnya. Menjambak rambut Satria adalah salah satu cara Handa melampiaskan rasa puas akibat perbuatan Satria.Sebenarnya Satria sudah lupa dengan janjinya yang akan memangkas rambut jika dirinya sudahn memberikan nafkah batin kepada sang istri. Tetapi saat terbangun Satria melihat ada banyak rambutnya yang rontok karena dijambak Handa sambil menjerit saat mereka mencapai puncak kenikmatan.“Mas Satria pernah dengar kisah Samson?”“Pernah, pria perkasa yang kehilangan kekuatannya karena rambutnya dipotong.”“Iya, takutnya … argh!” T