Home / Urban / Harga Diri Seorang Suami / 6. Perempuan Murahan

Share

6. Perempuan Murahan

Author: Ayu Anggita
last update Last Updated: 2023-09-21 09:00:06

Gunawan terpaku di tempatnya. Matanya menatap tajam ke arah Anggun dan juga seorang lelaki asing yang tadi bermesraan dengan istrinya itu.

"Enggak sopan banget sih sama tamu! Dia itu temannya Anggun. Mereka nggak ada hubungan apa-apa selain teman." Bu Ika yang sejak tadi terdiam mencoba membantu Anggun untuk menjelaskan pada Gunawan.

"Enggak usah mikir yang macam-macam. Mereka nggak ngapa-ngapain kok!" tegas bu Ika.

"Iya. Lagian kenapa nggak tanya dulu sih? Kenapa langsung marah-marah nggak jelas?" ujar Anggun.

Dia merasa kesal, momen romantisnya bersama Rendi terganggu karena kedatangan Gunawan yang tiba-tiba.

Gunawan masih terdiam. Matanya memerah karena menahan rasa cemburu dan juga rasa marah dalam hatinya. Kedua tangan Gunawan terkepal erat hingga urat-uratnya terlihat menonjol.

"Lain kali bilang dulu kalau ada tamu laki-laki yang mau datang ke rumah. Jangan asal aja memasukkan lelaki asing di saat suamimu tak ada di rumah," ucap Gunawan dingin.

Anggun menyunggingkan senyuman miring. "Memangnya kamu siapa bisa mengaturku? Apa kamu bilang tadi? Suami?"

"Suami macam apa yang tak bisa membahagiakan istrinya? Suami macam apa yang tak bisa mengerti keinginan istri? Apa lelaki seperti itu yang pantas disebut suami?" ucap Anggun.

"Betul itu. Suami macam apa yang hanya bisa bikin istrinya kesal dan tak pernah tahu keinginan istri?" sahut bu Ika.

Gunawan hanya terdiam. Matanya masih memancarkan kemarahan yang tertahan. Tapi dia tak ingin semua emosinya keluar malam ini. Dia tak ingin semakin membuat Anggun malu. Apalagi ada orang lain di sini.

"Em… Anggun! Aku pulang dulu ya. Sepertinya kehadiranku di sini nggak disukai sama lelaki ini." Lelaki asing bernama Rendi itu berkata sambil menunjuk tepat ke muka Gunawan.

"Ya jelaslah aku nggak suka. Kamu bersikap mesra dengan wanita yang masih sah sebagai istriku," jawab Gunawan.

Rendi tersenyum sinis. "Suami? Suami nggak dianggap!" gumamnya.

"Aku pulang dulu ya. Sampai ketemu besok!" ujar Rendi.

Anggun mengangguk saja. Walaupun dia masih ingin Rendi tinggal lebih lama lagi di sini. Tapi mau bagaimana lagi. Gunawan sudah datang dan secara tak langsung mengusir Rendi dari rumah ini.

"Iya. Hati-hati ya dan maaf soal yang barusan," ucap Anggun penuh penyesalan.

Rendi tersenyum. Tanpa rasa malu atau sungkan, dia mencium punggung tangan Anggun dengan mesra.

Wajah Anggun memerah kala mendapat perlakuan manis dari Rendi. Berbeda jauh dengan wajah Gunawan yang tampak semakin menggelap karena amarah yang sudah sampai ubun-ubun.

"Rendi pulang dulu ya, manis," ucap Rendi.

Anggun menganggukkan kepalanya. Kemudian Rendi beralih menatap bu Ika. Dia mendekati perempuan itu. Rendi tampak membisikkan sesuatu di telinga bu Ika.

Entah apa yang dibisikkan oleh Rendi sehingga membuat wajah perempuan itu menjadi bersinar. Matanya tampak berbinar terang setelah mendengar bisikan Rendi. Walaupun dia berusaha untuk menyembunyikannya, tapi Gunawan tak bisa ia bohongi.

