Share

Harapanku
Harapanku
Penulis: SyaSyi

Prolog

Hai namaku Clarissa, orang-orang biasa memanggil aku Cla. Sedangkan orang tua aku memanggil aku dengan nama Sasa. Usia aku 17 tahun, saat ini aku sedang  duduk di bangku kelas 2 SMA di sekolah negeri di daerah Yogyakarta. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Ayah aku seorang guru sekolah dasar dan ibu aku seorang ibu rumah tangga. 

Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Kalian pasti sudah sangat tahu berapa gaji guru Sekolah dasar untuk di daerah. Meskipun demikian, orang tua aku selalu mendidik aku menjadi orang yang berguna untuk semua orang. Oleh karena itu, aku selalu berharap jika suatu saat nanti harapanku bisa tercapai. Aku ingin menjadi orang sukses agar bisa menjadi orang yang  berguna untuk semua orang. Terutama keluarga aku, aku mempunyai harapan untuk membahagiakan orang tua dan adikku kelak. 

Aku terkenal sebagai siswi yang pintar, sejak duduk di bangku Sekolah dasar hingga SMA aku selalu mendapatkan beasiswa. Sehingga aku selalu gratis untuk bersekolah, dan bahkan aku juga mendapatkan uang saku untuk sekolah dari pemerintah. Aku selalu bersemangat belajar, agar harapanku bisa tercapai mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan ke bangku kuliah. 

Kehidupan aku seperti layaknya orang lain, yang selalu menginginkan kebahagiannya dalam hidup. Aku tidak pernah berharap lebih pada dunia, aku hanya mencoba menjalani kehidupanku dengan baik. 

Aku berjanji dalam hati tidak akan pernah mau berpacaran dulu sampai aku sudah menjadi orang sukses nanti. Aku hanya ingin fokus pada keluargaku. Karna harapanku adalah aku menikah setelah orang tua dan adik ku sudah merasa hidup dengan penuh kecukupan. 

Aku selalu merasa bersyukur meskipun aku hidup penuh dengan kekurangan,  tetapi bagiku memiliki keluarga yang lengkap dan orang tua yang sangat menyayangiku membuat aku merasa bahagia. Bagiku harta yang paling berharga ada keluarga. Tetapi semua awal kesedihan di hidupku di mulai, saat kedua orang tua ku pergi meninggalkan aku dan adikku untuk selamanya. Kedua orang tua ku mengalami kecelakaan di alas roban ketika dalam perjalanan ke Pekalongan untuk menghadiiri acara pernikahan tanteku, adik dari Ibu ku.  

Saat rencana kepergian mereka ke Pekalongan, awalnya aku dan adikku ingin sekali ikut bersama kedua orang tua ku. Aku menginginkan berjalan-jalan menikmati liburan, karna terlalu sulitnya ekonomi keluargaku yang sangat pas-pasan membuat aku tidak pernah liburan. Tetapi saat itu, kedua orang tua ku tidak bisa membawa aku dan adikku ikut serta, karena uang orang tua ku hanya cukup untuk ongkos pulang pergi mereka berdua. Sehingga aku dan adikku harus mengerti keadaan yang ada. 

Semua terasa terhenti kebahagiaan yang aku rasakan, rasanya aku saat itu ingin ikut dengan orang tua ku. Karna bagaimana aku bisa hidup hanya berdua dengan adikku, sedangkan aku masih sekolah di bangku SMA.  

Semua harapanku seperti hilang sudah, Aku tidak memiliki kekuatan untuk aku tetap berpijak menghadapi kerasnya hidup. Tetapi saat aku menoleh ke adikku saat pemakaman orang tuaku, dia lah yang menjadikan sumber kekuatan untukku. Adikku yang menguatkan aku untuk tetap bertahan hidup demi dirinya. Aku harus melanjutkan perjuangan orang tua ku untuk aku dan adikku. 

Semua aku lakukan demi aku bertahan hidup dengan adikku. Aku menjadi pekerja serabutan saat pulang sekolah. Dan berusaha dengan berbagai cara agar aku bisa menghasilkan uang demi kami bertahan hidup. 

