Share

Hanya Pernah Mencintaimu
Hanya Pernah Mencintaimu
Penulis: Melati

Bab 1

Penulis: Melati
"Kamu serius?" Pria di sampingku mengangkat matanya dan menatapku. "Bagaimanapun, kalian sudah bersama selama bertahun-tahun."

Aku mengangkat alis. "Dia melewatkan tiga kesempatan untuk melamarku. Mungkin dia memang nggak begitu mencintaiku."

"Kalau dia nggak menyukaiku, untuk apa aku terus bergantung padanya? Lebih baik aku melepaskannya. Itu juga berarti membebaskan diriku sendiri."

Adrian Abimanyu cepat-cepat berdiri, lalu mengulurkan tangannya kepadaku. "Kalau begitu, sudah diputuskan. Urusan detail pertunangan, biar aku yang atur. Kamu nggak perlu khawatir."

"Aku jamin, nggak akan ada upacara pertunangan yang lebih mewah dari ini di seluruh ibu kota."

Aku mengamati pria di hadapanku itu. Setelan jas buatan khusus yang dikenakannya mempertegas postur tubuhnya yang tinggi dan tegap. Wajahnya yang tampan dan berkelas, menjadikannya sosok idaman para wanita di lingkaran sosial ini.

Yang paling penting, tatapan matanya kepadaku memancarkan ketulusan dan tekad yang belum pernah ditunjukkan Evan Danantya sebelumnya.

"Oke." Aku tersenyum, lalu meraih tangannya.

Kembali ke vila, aku mengemasi semua barangku di kamar dan hendak pergi, ketika tiba-tiba saja Evan kembali.

Evan langsung mengerutkan kening begitu melihatku. "Apa lagi yang mau kamu lakukan sekarang? Kabur dari rumah?"

"Upacara pertunangannya cuma ditunda sebulan. Bisa nggak, kamu berhenti bikin drama kayak gini? Kamu itu sudah dewasa, bukankah sikapmu ini kayak anak kecil?"

Aku menjawabnya dengan acuh tak acuh, "Cuma perjalanan bisnis."

Kerutan di kening Evan mengendur. "Kenapa nggak bilang dulu padaku?"

"Perusahaan mendadak ada urusan. Kamu juga sibuk. Jadi, aku nggak mau mengganggumu lagi."

Evan pun menganggukkan kepalanya, lalu berkata dengan nada yang seakan itu merupakan hal yang wajar, "Oh iya, Lena mungkin akan tinggal di rumah kita selama beberapa hari. Dia baru pulang ke negara ini dan belum menemukan tempat tinggal."

"Aku mengerti." Dengan ekspresi datar, aku menarik koper dan berjalan menuju pintu. "Aku nggak keberatan. Suruh saja pembantu mengatur semuanya. Biarkan Lena lakukan apa pun yang dia mau."

Evan tertegun sejenak, lalu tiba-tiba meraih lenganku. "Kamu… Kapan kamu pulang?"

"Aku nggak tahu. Lihat saja nanti. Aku bakal kasih tahu kamu."

Evan pun melepaskan tanganku dengan lega. Dia lalu langsung berbalik untuk mengirim pesan pada Lena Mahendra, tanpa menanyakan ke mana tujuan perjalanan bisnisku.

Aku pindah kembali ke rumahku sendiri. Keesokan harinya, aku melihat berita hiburan yang menampilkan foto Evan yang menjemput Lena sendiri di bandara.

Dalam foto itu, tampak Evan sedang memayungi Lena. Demi melindungi Lena dari angin dan hujan, Evan bahkan tidak peduli meski bahunya sendiri sudah basah kuyup.

Judul berita itu ditulis dengan huruf tebal: [Pengejaran Cinta Pak Evan Sejauh Ribuan Kilometer, Berakhir dengan Bersatunya Mereka]. Komentar-komentar di bawahnya juga dipenuhi dengan seruan kekaguman.

[Astaga, ini benar-benar cinta yang suci!]

[Aku nyaris meleleh, ini terlalu romantis!]

[Siapa pun yang melihatnya, pasti akan bilang kalau mereka itu pasangan yang serasi.]

Sesekali, muncul satu atau dua pertanyaan: [Seingatku, bukankah Evan sudah mau tunangan?]

[Kalau begini, apa yang bakal dipikirkan tunangannya?] Pertanyaan-pertanyaan itu dengan cepat tenggelam di kolom komentar artikel berita tersebut.

Aku tertawa sinis dan menutup halaman berita itu, lalu berbalik untuk menjawab telepon dari Adrian.