Sepeninggal Rendi, Anggun dan ibunya masuk ke dalam kamar masing-masing. Mereka sama sekali tak peduli pada Gunawan yang masih berdiri mematung di ruang tamu.

"Astaghfirullahalazim. Cobaan apalagi yang engkau timpakan padaku ya Allah!" Gunawan berucap sembari mengusap wajah dengan kedua tangannya.

****************

Sejak kejadian itu, Anggun lebih sering keluar dengan teman-temannya yang kebanyakan lelaki. Dia juga sering tak pulang. Kalaupun pulang, selalu dalam keadaan mabuk.

Gunawan seringkali mengingatkan sang istri untuk membatasi pergaulannya. Apalagi dia adalah seorang istri. Tapi Anggun tak mau mendengarkannya. Dia malah marah-marah ketika Gunawan menasihati dirinya.

"Ngapain sih sok ngatur? Emang kamu siapa?" tukasnya.

"Aku suami kamu, Nggun. Aku berhak mengingatkan istriku jika dia berada di jalan yang salah," sahut Gunawan.

Anggun menyunggingkan senyum miring. "Kayak hidupnya udah paling benar aja. Urusin tuh hidup kamu. Enggak usah urusin hidup aku," ucap Anggun.

Dia lantas pergi dari hadapan Gunawan. Kemudian masuk ke kamarnya sembari membanting pintu.

Gunawan hanya bisa mengelus dadanya. Dia merasa sesak saat melihat kelakuan Anggun yang semakin menjadi-jadi itu.

"Makanya, kalau mau menegur orang tuh ngaca dulu! Belum becus jadi suami aja udah sok-sokan nasihatin orang," cibir bu Ika yang entah sejak kapan berada di sana.

Gunawan menoleh sekilas ke arah ibu mertuanya itu. Dia lantas menyambar topi serta tas dan bersiap untuk berangkat kerja.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Gunawan segera berlalu dari sana. Dia tak ingin meladeni ucapan mertuanya yang bagai nasi goreng karet dua.

Sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, Gunawan memikirkan sang istri yang banyak berubah. Dia menyangka jika perubahan sikap sang istri karena pengaruh lelaki bernama Rendi yang tempo hari bertandang ke rumahnya.

'Anggun berubah pasti karena lelaki itu. Pasti dia yang mempengaruhi Anggun supaya bersikap seperti ini. Dia pasti sudah memberikan pengaruh buruk buat Anggun,' batinnya.

Dia terus melamun hingga dia hampir saja menabrak rekan kerjanya.

"Hati-hati dong, Gun! Jangan ngelamun aja kalau naik sepeda," tegur lelaki berperawakan gemuk itu.

"M-maaf, Bang. Saya… saya nggak fokus tadi," ucap Gunawan.

Orang yang hampir ditabrak oleh Gunawan itu hanya melengos tanpa menyahuti perkataan Gunawan.

Gunawan menghela napas panjang. Dia lantas memarkirkan sepedanya di tempat parkir. Sebelum beranjak dari tempatnya, Gunawan menghela napas panjang. Melegakan dada yang terasa sesak karena ulah sang istri.

'Bismillah, semoga hari ini aku bisa melewati semuanya dengan baik,' batinnya.

Gunawan memejamkan mata sejenak kemudian berjalan menuju tempat kerjanya.

Sementara itu, Anggun terpaksa membuka kembali matanya yang baru saja terpejam. Dia mendengkus kesal saat mendengar suara ribut-ribut di luar.

"Sialan! Siapa sih yang ribut pagi-pagi gini? Enggak tahu orang lagi tidur apa ya!" gumamnya.

Dia berjalan menuju pintu kamar dan membukanya. Kemudian berjalan menuju pintu keluar.

Anggun sedikit mengintip dari celah pintu yang tak tertutup rapat. Dia memicingkan matanya guna melihat siapa yang sedang berisik di depan rumahnya.

'Rese banget sih tuh ibu-ibu. Enggak tahu orang lagi capek apa ya? Berisik banget dah!' batinnya.

