Share

Bab 5 Boneka Sempurna Mertuaku

Author: XENA
last update Last Updated: 2025-04-08 12:08:52

"Mama?!" Kedua mata Velicia terbelalak melihat ibu mertuanya yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya.

Wanita paruh baya itu melihat penampilan menantunya dari atas hingga bawah. Berantakan! Nilai yang diberikan sang mertua padanya.

"Minggir!" ujarnya sembari menyingkirkan sang menantu dari hadapannya. Dia berjalan masuk tanpa dipersilahkan oleh si pemilik rumah.

Anna Hayden, istri dari Alexander Davis merupakan seorang ibu rumah tangga tanpa karir yang mempunyai mimpi besar untuk keluarganya. Ambisinya untuk menjadi salah satu wanita kelas atas yang dihormati di kota tersebut membuatnya menghalalkan berbagai macam cara. Seperti saat ini, dia ingin menikahkan Raymond yang sudah beristrikan Velicia dengan putri dari salah satu pejabat tinggi di kota tersebut.

Wanita berambut hitam sebahu itu menelisik tiap ruangan. Tidak ada pujian yang keluar dari bibirnya, melainkan celaan yang ditujukan pada sang menantu.

"Tidak kusangka Raymond telah menikahi wanita pemalas sepertimu," tuturnya dengan ketus.

Velicia mencengkeram handuk yang melilit tubuhnya. Harinya terasa buruk sebelum menjalani aktifitasnya.

"Lihatlah dirimu!" ujarnya sambil menggerakkan dagunya ke arah sang menantu. Dia menatap tajam pada menantunya yang masih memakai handuk untuk menutupi tubuh polosnya, dan menggelengkan kepalanya melihat rambut menantunya yang terlihat basah serta acak-acakan.

"Berantakan!" sambungnya sembari tersenyum miring.

"Tidak heran jika rumah ini sangat berantakan," imbuhnya seolah mengatakan kebenciannya pada sang menantu.

Sabar. Hanya itu yang bisa dilakukan Velicia selama ini ketika menghadapi ibu mertuanya, tanpa mau melawannya. Bagi Velicia, ibu mertuanya merupakan sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Itu dulu, dan sekarang dia tidak akan berusaha sekeras itu lagi. Semua karena luka yang ditorehkan oleh suaminya, putra dari wanita paruh baya tersebut.

"Maaf, Ma. Saya permisi dulu untuk berganti pakaian," ucapnya dengan sopan. Sebuah cara yang tepat untuk membebaskan pendengarannya dari ocehan sang mertua.

"Lihatlah! Kurang ajar sekali dia!" omel wanita paruh baya itu dengan meninggikan suaranya, menyertai langkah kaki sang menantu menuju kamarnya.

Di dalam kamar Velicia bernafas lega. Untuk sementara dia bisa menghindar dari ibu mertuanya, tapi bagaimana untuk selanjutnya?

Tiba-tiba dia kembali teringat akan suaminya yang belum juga pulang ke rumah. Seketika pandangan matanya mengarah pada jam yang tergantung di dinding kamar tersebut. Dia tersenyum miring melihat waktu yang kemungkinan besar telah dihabiskan sang suami dengan wanita selingkuhannya, hingga saat ini belum juga pulang ke rumah untuk menemuinya.

"Ternyata aku sama sekali tidak ada dalam pikiranmu, Ray," gumamnya sembari tersenyum menertawakan kemalangan dirinya.

"Lama sekali! Apa kamu sedang menyetrika pakaianmu, Ve?!" teriak sang ibu mertua dari luar kamarnya.

Sontak saja bulu kuduknya berdiri mendengar suara teriakan sang ibu mertua. Bahkan tubuhnya bergerak dengan sendirinya ke arah lemari untuk mengambil pakaian, dan memakainya. Begitu besar ketakutannya pada sosok ibu mertua yang selalu mencari kesalahan pada dirinya.

Hanya beberapa saat saja dia keluar dari kamarnya, tanpa memoles wajahnya ataupun menyisir rambutnya. Dia bergegas menghampiri sang ibu mertua agar tidak lagi mengomel padanya.

Tiba-tiba telinganya mendengar sesuatu, sehingga kakinya pun berhenti melangkah. Dari balik tembok ruangan tersebut dia menajamkan pendengarannya.