Selepas pulang sekolah aku bekerja di sebuah laundry besar di dekat kampus UGM ( Universitas Gajah Mada ). Aku bekerja sebagai kasir dan bahkan menjadi kurir bila tidak ada yang mengantar. Rata-rata mahasiswa mahasiswi di universitas UGM laundry di tempat aku bekerja. 

Pekerjaanku yang mempertemukan aku dengan seorang mahasiswa UGM bernama Gio. Dia adalah mahasiswa UGM yang mengambil jurusan Hubungan Internasional semester 5.

Dia sangat baik padaku, hingga suatu saat dia mengungkapkan perasaannya padaku. Tetapi aku langsung menolaknya, dan aku pun sudah menjelaskan alasan aku menolaknya. 

Harusnya aku bersyukur bisa di cintai seorang laki-laki yang tampan, gagah, baik, dan tidak sombong. Aku yakin Gio adalah anak orang kaya kalau di lihat dari  penampilannya. Aku tidak bisa menerimanya aku tidak mau menaruh harapan besar pada sosok Gio. Di lain sisi, aku telah mendengar dan mengetahui kalau di luar sana dia adalah laki-laki yang kerap berganti kekasih dan bahkan dia di kenal sebagai Playboy. 

Gio adalah sosok yang menyenangkan dan asyik untuk di jadikan sebuah teman. Meskipun aku sebenarnya menaruh hati padanya, aku tidak mau menunjukkan kepada dirinya. Aku menutup hatiku untuk laki-laki, apalagi dengan Gio, aku sadar tidak akan pernah bisa bersatu kembali. 

Aku selalu berjuang untuk membahagiakan adikku. Aku ingin dia bisa menjadi orang yang sukses, baru aku akan menikah. Aku suka sekali menulis cerpen, novel, ataupun karya tulis. Hal ini yang membuat perlahan aku menjadi orang sukses. Bahkan akhirnya aku bisa menjadi seorang Editor meskipun aku lulusan Akuntansi. 

Aku bertemu Gio saat dia datang mengunjungi kampus UGM sebagai Motivator untuk mahasiswa-mahasiwi di kampus itu. Karna dia adalah salah satu contoh mahasiswa UGM yang sukses. Gio mencoba untuk mendekatiku kembali, tetapi aku menolaknya. Gio juga pernah menyempatkan dirinya untuk berkunjung ke Yogyakarta untuk bertemu dengan aku kembali. Kami sangat menikmati kebersamaan kami di sini. Meskipun aku selalu memendam perasaan aku agar tidak jatuh cinta padanya.

Setelah lulus kuliah, aku mendapatkan tawaran untuk bekerja sebagai Editor di sebuah Perusahaan E-Commers di Jakarta. Perusahaan ini menjanjikan aku memberikan gaji yang sangat besar, hingga akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke Jakarta bersama adikku. Dan di situlah aku bertemu kembali dengan Gio. Gio adalah CEO di perusahaan tersebut. Dia melanjutkan bisnis Papa nya. 

Aku mencoba menahan perasaan rinduku terhadapnya. Karna aku tidak mau berharap dengannya. Aku tidak selevel dengannya. Lagipula aku masih memiliki harapan-harapan yang belum tercapai. 

Aku mencoba menjalani kehidupan normal, bersikap seperti biasa saja. Gio selalu mencari kesempatan agar dirinya bisa dekat denganku. Tetapi aku berusaha untuk menolaknya. Karna aku mendengar Gio sudah di jodohkan oleh orang tuanya dengan anak rekan bisnisnya. Wanita itu bernama Sisil. Aku mengenalnya karna Sisil selalu mengunjungi Gio di kantornya. Kadang hal itu membuat aku cemburu. Aku tak mengerti apa yang aku rasakan, tapi yang pasti aku tidak mau berharap lebih dari sosok Gio. 

Aku bersyukur akhirnya satu persatu harapanku bisa tercapai. Aku bisa membeli sebuah rumah, motor,  dan juga bisa menyekolahkan adikku.

Akankan Gio akan bersatu dengan Clarissa??? Mereka akan menjalani perjalanan yang cukup lika liku penuh dengan kesabaran. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status