Share

Bab 27~Orang Penting~

Penulis: Giana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-29 21:30:57

Langkah Nadira dan Paula memasuki lobi kantor terasa begitu berbeda dari yang mereka bayangkan. Suasana di dalam gedung megah itu penuh dengan aktivitas. Beberapa orang berlalu-lalang dengan kertas di tangan, ada yang sibuk berbicara lewat ponsel, ada pula yang membawa laptop sambil berjalan cepat. Deru suara sepatu hak dan ketukan sepatu kulit memenuhi ruangan, menciptakan irama khas dunia kerja yang begitu dinamis.

Alih-alih membuat gentar, kesibukan itu justru memacu adrenalin Nadira dan Paula. Mereka saling berpandangan, tersenyum tipis meski wajah keduanya masih menyimpan gugup. Namun jelas, ada semangat baru yang mendorong langkah mereka semakin tegap.

Seorang perempuan paruh baya dengan seragam rapi menghampiri, senyumnya ramah meski tatapannya tegas. “Kalian peserta program magang, ya? Mari, saya antar ke ruangan pelatihan,” ujarnya sambil memberi isyarat tangan.

Nadira dan Paula segera mengangguk sopan. Mereka mengikuti langkah perempuan itu, melewati lorong berlapis kaca den
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 28~Berbeda~

    Nadira terdiam, matanya melebar tanpa sadar. Dadanya kembali berdesir aneh, kali ini lebih karena rasa kaget bercampur kagum. CEO? Jadi orang yang tanpa sengaja menyerempet ibu mertuaku, ternyata adalah CEO perusahaan tempatku bekerja?Ia menunduk, bibirnya hampir bergetar. Dalam hati, ia merutuki kebodohannya sendiri. Mengapa ia tidak berusaha mencari tahu susunan pimpinan dan orang-orang penting di tempat barunya ini? Seandainya ia lebih peka, ia tentu sudah siap menghadapi momen tadi tanpa terlihat begitu kikuk.“Tenang saja. Kalau kamu bekerja dengan baik, beliau akan lebih melihat hasil kerja daripada wajah gugupmu tadi. Jadi jangan terlalu dipikirkan.” Raka menutup map di depannya, lalu berdiri.Nadira mengangguk pelan. “Baik, Pak. Terima kasih atas nasihatnya.”Raka hanya mengangkat tangan sebentar, lalu melangkah keluar ruangan. Nadira menyandarkan tubuh ke kursi, menarik napas panjang.Nadira akhirnya memberanikan diri melangkah keluar ruangan setelah beberapa menit menenangk

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 27~Orang Penting~

    Langkah Nadira dan Paula memasuki lobi kantor terasa begitu berbeda dari yang mereka bayangkan. Suasana di dalam gedung megah itu penuh dengan aktivitas. Beberapa orang berlalu-lalang dengan kertas di tangan, ada yang sibuk berbicara lewat ponsel, ada pula yang membawa laptop sambil berjalan cepat. Deru suara sepatu hak dan ketukan sepatu kulit memenuhi ruangan, menciptakan irama khas dunia kerja yang begitu dinamis.Alih-alih membuat gentar, kesibukan itu justru memacu adrenalin Nadira dan Paula. Mereka saling berpandangan, tersenyum tipis meski wajah keduanya masih menyimpan gugup. Namun jelas, ada semangat baru yang mendorong langkah mereka semakin tegap.Seorang perempuan paruh baya dengan seragam rapi menghampiri, senyumnya ramah meski tatapannya tegas. “Kalian peserta program magang, ya? Mari, saya antar ke ruangan pelatihan,” ujarnya sambil memberi isyarat tangan.Nadira dan Paula segera mengangguk sopan. Mereka mengikuti langkah perempuan itu, melewati lorong berlapis kaca den

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 26~Duri Dalam Rumah Tangga~

    Suara di seberang begitu menusuk telinga Nadira, kasar dan penuh amarah. [“Jangan sampai kudengar kamu merengek pada anakku untuk pergi dari rumah! Kalau kamu memang mau pergi, ya sudah pergi saja sendiri! Jangan ajak-ajak Aryan untuk ikut!”]Nadira tertegun. Bukan suara Erlina yang ia dengar, melainkan ibu mertuanya. Air matanya seketika jatuh, tubuhnya bergetar menahan perih. Ia menggenggam ponsel lebih erat, berusaha menahan suaranya agar tidak pecah. “Ibu, aku hanya ingin hidup damai dengan suamiku di rumah kami. Hanya berdua, tanpa ada campur tangan pihak ketiga. Aku tidak bermaksud menyinggung siapa pun, apalagi Ibu.”Jawaban itu justru menyulut bara. Suara Mala terdengar semakin tinggi dan tajam. [“Jadi maksudmu, aku ini duri dalam rumah tangga kalian?! Kamu ingin bilang aku mertua jahat? Menyusahkan kalian?! Sejak awal aku tahu, kamu memang hanya bisa menghasut anakku agar menjauh dariku!”]Nadira terisak, pundaknya bergetar hebat. “Aku tidak pernah berkata begitu, Bu. Tolong

