Beberapa saat perempuan paruh baya itu terlihat berpikir. Hingga akhirnya dia menerima ajakan sang putra. Dengan ragu dia mulai berjalan ke rumah yang ada di pojokan jalan.
"Mari. Bu, silahkan diminum tehnya."Yuli meletakkan secangkir diatas meja.
Lina yang begitu sangat membenci Yuli justru memalingkan wajahnya saat melihat kehadiran menantu keduanya. Terlihat jelas jika dalam hati Lina masih belum bisa menerima kenyataan jika kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang sempit. Sementara itu Niko terlihat menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah sang ibu.
"Diminum dulu, Bu. Kasihan Yuli sudah capek membuatkan teh itu untuk Ibu!" perintah Niko dengan lembut.
"Ibu tidak akan minum teh itu,
"Ibu. Ibu mau kemana?" tanya Yuli yang baru saja keluar dari dapur."Ibu, Ibu. Eh ingat ya, sampai kapanpun aku tidak akan mengakuimu sebagai menantu! Jadi jangan pernah memanggilku dengan sebutan Ibu. Lagi pula kemana pun aku pergi itu bukan urusanmu!" bentak Lina sambil melebarkan matanya."Maaf, Bu. Eh maksud saya, Nyonya. Mas Niko hanya berpesan untuk menjaga Nyonya sampai dia kembali," jawab Yuli dengan gugup."Kamu pikir aku anak kecil yang harus diawasi 24 jam! Sudah lebih baik kau urusi saja dirimu, aku bisa menjaga diriku sendiri." Lina memandang Yuli dengan penuh kebencian.Sambil berjalan ke arah Yuli dan Lina. "Katanya bukan anak kecil, tapi kelakuan masih seperti bayi! Eh, Nyonya
"Mas, apa hari ini kamu akan pergi untuk mencari pekerjaan?" tanya Yuli sambil menggendong Ria."Sepertinya begitu, karena kalau aku tidak segera mendapatkan pekerjaan bagaimana kita bisa membayar sewa rumah ini." Niko terlihat menyisir rambutnya yang basah.Sambil duduk di tempat tidur. "Mas, kemarin Bu Tejo ke rumah. Dan dia bilang saat ini lapak sayurnya membutuhkan tukang untuk mengangkut sayuran ke truk, bagaimana kalau kamu menerima tawaran Bu Tejo.""Maksudmu bekerja sebagai kuli panggul?" jawab Niko yang langsung menoleh ke arah sang istri."Untuk sementara, kalau kamu sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik kamu bisa berhenti," jelas Yuli sambil memegang tangan sang suami.
"Mbak Rani! Cepat kembalikan putriku," teriak Yuli. "Mas Niko cepat keluar, jangan jadi pria pengecut yang hanya bisa bersembunyi di belakang kekayaan istrimu."Berkali-kali Yuli berteriak di depan rumah artis terkenal itu. Apa yang dilakukan Yuli tentu menyorot perhatian dari beberapa orang yang ada disekitar rumah itu. Tidak berapa lama beberapa orang mendekatinya sambil membawa sebuah kamera di tangannya."Kalau boleh tahu, apa yang anda lakukan disini? Kenapa anda berteriak di depan rumah Rani." Seorang pria bertubuh jakung bertanya sambil menyodorkan sebuah mikrofon."Sepertinya mereka adalah seorang Wartawan. Aku bisa menggunakan cara ini untuk mendapatkan putriku kembali," batin Yuli yang terlihat terkejut.
"Yuli! Yuli," panggil Niko sambil mengetuk pintu."Ria! Alhamdulillah, akhirnya kamu pulang. Nak." Yuli langsung mengambil Ria dari gendongan sang suami."Yuli. Aku minta maaf karena sudah meninggalkanmu dan memisahkanmu dari Ria," ucap Niko dengan wajah ragu."Aku sudah memaafkanmu, terima kasih kamu sudah mau mengembalikan Ria." Yuli hanya memandang Niko dengan datar."Kalau begitu apa masih ada kesempatan untuk kita kembali bersama?" tanya Niko dengan penuh harap.Sambil tersenyum. "Aku memang sudah memaafkanmu, tapi untuk kembali padamu … maaf, aku tidak bisa."