"Kenapa Mama datang ke sini pagi-pagi sekali?" tanya Raymond sembari duduk di hadapan mamanya.

"Kamu baru pulang atau baru saja berangkat, Ray?" tanya balik wanita paruh baya tersebut seolah sedang menyelidikinya.

Raymond gugup. Dia terlihat salah tingkah dan mengalihkan pandangan matanya ke lain arah.

"Biasanya Mama memberi kabar terlebih dahulu sebelum datang ke sini," ucapnya berusaha mengalihkan pertanyaan sang mama.

Namun, wanita paruh baya tersebut dapat melihat dengan jelas kegugupan putranya. Dia tersenyum miring, dan menyimpulkan sesuatu. Raymond, putranya itu baru saja pulang ke rumah, dan menyembunyikan sesuatu.

'Sepertinya dia mempunyai mainan baru. Aku harus mempertegasnya, dan memberikan batasan padanya dalam bersenang-senang,' batinnya sembari menatap sang putra.

"Mama sengaja ingin memberikan surprise padamu," ujar wanita berpenampilan layaknya wanita sosialita pada umumnya.

Dahi Raymond mengernyit. Tatapan matanya seolah sedang bertanya pada wanita paruh baya itu.

"Surprise?" tanyanya penasaran.

Sang mama mengangguk dan tersenyum. Raymond tersenyum miring, seolah meremehkan surprise yang diberikan oleh mamanya.

"Mama sudah sering datang ke rumah ini. Bahkan Mama sudah sering keluar masuk rumah ini seolah rumah Mama sendiri. Apa Mama mengira itu akan menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan bagiku?" tuturnya tanpa beban.

"Jadi, kamu tidak pernah senang ketika Mama datang ke sini?" tanya sang mama dengan ketus.

Raymond terkekeh. Dia menatap wanita paruh baya itu tanpa merasa terintimidasi sedikit pun.

"Bagaimana aku bisa senang jika setiap kali Mama datang ke rumah ini selalu saja ada yang dikeluhkan. Apa Mama pikir kami bisa memberikan Mama cucu ketika pikiran kami tidak tenang?"

Wanita paruh baya itu merasa tersinggung. Dia berdiri dari duduknya, dan menatap tajam pada putranya.

"Raymond hanya memberitahu saja, Ma. Jika Mama marah hanya karena--"

Perkataan Raymond tidak dapat dilanjutkannya. Seketika dia lupa akan semua hal yang akan diucapkannya saat sang Mama membisikkan sesuatu padanya. Ekspresi wajahnya berubah menjadi tegang, dan tatapan matanya seolah tidak percaya pada sang mama.

"Mama tahu semua tentang dirimu, Raymond. Jadi, jangan coba-coba untuk memprovokasi Mama untuk memberitahukan kebenaran ini pada semua orang, termasuk istrimu," tutur wanita paruh baya tersebut sambil tersenyum miring.

Raymond terhenyak. Dia menatap tidak percaya padanya. Hanya saja bibirnya terkunci, tidak berani mempertanyakan pada mamanya.

"Batasi bersenang-senang dengan mainanmu itu, karena Mama memberikan sesuatu yang lebih berarti untukmu," bisik sang Mama di telinga putranya.

Mata Raymond terbelalak. Benar, wanita tersebut adalah pemilik seorang Raymond Davis. Tidak ada yang luput darinya, termasuk perselingkuhan sang putra saat ini. Sejenak Raymond lupa jika dirinya beserta kehidupannya adalah hasil karya dari mamanya yang sangat terobsesi akan kesempurnaan dan juga kemewahan.

"Mama akan membawanya untuk datang menemui mu. Mama berani jamin kamu tidak akan menolaknya," sambungnya dengan penuh percaya diri.

Dari balik tembok, Velicia mengetahui semuanya. Badannya terasa lemas. Tangannya mencengkeram ujung tembok, berpegangan erat agar badannya tidak luruh ke lantai.

'Ternyata Mama mengetahui semuanya, dan dia hanya membiarkannya saja tanpa menghentikan putranya,' batinnya kesal.

"Ma, apa harus Mama melakukan ini?" tanya Raymond serius.