Dia ingin keluar dan menegur orang itu. Tapi sudut hatinya yang lain tak membiarkan Anggun melakukan hal itu. Akhirnya, Anggun hanya bisa mencuri dengar perdebatan itu dari balik pintu.

'Perempuan murahan? Siapa yang disebut perempuan murahan oleh ibu-ibu itu?' Anggun kembali membatin kala mendengar kata perempuan murahan.

Dia lantas membuka sedikit pintu rumahnya. Dia ingin mendengar lebih jelas siapa yang di maksud oleh perempuan bertubuh tambun itu.

"Makanya kalau punya anak cewek, harus ekstra hati-hati. Jangan diumbar macam ikan segar." Perempuan itu memonyongkan bibirnya sembari melontarkan kalimat itu.

Anggun kembali mengernyitkan keningnya. Dia mencoba mencerna kata demi kata yang diucapkan perempuan gemuk itu.

'Perempuan murahan? Siapa yang dia maksud perempuan murahan, ya?' batin Anggun.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gogot Puji
tuh kalau punya anak cewek harus hati-hati
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Harga Diri Seorang Suami   60. Berakhir Sudah

    Gunawan tengah menikmati malam minggunya dengan duduk di teras rumahnya. Ditemani segelas minuman favoritnya—es cappucino juga sepiring brownies tape yang ia beli sepulang bekerja tadi. Seulas senyum tergambar di wajahnya kala melihat hidangan yang ia tata di atas meja. “Nikmat mana lagi yang bisa kudustakan?” ucapnya sembari menempatkan dirinya di kursi kayu. Namun, saat tangannya mencomot sepotong kue itu. Sebuah mobil dan dua sepeda motor tampak memasuki pekarang rumahnya. Dari dalam mobil turun sosok yang dikenal Gunawan sebagai suami dari Vera. Lelaki itu berjalan menghampiri Gunawan dan empat orang berbadan besar mengikutinya di belakang. “Ada apa nih?” tanya Gunawan saat lelaki itu berada di hadapannya. Keningnya terlipat heran karena ekspresi wajah kelima orang itu tampak tegang dan menyimpan kebencian yang mendalam. “Enggak usah banyak bacot!” ucap seorang yang berbadan paling besar. Gunawan semakin tak mengerti. “Ada apa ini? Bisa kan bicara baik

  • Harga Diri Seorang Suami   59. Salah Sasaran

    Gunawan hanya diam saja mendengar semua ucapan Heri. Dia tak berniat untuk menjawab ataupun membantah ucapan lelaki itu. “Sekali lagi, aku minta tolong sama Mas Gunawan!” ucap Heri. “Kita sama-sama laki-laki dan aku pikir Mas Gunawan adalah orang yang baik. Jadi, Mas Gun nggak keberatan dengan apa yang akan aku sampaikan,” lanjut Heri. Gunawan menoleh sembari mengangkat sebelah alisnya. Sudut bibirnya turut terangkat. Membentuk seulas senyum tipis nan sinis. Seolah mengejek Heri yang mengatakan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu. “Aku minta sama Mas Gunawan untuk nggak mengganggu dan mencoba mendekati Vera kembali. Aku mohon, Mas. Biarkan rumah tangga kami bahagia tanpa ada gangguan dari pihak luar,” terang Heri. “Lagi pula semua uang yang sudah Mas Gunawan keluarkan saat masih bersama dengan Vera sudah aku kembalikan semuanya?” lanjut Heri. “Aku pikir itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuat Mas Gunawan pergi dari kehidupan kami berdua,” pungkas Heri. Gunawan i