"Yuli. Menikahlah dengan suamiku!" ucap Rani sambil menatap Yuli dengan tajam. "Apa! Menikah dengan Tuan Niko. Tidak, Mbak. Itu tidak mungkin," jawab Yuli yang terlihat kaget. "Rani! Apa-apaan kamu, aku memintamu untuk memberi keturunan. Bukan menyuruhku untuk menikah lagi!" bentak Niko yang terlihat kesal. Sambil berdiri dari tempat tidurnya. "Aku tahu, tapi aku memang tidak mau memiliki anak. Apa kamu tahu masa kehamilan itu akan membuat ku menjadi gemuk, belum lagi saat anak itu lahir dan aku harus menyusuinya." "Kamu terlalu berlebihan. Rani, banyak wanita diluar sana masih terlihat cantik dan memiliki tubuh yang indah," jawab Niko sambil memperhatikan sang istri. "Mas aku bilang tidak ya tidak! Aku tidak mau mengorbankan karir ku hanya demi memberikanmu seorang anak." Rani menoleh ke arah Niko. "Tunggu-tunggu! Rani, apa tidak bisa kamu pikirkan lagi. Nak? Bagaimana mungkin kamu menyuruh Niko menikah dengan pembantu miskin ini," timpal Lina sambil memegang tangan Rani yang b
Beberapa hari kemudianpernikahan kedua antara Niko dan Yuli dilakukan secara tertutup. “Malam ini, kalian akantidur bersama. Mas Niko, aku harap kamu bisa memanfaatkan kesempatan yang ada,siapa tahu di malam pertamamu dengan Yuli, nantinya akan membuahkan hasil,”Rani mengatur segalanya, bahkan Rani juga mengatur pernikahan Niko dan Yuli,sampai malam pertama mereka.Niko tidak mempedulikanlagi apa yang direncanakan oleh Rani, oleh karena itu, Niko beranjak pergi dariruang tamu menuju kamarnya. Rani yang menyadari kepergian Niko itu pun menyuruhYuli untuk menyusul Niko. Yuli hanya mengangguk ragu dan mematuhi Rani.“P-permisi, Mas Niko,saya—” Yuli terkejut ketika masuk ke dalam kamar yang sudah disipkan untuknyadan Niko, banyak sekali hiasan kelopak bunga mawar, hingga lilin-lilin yangmenerangi kamar itu.“Apa yang kau lihat?”tanya Niko yang sedang membuka kancing kemejanya, di depan Yuli.“A-anu, tidak! Mas Niko,bukankah lebih baik membuka baju di dalam kamar mandi?” Yuli
Keesokan harinya, Lina yang baru saja membersihkan diri langsung berjalan ke arah meja makan. Dia terlihat terkejut saat melihat meja tersebut masih kosong. Sementara itu Niko yang duduk tidak jauh dari Rani terlihat sedang memainkan ponselnya. "Kenapa belum ada makanan di meja ini," batin Lina sambil menatap meja makan yang masih kosong. "Rani, apa makanannya belum disediakan?" tanyanya pada sang menantu sambil terus melihat ke arah meja makan. "Tanya saja sama menantu kedua Ibu." Rani menjawab sambil terus menatap ke layar ponselnya. "Yuli! Yuli. Mana sarapan hari ini?!" tanya Lina sambil berteriak. "Iya. Bu! Sebentar lagi," jawab Yuli dengan sedikit berteriak. "Dasar wanita lelet. Bagaimana mungkin dia bisa terlambat menyiapkan sarapan," gerutu Lina yang masih berdiri di samping Rani. Sambil meletakkan ponselnya di atas meja. "Sudahlah. Bu, siapa tahu dia kesiangan. Lebih baik kita tunggu saja, mungkin sebentar lagi siap." "Niko! Kenapa sih kamu selalu membela wanita
Rani yang khawatir rahasianya terbongkar akhirnya meminta Sari untuk pulang ke kampung. Namun, rasa rindu yang telah lama dipendamnya membuat Sari terus bersikeras. Dia tetap tidak mau pergi sebelum melihat keadaan putri semata wayangnya itu. "Jadi kamu tidak mau pergi! Baik. Kamu tunggu disini," jawab Rani yang langsung masuk ke dalam rumahnya. Hampir 10 menit Rani masuk ke dalam rumahnya. Hingga tiba-tiba dia keluar dari rumah sambil menarik tangan Yuli. Dengan diikuti Lina yang berjalan di belakang mereka. "Sekarang jelaskan pada wanita tua ini, apa yang sebenarnya terjadi!" perintah Rani sambil melepaskan tangannya. "Ya Allah. Yuli! Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Sari yang langsung memeluk putri kesayangannya. "Ibu," ucap Yuli sambil menangis di pelukan Sari. "Sebenarnya apa yang terjadi, Nak?" tanya Sari sambil terus memeluk sang putri. Yuli yang menangis langsung menceritakan kejadian yang sudah dilaluinya selama ini. Melihat jawaban sang putri Sari langsung memel