"Apa kamu tidak menginginkan keturunan? Jujur saja Ray, Mama dan Papa sangat menginginkan keturunan darimu yang nantinya akan menjadi penerus keluarga Davis. Terlebih lagi jika anak yang mengalir darahmu lahir dari wanita bangsawan atau dari kalangan atas, bukan dari keluarga rendahan yang mencemari status sosial kita," tutur sang mama dengan suara lantang, dan melihat ke arah pintu ruangan yang tanpa penutup tersebut.

"Pelankan suara Mama," ujar Raymond dengan tegas.

Wanita paruh baya itu tersenyum miring. Dia melipat kedua tangannya di depan dada, dan mendongakkan dagunya dengan sangat percaya diri.

"Faktanya istrimu tidak bisa memberikan keturunan. Jadi, tidak ada salahnya jika kamu menikah lagi dengan wanita lain yang lebih cantik, lebih berpendidikan dan juga berasal dari keluarga terpandang tentunya."

"A-apa? Menikah?" celetuk Velicia tanpa sadar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 75 Kegalauan Seorang Mantan Suami

    Raymond terlihat lesu duduk di sofa ruang tamu dengan penampilan berantakan. Kemeja kerjanya kusut dengan satu kancingnya yang terbuka. Dasi dan jasnya masih berada di atas sofa semenjak dilemparnya semalam, ketika akan keluar mencari Velicia. Rambutnya sangat jauh berbeda dari gayanya sehari-hari. Rambut yang biasanya rapi, kini menjadi berantakan, tidak beraturan layaknya orang yang sedang frustasi.Dia menghabiskan malamnya untuk mencari Velicia yang sedang mengandung, dan kini telah berstatus sebagai mantan istrinya. Raymond sangat menentang hasil perceraian tersebut. Baginya hasil persidangan tanpa kehadirannya tidak akan sah meskipun sudah tercatat resmi menurut pengadilan dan negara. "Raymond!""Ray!""Buka pintunya!"Mata Raymond yang sedikit terpejam, seketika terbuka lebar. Dia bergegas berjalan cepat menuju pintu, berharap Velicia lah yang datang dan memanggil namanya.Senyuman sumringahnya seketika musnah, berganti dengan wajah datar yang menyembunyikan rasa kesal pada so

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 74 Sah Cerai

    Raymond berjalan dengan lesu. Langkahnya terasa berat masuk ke dalam rumahnya. Dia menghela napas mendapati rumahnya yang terasa hening dan sepi. Bahkan terlalu kosong untuk rumah yang masih berpenghuni.Lagi-lagi dia merasa kesepian. Sepasang matanya menatap ke arah kamar belakang yang pintunya dalam keadaan tertutup."Pasti dia sudah tidur," gumamnya tidak bersemangat.Tidak dipungkiri sejak Velicia dinyatakan sedang mengandung, wanita itu selalu saja mudah mengantuk, sehingga Raymond tidak memprotesnya. Berbeda dengan sebelumnya yang harus ada setiap kali dibutuhkan oleh Raymond. Bahkan sebelum Raymond tertidur pulas, Velicia dilarang untuk tidur mendahuluinya.Pandangan mata Raymond tertuju pada sebuah amplop besar berwarna coklat yang berada di atas meja makan. Merasa sangat penasaran, dia pun bergegas mengambilnya. Seketika matanya terbelalak melihat lembaran isi dari amplop tersebut. "Tidak. Ini tidak mungkin," ucapnya sambil membaca lembaran itu secara teliti.Berkali-kali Ra

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 73 Perceraian dan Pernikahan

    Di tengah kesibukan Raymond menyiapkan pernikahannya, Velicia menyiapkan kepergiannya dari rumah mereka. Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menerima surat resmi perceraian mereka yang diurus oleh pengacara Arion.Siang ini, Arion mengajak Velicia untuk bertemu di tempat biasanya. Dengan hati berdebar, Velicia menunggu kedatangan mantan kekasihnya itu, berharap pria tersebut membawa berita baik untuknya."Ini. Bukalah," ucap Arion sambil meletakkan sebuah amplop besar berwarna coklat di atas meja."Apa ini?" tanya Velicia pada mantan kekasihnya yang duduk di hadapannya.Arion tersenyum menggodanya. "Bukalah. Kamu pasti akan senang melihatnya," jawabnya dengan mantap.Velicia menatap serius padanya. "Di dalam amplop itu ada sebuah hadiah yang aku persembahkan untuk ibu anakku," imbuh Arion kemudian."Apa mungkin ...." Perkataan Velicia tidak dapat diselesaikannya. Dia mendapatkan anggukan kepala dari Arion. CEO muda itu membenarkan pikiran mantan kekasihnya.Dengan tangan gemetar V