"Gaun dan perhiasan untuk pertunangan sudah siap. Hari ini, kamu ada waktu untuk mencobanya?"

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa terkejut. "Secepat itu?"

Ketika Adrian menjemputku dan kami tiba di lokasi, aku baru menyadari bahwa dia benar-benar mengundang seluruh tim desainer!

"Aduh, ini pasti calon pengantinnya, ya?"

Desainer senior berambut pirang dan bermata biru itu menatapku sambil tersenyum, menggodaku, "Pantas saja Pak Adrian begitu terburu-buru. Ternyata tunangannya secantik ini."

Sebelum aku sempat merasa malu, aku sudah langsung diseret untuk mencoba beberapa gaun lainnya.

"Desain-desain ini semuanya dibuat berdasarkan ukuran yang diberikan Pak Adrian. Coba lihat apakah cocok."

Aku mengangkat rok dan berputar sekali. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati gaun itu benar-benar pas di tubuhku.

Telingaku langsung memerah. Aku menoleh dan bertanya pelan pada Adrian, "Bagaimana kamu bisa tahu?"

Adrian tersenyum tanpa dosa. "Bukan apa-apa. Aku cuma tanya pada ibumu."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hanya Pernah Mencintaimu   Bab 8

    Dua lajur air mata mengalir di wajah Lena saat dia memelototiku dengan penuh kebencian. "Semua ini salahmu, Amanda. Semua ini salahmu!""Kalau bukan karenamu, Evan mana mungkin meninggalkanku! Kenapa kamu mencoba merebutnya dariku? Kenapa?!"Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. "Tolonglah, siapa yang mau merebutnya darimu?""Cuma kamu yang masih menganggap orang nggak guna kayak Evan begitu berharga. Aku mohon, bawalah dia pergi dari hidupku, oke?"Namun, pada saat itu, Evan muncul.Evan pasti juga mendengar rumor tersebut. Itu sebabnya, dia juga datang ke sini."Amanda, Amanda!" Evan terus berusaha mendekat ke arahku. "Dengarkan dulu penjelasanku, oke? Aku sudah nggak ada hubungan apa pun lagi dengan wanita ini."Lena berteriak sambil menggertakkan gigi, "Kak Evan, kenapa kamu jadi seperti ini?! Aku sedang mengandung anakmu!""Itu darah dagingmu sendiri! Apa kamu benar-benar mau meninggalkannya?!"Semua orang menjadi terpaku untuk sesaat. Aku tidak bisa menahan diri untuk tid

  • Hanya Pernah Mencintaimu   Bab 7

    Akan tetapi, aku tidak peduli dengan semua itu. "Kalau kamu nggak terus saja kasih dia kesempatan, apa dia bisa seenaknya muncul di hadapanku untuk membuatku mual seperti ini?""Bukankah kamu cuma ingin menikmati sensasi dikelilingi dua orang wanita, satu di rumah, satu lagi di luar sana? Menurutku, justru kamu-lah yang paling bikin mual!"Di sisi lain, Lena menangis tersedu-sedu. Air matanya jatuh seperti hujan. "Maafkan aku, maafkan aku. Semua ini salahku. Nggak seharusnya aku muncul di depanmu dan Evan. Aku akan pergi sekarang juga."Aku mengerutkan kening dengan tidak sabar. "Kalau mau pergi, cepat pergi. Pergilah ke mana pun. Nggak ada yang peduli kamu mau kemana.""Keluarga Mahendra sudah mengalami kemerosotan selama tiga generasi. Sampai pada dirimu, mereka benar-benar sudah hancur total.""Aku sarankan, kamu pegangi Evan erat-erat. Nanti, kalau kesempatan ini lewat, nggak akan ada lagi kesempatan kedua."Dengan perasaan malu dan marah yang tidak bisa lagi ditahan, Lena pun berl

  • Hanya Pernah Mencintaimu   Bab 6

    Evan menerobos masuk ke pesta pertunangan, tepat di saat aku sedang bertukar cincin dengan Adrian.Evan lalu dengan mata merah, bergegas menghampiriku dan menggenggam tanganku erat-erat. "Amanda, jangan bikin masalah lagi. Ayo, ikut aku pulang."Adrian mengerutkan kening dan mendorongnya. "Pak Evan, aku nggak ingat pernah mengundangmu.""Kalau kamu mau buat onar, jangan salahkan aku kalau aku nggak sopan."Orang tua Evan juga terkejut. Tidak ingin mendapat malu di depan semua orang, mereka pun buru-buru menarik Evan pergi."Apa yang kamu lakukan? Hari ini ada begitu banyak orang di sini. Kamu masih mau merusak acara ini?"Akan tetapi, Evan tidak mau dengar. Dengan keras kepala, dia terus berusaha menarikku untuk pergi bersamanya."Pertunangan apa? Aku nggak setuju!""Bukankah dia tunanganku? Kami belum putus. Apa hak Adrian jadi calon mempelai prianya?""Amanda, sebelum aku benar-benar marah, cepat ikut aku pulang!"Lena yang berdiri di samping membela Evan dengan wajah tanpa dosa, "Be