  • Harga Diri Seorang Suami   58. Move On

    Gunawan berusaha untuk melupakan apa yang telah terjadi antara dirinya dan Vera. Sekuat hati dia bersikap biasa saja saat tanpa sengaja bertemu dengan Vera di kantor. Dia juga berusaha untuk sebisa mungkin tak terlibat percakapan dengan wanita itu. “Gun,” tegur Amri saat Gunawan tengah bersiap-siap untuk berangkat visit. Gunawan menoleh ke arah temannya itu. “Ada apa, Am?” “Tuh!” Amri menunjuk ke arah lain dengan dagunya. Gunawan mengikuti arah tunjuk Amri. Seketika itu juga ekspresi wajahnya berubah. Tanpa mengatakan apapun juga. Dia bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Namun, saat akan mencapai pintu keluar Vera mencegah langkahnya. “Bisa kita bicara?” pinta Vera. Gunawan mendengus keras. “Maaf, saya sedang sibuk hari ini!” “Sebentar aja. Ada yang harus aku jelaskan sama Mas Gunawan,” ujar Vera sedikit memaksa. “Enggak ada yang perlu kamu jelaskan lagi! Semuanya sudah sangat jelas menurutku,” sahut

  • Harga Diri Seorang Suami   57. Akhir Kisah Itu

    Gunawan meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Helaan napas berat terdengar begitu menyesakkan. Faizal yang melihat itu hanya bisa menepuk pundak sahabatnya dengan lembut. Mencoba menyalurkan semangatnya pada lelaki yang tengah patah hati itu. “Ikhlas ya, Gun! Aku tahu masih banyak wanita baik di luaran sana,” ucap Faizal. Gunawan menatap Faizal dengan tatapan sendu. Namun, seulas senyum terukir manis di wajahnya. “Suaminya mengembalikan semua uang yang pernah aku keluarkan selama bersama dengan Vera,” kisah Gunawan. “Padahal aku nggak pernah minta uang itu balik lagi. Aku ikhlas kok membantu dia selama ini. Yah walaupun endingnya harus menelan rasa kecewa dan sakit hati,” lanjut Gunawan. Faizal menganggukkan kepala mendengar penuturan Gunawan. Dia tahu betul sahabatnya itu akan sangat royal pada siapapun juga. Dia tak pernah pandang bulu ketika membantu orang lain. “Dia juga bilang, maaf atas semua yang udah istrinya

  • Harga Diri Seorang Suami   56. Patah Hati

    Gunawan pulang dengan perasaan kacau. Hatinya hancur dan remuk. Kenapa semuanya harus seperti ini di saat dirinya mulai bisa membuka hatinya untuk orang lain? Apakah Tuhan tak mengizinkan dirinya untuk bahagia? Bukankah dirinya juga berhak untuk bahagia? Pikirannya melayang ke kejadian beberapa waktu lalu saat dirinya berada di rumah Vera. “Kenalkan! Saya Heri, suami dari Vera.” Lelaki itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk bersalaman dengan Gunawan. Gunawan menyambut uluran tangan itu dengan perasaan kacau. Lelaki itu terkesiap mendengar ucapan lelaki yang mengaku sebagai suami Vera itu. Dia tak percaya dengan apa yang didengarnya hari ini. Tidak mungkin Vera sudah bersuami. Selama ini dia selalu mengaku masih sendiri dan belum ada rencana untuk menikah. Namun, kenapa semua seolah terbalik dan … “Maksudnya … apa ini, Ver? Kenapa dia mengaku sebagai …” “Aku … aku bisa jelaskan semua ini. Dia ini … dia ini memang … suamiku, Mas.”

  • Harga Diri Seorang Suami   55. Fakta Mengejutkan

    Gunawan tertegun mendengar penuturan Lisa. Dirinya sulit sekali untuk percaya pada apa yang diucapkan oleh gadis itu. “Mas Gunawan boleh percaya atau enggak. Tapi, yang jelas aku udah kasih tahu yang sebenarnya,” ujar Lisa. Gunawan menatap Lisa dengan pandangan menyelidik. Seolah ingin menelisik lebih jauh tentang cerita yang meluncur dari mulut gadis itu. “Dia itu sebenarnya udah punya suami. Sekarang suaminya lagi ada di luar kota untuk kerja. Biasanya sebulan sekali suaminya akan pulang ke sini,” terang Lisa. Gunawan mengernyitkan keningnya. Seolah tak percaya dengan apa yang didengar oleh pendengarannya kini. “Aku cerita kayak gini bukan karena pengin menjelek-jelekkan teman, tapi aku nggak mau ada korban lagi,” lanjut Lisa. Gunawan semakin tak mengerti. Dia menatap Lisa dengan tatapan penuh tanya. “Maksud kamu … korban apa?” tanya Gunawan dengan suara terbata-bata. Lisa menikmati minuman yang telah te

