Share

Bab 56

Auteur: Rina Safitri
Di sepanjang perjalanan pulang, suasana dalam mobil terasa berat. Bukan karena keheningan. Sebaliknya, suara cempreng penuh semangat dari Wulan memenuhi ruang tiada habisnya.

HP Indra berdering, tampak dari layarnya itu panggilan dari Lukman, teman dekatnya. Pria itu mengajaknya keluar, menyuruhnya bawa Wulan ikut bersenang-senang.

Puspa tetap tenang, wajahnya nggak menunjukkan riak emosi. Tapi begitu panggilan ditutup, ia berkata datar, “Berhenti di pinggir jalan. Aku mau pulang dulu.”

Belum sempat Indra menanggapi, Wulan lebih dulu menyela, suaranya manis dibuat-buat. “Kak Puspa, ikut saja dengan kami. Mereka semua teman-teman Indra, kamu juga pasti kenal.”

Kebaikan itu, jika memang kebaikan, terasa seperti belati manis berlapis racun.

Puspa menggeleng. “Nggak perlu. Aku masih ada urusan lain.”

Wulan tertawa kecil, seolah mereka sangat akrab. “Sudah malam begini, apa lagi yang harus dilakukan? Ayo ikutlah, ramai-ramai lebih seru. Kak Indra, benar, kan?”

Indra nggak beri jawaban
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 274

    Puspa tentu saja paham maksud dari kata-katanya, dan sikapnya yang seolah besar hati itu malah buat dia merasa geli sekaligus getir.Ia mengibaskan tangan Indra, mata memerah, suara penuh sarkasme.“Lalu aku harus terima kasih ke kamu karena kemurahan hatimu? Terima kasih sudah lapang dada terima aibku? Terima kasih sudah mau tampung aku jadi istrimu?”“Jangan emosi dulu.”Indra mencoba tenangkan, melangkah mendekat.Namun Puspa segera mundur, jaga jarak.“Indra, aku nggak akan terima kasih ke kamu. Karena sejak awal ini bukan salahku. Kamu peduli atau nggak, itu urusanmu. Aku nggak peduli.”Ia menambahkan, dingin menusuk, “Dan simpan rasa kasihan palsu itu. Di mataku, semua itu cuma rasa pura-pura yang menjijikkan.”Ia sudah lama nggak ingin posisi sebagai Nyonya Wijaya ini. Indra yang paksa dia duduk di kursi itu, dan kini Indra tampil seakan dermawan? Menurutnya, itu hanya buat orang mual.Wajah Indra mengeras, tapi ia tetap diam. Ia tahu, Puspa sedang menyimpan amarah. Biarlah ia m

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 273

    Ia nggak salah, nggak pantas tanggung kesalahan orang lain.Ketika ia buka mata lagi, fajar sudah menyapa hari kedua.“Sudah bangun, gimana rasanya?”Suara Indra memecah kabut di kepalanya, menariknya pelan dari sisa-sisa mimpi.Puspa menoleh ke arah pria yang berdiri di tepi ranjang, berkedip sebentar, lalu berkata, “Aku nggak apa-apa kok.”Indra jawab singkat, “Bagus kalau begitu.”Dengan gerakan lembut ia rapikan helaian rambut yang berserak di pelipisnya. “Tentang kejadian kemarin, aku sudah selidiki, pelakunya namanya Bagas. Kenapa kamu nggak pernah bilang ke aku ada dendam di antara kalian?”Buka luka lama memang nggak pernah mudah. Puspa nggak mau bicara tentang itu. Ia balas pertanyaan dengan pertanyaan, “Di mana dia sekarang?”Indra mengalihkan jawaban. “Aku nggak akan biarkan dia lolos begitu saja. Untuk apa yang ia lakukan ke kamu, aku akan balas berkali-kali lipat. Dia nggak akan pernah lagi muncul di depanmu.”Puspa tanya lagi, “Apa dia bilang siapa yang suruh dia?”Sekila