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 72 Kumpulan Angka yang Mematikan

    Berdasarkan perdebatan Raymond dengan kedua orang tuanya dan juga Sandra mengenai pesta pernikahannya, akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan pesta pernikahan itu semewah dan sebesar keluarga kelas atas pada umumnya. Tidak hanya itu saja, mereka menyuruh Raymond agar segera membeli rumah mewah untuk tempat tinggalnya setelah menikah dengan Sandra. "Jangan perhitungan, Ray. Nanti juga kamu akan mendapatkan lebih besar lagi dari yang kamu keluarkan," tutur Alexander dengan gaya bijaknya setelah Raymond mengantarkan Sandra pulang. Anna duduk di sebelah suaminya, dan menyahuti ucapan suaminya, "Benar, Ray. Mereka tidak mungkin membiarkan putri berharganya keluar dari istana dengan tangan kosong. Buktinya mereka masih memikirkan pesta pernikahan putrinya dan tempat tinggal setelah putrinya menikah. Apa kamu tidak berpikir jika ini merupakan salah satu ujian dari mereka untukmu?" Raymond menghela napasnya. Yang menjadi pertanyaannya saat ini adalah ... dari mana uang untuk membay

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 71 Rencana Pernikahan dan Rencana Perceraian

    "Kapan kalian menikah?" tanya Thomas Brooks ketika Sandra memberitahukan keinginan calon mertuanya untuk bertemu dengan mereka."Karena itulah orang tua Raymond ingin menemui kalian untuk membicarakan tentang pernikahan kami," jawab Sandra sambil tersenyum tipis.Pria paruh baya itu menatap sekilas pada wanita muda yang sudah diangkat menjadi anaknya, kemudian perhatiannya kembali pada kertas-kertas yang ada di hadapannya."Katakan pada mereka kami setuju dengan keputusan mereka. Kapan saja dan di mana saja mereka akan mengadakan pernikahan kalian," tuturnya tanpa melihat ke arah putrinya."Tapi, Pa ... Mereka--"Sontak saja pria paruh baya itu melihat ke arah Sandra yang sedang duduk di hadapannya. "Kami hanya perlu datang dalam pernikahan kalian sebagai walimu, bukan?" tanyanya dengan tegas.Seketika Sandra terdiam. Bibirnya kembali tertutup. Dia mengangguk sebelum akhirnya menundukkan kepalanya."Seberapa besar dan hebatnya pesta pernikahan kalian akan memperlihatkan strata sosial

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   bab 70 Tidak Menginginkan Bekas Wanita Lain

    Beberapa barang Velicia sudah dimasukkan ke dalam koper miliknya. Sama seperti awal dia datang ke rumah itu, Velicia hanya membawa dua koper yang berisi barang pribadinya tanpa membawa barang-barang yang dibeli menggunakan uang Raymond. Semua pakaian, perhiasan, sepatu yang dibelikan Raymond untuk menunjang penampilannya sebagai boneka hiasan suaminya di depan atasan dan koleganya, ditinggalkan begitu saja di tempatnya.Namun, ada sebuah gaun pesta dan sepasang sepatu berwarna senada di dalam koper tersebut yang tidak pernah dikeluarkannya. Semua itu pemberian dari Arion. Gaun pesta dan sepasang sepatu dari desainer ternama itu terlihat sangat mewah dan anggun ketika dipakainya. Velicia sengaja membawanya karena kenangan mereka sangatlah berharga untuknya. Dan ada sedikit harapan kala melihat benda kenangan tersebut, dia ingin bertemu kembali dengan sang mantan, dan menikah dengannya.Tentu saja itu hanya harapan kecil darinya. Akan tetapi, harapannya ketika terpaksa menerima perjodoh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status