  • Harga Diri Seorang Suami   54. Memperingatkan

    Hari ini Gunawan kembali menemani Vera yang sedang menjaga booth untuk pameran. Sejak pagi dia sudah stanby dan selalu cekatan jika Vera membutuhkan sesuatu. Walaupun di sana Vera tak sendirian, tetapi Gunawan tetap menemaninya di sana. “Pulang dari sini kita cari tempat buat makan ya, Mas,” pinta Vera. Gunawan tersenyum. “Memangnya kamu mau makan apa?” “Em … apa ya? Yang pedas-pedas enak kali ya. Kayak lalapan atau mie ayam gitu,” jawab Vera. Gunawan menganggukkan kepalanya. “Aku ada rekomendasi tempat makan yang enak di sekitar sini. Mau coba ke sana?” “Boleh. Kebetulan juga ada yang pengin aku omongin sama, Mas Gun,” sahut Vera. Gunawan tersenyum mendengar jawaban Vera. Dia merasa lega karena sikap Vera jauh lebih baik daripada sebelumnya. Hari ini gadis itu lebih banyak tersenyum dan lebih bisa mengontrol emosinya. Hari sudah beranjak siang. Acara pameran pun sudah selesai. Gunawan membantu Vera dan teman-tema

  • Harga Diri Seorang Suami   53. Sebuah Nasihat

    Gunawan masih memikirkan ucapan Faizal tempo hari. Dia menjadi penasaran siapa Vera sebenarnya. Bukan karena dia kepo dengan urusan orang lain. Namun, dia harus melakukan itu agar tak salah lagi dalam memilih pasangan. Ya! Gunawan bertekad untuk menjadikan Vera sebagai pasangannya kelak. Gunawan telah merasa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan dia. Terdengar gombal memang, tetapi itulah yang terjadi. Dirinya merasa jatuh cinta hanya dengan melihat senyuman manis Vera. “Mas Gun!” tegur seseorang. Gunawan terlonjak kaget mendengar teguran orang itu yang tak lain adalah Fino. Fino tersenyum dan segera duduk di bangku kosong yang ada di sebelah Gunawan. “Melamun aja deh. Kenapa?” tanya Fino begitu dirinya telah duduk di sebelah Gunawan. “Aku dari tadi panggil-panggil kamu, Mas. Eh kamu malah asik melamun. Enggak nyahut sama sekali,” lanjut Fino. Gunawan tersenyum kecut sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia meras

  • Harga Diri Seorang Suami   52. Yang Terbaik

    Semenjak kejadian tempo hari, Gunawan semakin dekat dengan Vera. Bahkan Gunawan rela mengantar jemput Vera. Dia tak ingin kejadian tempo hari terulang kembali. “Hari ini jadwal kamu ke mana aja, Ver?” tanya Gunawan saat keduanya berjalan dari parkiran menuju kantor. “Aku hari ini ada event, Mas. Di pameran gitu sih. Kenapa, Mas?” “Enggak. Kamu berangkat sama tim atau berangkat sendiri?” “Sama tim sih, Mas. Kenapa sih? Kok kayaknya khawatir banget gitu?” tanya Vera dengan nada heran. Gunawan menghela napas panjang. “Enggak. Aku cuma takut kejadian waktu itu terulang kembali. Aku takut mereka ganguin kamu lagi.” Vera tertegun mendengar ucapan Gunawan. Dalam hati dia mulai berpikir, betapa tulus dan perhatiannya lelaki ini. Apakah harus dirinya mendapatkan perlakuan yang lain dari orang lain? “Mas Gunawan tenang aja. Mereka nggak bakalan berani gangguin aku lagi kok.” Vera mencoba tersenyum. “Semoga saja per

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status