  • Hanya Pernah Mencintaimu   Bab 5

    Meski masih muda, Adrian sudah menjadi pilar utama Keluarga Abimanyu. Dengan sedikit tindakannya saja, separuh ibu kota bisa gempar. Oleh karena itu, upacara pertunangannya tentu saja dibuat semegah mungkin.Lokasinya dipilih di hotel terbesar di seluruh ibu kota. Bahkan, mereka sengaja mengundang orang untuk melakukan siaran langsung.Orang tuaku sama sekali tidak keberatan dengan hal ini. Mereka malah dengan senang hati menunggu untuk menikahkan aku.Aku tahu, mereka selalu punya pendapat buruk mengenai Evan. Hanya saja, karena aku sebelumnya begitu terpikat pada Evan, mereka memilih menahan diri.Sekarang, setelah aku putus dengan Evan, tentu saja mereka tidak punya alasan untuk menahan diri lagi.Ibuku berkata sambil tersenyum, "Kamu masih ingat nggak? Waktu kecil dulu, kamu selalu mengikuti Adrian ke mana-mana dan memanggilnya Kakak?""Entah kenapa, begitu masuk usia remaja, kamu malah jatuh hati pada anak Keluarga Danantya itu.""Waktu itu, aku dan ayahmu sudah bilang, anak itu b

  • Hanya Pernah Mencintaimu   Bab 4

    Semua orang langsung menoleh. Adrian berdiri di sampingku. Dengan tinggi 190 sentimeter, dia menatap sekeliling dengan aura yang terasa begitu menekan."Kamu nggak apa-apa?" tanya Adrian dengan lembut, sambil menarikku ke dalam pelukannya. "Dia nggak ngelakuin apa pun padamu, 'kan?""Nggak." Aku menggelengkan kepala.Adrian menempatkanku di belakang punggungnya dengan aman untuk melindungiku. Kemudian, dia menoleh ke arah Evan dan berkata dengan dingin, "Pak Evan, gaun pengantin seperti apa yang akan dikenakan tunanganku adalah urusan kami berdua.""Sebagai orang luar, nggak pantas bagimu untuk terlalu banyak ikut campur.""Apa maksudnya aku orang luar?" Wajah Evan langsung menjadi muram. "Amanda, apa maksud dia?"Wajah Adrian langsung menjadi dingin dan menahan Evan dengan satu tangannya.Aura Adrian biasanya sudah dingin dan menekan. Pergelangan tangannya juga kuat, sehingga siapa pun di ibu kota yang melihatnya, pasti akan sedikit menunduk untuk menghormatinya.Kini, dengan penampil

  • Hanya Pernah Mencintaimu   Bab 3

    "Ckckck, memang pantas disebut putra Keluarga Danantya, kalau memberi hadiah pasti selalu mewah." Aku terkekeh pelan. "Jepit rambut itu dibuat dari bahan baku safir yang dibeli sesepuh Keluarga Danantya sepuluh tahun yang lalu dalam sebuah lelang dengan harga yang sangat tinggi.""Aslinya, benda itu ditujukan untuk dikenakan oleh menantu perempuan Keluarga Danantya. Sepertinya, Evan benar-benar menyukaimu."Untuk sesaat, seluruh ruang VIP itu menjadi sunyi senyap. Bagaimanapun, aku masih merupakan tunangan sah dari Evan.Lena yang pertama bereaksi. Matanya langsung memerah saat dia mengulurkan tangan untuk melepas jepit rambut itu. "Maafkan aku, Kak Amanda. Aku tahu, aku nggak pantas menerima sesuatu yang begitu berharga. Aku akan mengembalikannya padamu sekarang juga."Lena mencabut jepit rambut itu dengan paksa, sampai beberapa helai rambutnya ikut tercabut. Air mata tampak menggenang di sudut matanya.Evan dengan tidak sabar menahan tangan Lena. "Nggak ada alasan untuk mengembalikan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status