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 25~Memilih Pulang~

    Nadira menghela napas panjang, lalu menegaskan dengan suara bergetar namun mantap, “Aku serius, Mas. Aku ingin kita tinggal berdua saja. Aku sudah mencoba bersabar, tapi setiap hari rasanya semakin sulit menghadapi sikap ibumu. Kalau Mas tetap tidak mau, maka biarkan aku tinggal bersama Paula saja.”Suara Aryan di seberang terdengar tercekat, seakan tidak menyangka istrinya bisa sekeras itu. [“N—Nad, jangan bilang gitu. Jangan pernah berpikir untuk tinggal jauh dariku.”] Nada suaranya jelas tergagap panik, berbeda jauh dari tadi yang penuh amarah.Nadir terdiam, menanti jawaban yang lebih tegas. Hatinya berdegup kencang, takut sekaligus berharap.Lalu terdengar suara Aryan lagi, kali ini lebih bulat, [“Okey, Mas akan jemput kamu. Kita pulang malam ini juga dan tinggal di rumahmu. Kalau gitu, segera kirim alamat rumah temanmu si Paula itu. Mas akan izin dulu pada Ibu untuk pulang ke rumah kita, sekalian Mas minta Erlina menjaga Ibu selama aku tidak ada. Mas akan tinggal bersamamu, Nad.

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 24~Tidak Melihat Dari 2 Sisi~

    [“Apa maksudmu, Nad?! Sudah malam begini kamu masih berkeliaran entah di mana! Setelah keributan tadi sore, bukannya kamu introspeksi di rumah, malah pergi tanpa kabar! Apa kamu nggak mikir sama sekali, hah?”] suara Aryan meninggi, terdengar jelas amarah yang tak terbendung dari seberang.Nadira memejamkan mata, menahan diri agar tidak ikut tersulut. Namun, semakin lama ia mendengar bentakan itu, semakin sesak dadanya. Jemarinya mencengkeram ponsel erat, hingga akhirnya ia tak kuasa lagi menahan diri.“Cukup, Mas! Kamu itu sama sekali nggak tahu apa yang terjadi padaku setelah kamu pergi gitu aja seusai memarahiku tadi sore!” seru Nadira, suaranya pecah, nyaris bergetar.[“Halah, kamu palingan hanya nggak mau baikan sama ibuku, kan? Makanya kamu pergi gitu aja.”]Nadira menggeleng keras meski Aryan takkan mungkin melihatnya. “Kamu pikir aku sepicik itu, Mas? Tidak! Erlina tadi menyuruhku untuk menjauh dari jangkauan ibumu ... dan kuanggap itu pengusiran secara tak langsung. Bayangkan

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 23~Kedinginan~

    Perjalanan setelah makan malam singkat itu terasa begitu tenang bagi Nadira. Motor Paula melaju di antara jalanan yang mulai lengang, lampu-lampu kota berkelip samar, dan suara mesin menjadi latar yang menenangkan. Meski angin dingin menusuk kulit, kehangatan persahabatan baru yang hadir dalam hidupnya membuat hati Nadira sedikit tenteram.Tidak lama kemudian, motor berhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat putih. Halamannya tidak terlalu luas, hanya ada beberapa pot bunga yang terawat rapi di sudut. Paula memarkir motornya, lalu tersenyum sambil menoleh ke arah Nadira.“Ini rumahku, Nad. Maaf ya kalau nggak besar dan mewah seperti ekspetasimu. Tapi semoga aja kamu bisa ngrasa nyaman di sini.”Nadira menatap rumah itu dengan tatapan lembut. Ada nuansa hangat meski sederhana. Ia mengangguk pelan. “Aku sudah sangat berterima kasih, La. Kamu udah mau repot-repot jemput dan mengajakku makan. Sekarang kamu bahkan ngajak aku ke rumahmu.”Paula hanya terkekeh kecil, lalu membuka pagar.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status