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 272

    Vila Asri.Indra turun dari mobil sambil gendong Puspa, tubuh perempuan itu kaku, emosi nggak menentu.Setibanya di kamar tidur, Indra turunkan Puspa ke atas ranjang. Namun begitu ia hendak bangkit, ujung bajunya langsung ditangkap jemari Puspa.“Jangan pergi!”Suara Puspa serak, ototnya menegang, penuh ketergantungan pada Indra.Indra meraih tangannya, bungkus jemari rapuh itu dengan telapak besarnya.“Aku nggak akan pergi.”Ia pun berbaring di sampingnya, tarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Sambil menepuk lembut punggungnya, ia berbisik pelan untuk menenangkan, “Aku di sini. Aku nggak akan kemana-mana. Jangan takut.”Puspa meringkuk, kepala menempel pada dada bidangnya, seolah cari rasa aman yang pernah dikenalnya di masa lalu.Namun begitu matanya terpejam, kenangan yang selama ini berusaha ia kubur justru kembali menyeruak. Bayangan kelam itu mengejarnya tanpa ampun, menggali ketakutan lama yang membuatnya goyah dan ciut.Ia pernah yakin dirinya cukup kuat untuk hadapi semu

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 271

    Tubuh Puspa masih bergetar hebat ketika Indra akhirnya muncul. Ia meraih kepalanya, lalu menekan Puspa erat ke dalam pelukannya, seolah hendak jadi tameng yang menutupinya dari semua tatapan menusuk.“Jangan takut, aku ada di sini.”Dahi Puspa terbenam di bahunya. Tangannya refleks menggenggam pakaian pria itu erat, sementara telinganya seolah tiba-tiba tuli, hanya tersisa dengungan hampa yang buat dunianya bergetar.Indra menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Sorot matanya gelap, suaranya dingin penuh ancaman.“Foto-foto AI ini, aku akan selidiki sampai tuntas. Kalau ada yang di antara kalian yang berani terlibat, atau kalau aku temuin ada yang sebarkan ke luar, jangan salahkan aku kalau minta pertanggung jawaban kalian.”Yang hadir di ruangan itu semuanya orang terpandang. Meski wajah-wajah mereka mengeras, jelas nggak suka diancam, tapi nggak seorang pun berani bersuara menentang. Nama besar Keluarga Wijaya bukanlah sesuatu yang bisa mereka hadapi begitu saja.Pesta ulang tahun s

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 270

    Bagas dan Hana memang cepat berpisah, tapi tetap saja tertangkap oleh mata Puspa yang baru masuk.Alisnya mengerut, sorot matanya penuh selidik. Orang itu Hana yang bawa masuk? Sejak kapan mereka saling kenal?Seketika ada sebuah benang yang menyambung di kepalanya. Ujung benang itu adalah Wulan.Apa ini ulahnya?Puspa nggak percaya kemunculan Bagas tanpa maksud apa-apa. Bahkan, nalurinya berkata, pria itu memang datang untuk targetin dia.Meski nggak bisa tebak langkah selanjutnya, Puspa putuskan satu hal, lebih baik potong masalah dari akarnya.Ia segera panggil petugas keamanan, berniat diam-diam singkirkan Bagas dari pesta. Namun rencananya belum sempat terlaksana, Hana sudah lebih dulu seret Endah datang, kacaukan segalanya.“Kenapa kamu usir temanku? Hari ini ulang tahun Nenek Zoraya. Apa kamu mau buat keributan?”Puspa belum sempat buka mulut, Endah sudah lebih dulu semburkan amarahnya.“Di rumah kamu boleh gila sesuka hati. Tapi di sini? Apa kamu kira tempat ini milikmu jadi bi

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 269

    Orangnya sudah pergi, tapi Endah yang sejak tadi nahan amarah, ingin sekali melampiaskannya ke Puspa. Namun sebelum sempat lontarkan kata-kata pedas, Puspa sudah berbalik dan melangkah pergi.Amarah yang sudah menggelegak itu akhirnya tertahan di tenggorokan. Mengingat situasi yang masih penuh orang, Endah terpaksa menelannya bulat-bulat.Di halaman luar, Puspa keluarkan HP-nya dan coba telepon. Sambungan tersambung, tetapi nggak ada seorang pun yang angkat.'Sudah cukup. Tugasku hanya sebatas ini. Kalau dia nggak bisa dihubungi dan nggak muncul, itu bukan lagi urusanku.'“Puspa, adik kelasku.”Baru saja ia simpan HP, suara yang kasar, sumbang, dan buat dia muak terdengar dari belakang.Tubuh Puspa menegang. Ia berbalik, mendapati Bagas berjalan dengan langkah pongah, wajah penuh ejekan.Tatapan menjijikkannya meluncur naik-turun di tubuh Puspa. Bibirnya melengkung sinis.“Adik Puspa, sudah lama sekali kita nggak ketemu.”Mendengar nama itu, pupil Puspa mengecil tajam, wajahnya seketik

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status